18+
Ikatan yang terjalin karena sebuah fitnah, membuat Karenina terpenjara oleh cintanya, hingga ia memutuskan untuk menjadi selingkuhan suaminya sendiri.
Penyamaran yang begitu apik, dan sempurna, sehingga sang suami tidak menyadari kalau ternyata, wanita lain dalam rumah tangganya adalah istri sahnya.
"Kau yang mengurus segala keperluanku, dan saat kau memutuskan untuk pergi, ada ketidak relaan dalam hatiku, namun aku tak bisa mencegahmu.
Hidupku kacau tanpamu, rapuh porak poranda" DANU ABRAHAM BUANA
"Anna Uhibbuka Fillah Lillah..., itu sebabnya aku menjadi orang bodoh, bertahan hampir dua tahun untuk mengabdikan diriku pada suami yang tidak pernah membalas cintaku" KARENINA LARASATI ARIFIN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Sudah beberapa hari ini Nina berada di rumah kakaknya. Tidak ada yang di lakukan Nina kecuali bermain dengan keponakannya.
Nina berniat ke jakarta untuk mencari kesibukan. Dia sudah mendapat pekerjaan di sebuah butik milik teman dari dosennya sewaktu kuliah. Irma yang sudah merekomendasikan Nina pada pemilik butik itu.
"Nina" panggil Haidar kakak laki-lakinya, yang beberapa jam lalu baru pulang dari dinasnya.
"Iya mas" jawabnya lalu menoleh pada sang kakak
"Kamu kenapa tidak pulang ke rumah? pasti abi dan umi mencemaskanmu"
"Aku belum siap mas, aku malu"
"Malu kenapa?"
Nina menggeleng.
"Benar Danu akan mengembalikanmu pada abi?" kali ini Nina menganggukan kepala.
"Kenapa tidak dari dulu? sudah dua tahun kalian menikah, kenapa baru sekarang?"
"Mas jangan bahas itu bisa tidak?, aku ingin melupakan semuanya"
Haidar merangkul tubuh Nina dari samping, satu tangannya ia masukan ke saku celananya.
"Iya-iya maaf, kamu yang sabar ya?" apapun keputusanmu, mas mendukungmu"
Nina menyenderkan kepala di pundak Haidar, lalu melingkarkan tangan di perut sang kakak yang jarak usianya hampir sepuluh tahun.
"Mas, lusa aku akan ke Jakarta, aku dapat tawaran pekerjaan dari Irma" ucapnya masih dengan memeluk tubuh sang kakak.
"Kenapa buru-buru, kamu tidak mengurus perceraianmu dengan Danu?"
Nina menggelengkan kepala "Semuanya biar mas Danu yang urus mas, aku terima beres saja"
"Kalau begitu, tinggalah di sini satu atau dua bulan kedepan"
"Tidak mas, aku sudah dapat pekerjaan, dan itu urgent, harus lusa. Lagi pula kalau di sini dua bulan, tidak ada yang bisa aku lakukan, yang ada malah bosen"
"Atau saran mas, kamu lanjut kuliah saja"
"Tidak mau mas, aku hanya ingin bekerja, suatu saat aku ingin buka butik sendiri, kebetulan nafkah dari mas Danu selama ini lebihnya aku simpan, insya Allah cukup untuk buka usaha, tapi sebelumnya, aku mau cari pengalaman dulu dengan bekerja"
"Ya sudah kalau itu sudah jadi keputusanmu, tapi mas minta kamu hati-hati, tidak ada siapa-siapa di sana"
"Ada Irma yang sedang magang di jakarta selama enam bulan mas, untuk sementara nanti aku akan tinggal di kontrakannya"
"Andai kamu dulu lanjut kuliah, kamu pasti juga sedang magang saat ini" pungkas Haidar ketika ingatannya kembali ke masa lalu.
"Belum tentu mas, aku kan beda jurusan sama Irma"
"Sekarang tidur sudah malam" ucap Haidar memutus pembicaraan mereka lalu mengurai pelukannya.
"Aira sudah tidur bund" tanya Haidar saat mendapati sang istri sedang menonton tv ketika dia dan Nina masuk ke dalam rumah.
"Belum Yah, dia ada di kamar tantenya minta bobo sama tante Nina katanya"
Nina yang mendengar ucapan Dini, bergegas melangkahkan kakinya ke kamar.
"Ya sudah mba, biar bobo sama aku" ucap Nina saat sudah berada di ambang pintu kamar dan mendapati Aira sedang memainkan ponselnya.
"Tidak apa-apa te, dari kemarin sudah bobo sama tante loh"
"Oh ya" sambar Haidar " ya sudah biarkan Aira bobo sama tantenya, biar ayah leluasa peluk-peluk bunda nanti"
"Ayah" sambar Dini sambil melemparkan sorotan tajam.
"Hihi, kalian lucu sekali, aku senang mas Haidar sama mba Dini mesra gitu"
"Dari pada aku mas mba, jangankan di candain suami, bicara saja tidak pernah menatapku" batin Nina lalu menutup rapat pintu kamarnya.
Setelah menidurkan keponakannya, Nina meraih benda tipis yang dari tadi di pakai mainan oleh Aira.
Tampak ada beberapa panggilan tak terjawab dari Danu.
"Ada apa mas Danu menelfonku, apa dia merindukanku?" Nina menyunggingkan senyu getir "Mana mungkin, yang ada di otaknya kan Nesa, bukan Nina"
"Aku akan mengganti nomorku nanti sebelum berangkat ke Jakarta, aku ingin bebas dari apa yang berhubungan dengan mas Danu"
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Mas, aku berangkat ya, tolong sampein salamku buat abi sama umi, bilang supaya tidak perlu khawatir" ucap Nina dalam pelukan kakaknya.
"Iya nanti mas bilang sama mereka"
"Mas" Nina mengurai pelukannya.
"Apa?"
"Mas jangan benci sama mas Danu ya, bilang sama abi juga kalau aku dan mas Danu memang sepakat pisah"
"Kenapa mas harus benci sama Danu, kecuali dia menyakiti adik mas ini, baru mas beri dia perhitungan. Dan urasan abi sama umi biar mas yang selesaikan"
Entah kenapa dada Nina bergetar seketika usai mendengar ucapan Haidar.
"Jangan sampai mas Haidar, umi, sama abi tahu, kalau mas Danu selingkuh, jangan sampai mereka tahu kalau selingkuhan mas Danu itu aku"
"Aku kok jadi pusing sendiri, belum lagi mas Danu nanti pasti kecewa karena tiba-tiba Nesa menghilang"
"Pokoknya jangan sampai ada yang tahu tentang ini, cuma Irma satu-satunya orang yang tahu penyamaranku"
"Aku tidak mau mas Danu, mama, dan papa membenciku"
"Nina" panggilan Haidar membuat Nina terperanjat kaget.
"I-iya mas" jawab Nina gugup.
"Kamu kok tiba-tiba pucat, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Haidar penuh selidik.
"Tidak apa-apa mas. Ya sudah aku berangkat" sambar Nina lalu meraih punggung tangan kakaknya dan mengecupnya singkat. "Sampaikan salamku sama mba Dini ya mas, maaf tidak bisa menunggu mba Dini pulang kerja"
"Iya nanti mas sampaikan"
"Dada Aira, tante pergi dulu ya" pamit Nina pada keponakannya lalu mengecup pipi kanan kiri milik Aira
"Assalamu'alaikum mas"
"Wa'alaikumsalam, hati-hati Nin, kabarin kalau sudah sampai"
"Iya mas"
Sebuah mobil taxi sudah menunggu di depan rumah Haidar. Mobil taxi milik teman sang kakak akan mengantarkan Nina sampai ke Jakarta.
Nina sudah mengganti Nomor ponselnya dengan yang baru. Semua kenangan tentang Danu benar-benar akan ia lupakan.
"Sebentar lagi aku menjadi janda" gumam Nina dalam hati, seraya menikmati perjalanan di siang hari ini, di perkirakan akan sampai Jakarta pada malam hari, sebab butuh belasan jam untuk sampai ke Jakarta.
BERSAMBUNG