NovelToon NovelToon
Gadis Nakal Om Dokter

Gadis Nakal Om Dokter

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia
Popularitas:10M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Dipertemukan di sebuah masjid dengan kejadian memalukan membuat Galexia Adhara, gadis berumur 18 tahun ini menyukai sosok dokter muda.
Namun, masalahnya dokter muda yang ia sukai itu adalah kakak dari musuh bebuyutannya di sekolah.
Galexia maupun dokter muda itu pun tak sadar jika sudah mengenal sejak dulu, hanya saja jarak dan waktu memisahkan keduanya menjadi dua orang yang asing. Hingga suatu hari kebenarannya terungkap, jika dulu mereka pernah saling mengenal.

Bagaimana perjuangan Galexia mendapatkan hati si dokter muda, apakah masa lalu akan menjadi penghalang keduanya untuk bersatu ? Dan ujian apa yang datang menghampiri keduanya ? Ikuti kisah si gadis natckal ini yuk !

Sequel ISTRINYA PAK GURU ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semakin rumit

Aura gelap mencekam kini sedang dihadapi Gale. Oh no ! Gadis ini tak suka jika begini, ada diantara Andro dan ayahnya yang sama-sama diam, seperti sedang melakukan uji nyali di goa jepang.

Ia celingukan mencari letak kamera, dan ingin segera melambaikan tangannya. Dua laki-laki dingin yang kini tengah menyorot tajam padanya atas dosanya semalam. Sepertinya kata maaf dan penjelasan memang tak bisa mengembalikan apa yang sudah terjadi. Bahkan Shania saja seperti angkat tangan jika macan asia ini sudah ngamuk.

"Kita langsung ke RS, momy udah disana."

Tak ada yang menjawab hanya anggukan kepala dari kedua anaknya.

Tak ada yang bicara sepanjang perjalanan, dilihatnya Andro yang mendengarkan musik melalui headset miliknya dan Arka yang fokus pada jalanan.

Perjalanan satu jam berasa 1000 tahun lamanya. Begitu mobil sudah memasuki parkiran rumah sakit, Gale segera membuka pintu mobil dan turun.

"Oma ruang apa ?" tanya Gale, kejadian semalam seakan berputar mengejeknya, dimulai dari parkiran ini, sampai tkp di depan ruang seorang dokter.

Gale masuk mengekori sang ayah. Hingga masuk ke dalam ruangan neneknya.

"Mas," sapa Shania.

"Andro, neng Dara..." Andro dan Gale meraih tangan bunda Lia, bundanya Shania dan salim takzim.

"Oma, jangan sakit atuh. Kangen masakan oma !" Gale memeluk omanya sayang.

"Iya atuh geulis. Do'ain aja oma cepet sehat !" jawab bunda Lia.

Shania melirik-lirik Arka, dimana Andro dan Shania juga ikut diam.

"Kenapa ini teh ? Jadi pada diem-dieman gini. Biasanya juga rame kaya lagi nyorakin panjat pinang ?" tanya bunda.

"Ah engga bun, ga apa-apa. Lagi pada lapar meren !" jawab Shania.

"Oma udah makan ?" tanya Gale.

"Udah neng, Andro sama neng Dara makan siang dulu atuh. Sha, biar anak-anak sama Arka makan dulu di cafe, kasian dari sekolah pada langsung kesini," Shania mengangguk.

"Biar nanti aja bareng Dimas sama Ori bun, soalnya Arka ada janji juga," ucapan Arka jelas membuat Gale terdiam menunduk.

"Mas," senggol Shania.

Tapi tak lama, terdengar ketukan pintu dari luar.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Muncullah 2 pria, seorang seumuran dengan Arka dan seorang lagi berbeda 5 tahun dengan Galexia. Wajah gadis ini semakin menunduk.

"Ka, bunda.."

"Eh, ada Dimas..ada Ori--za ya namanya teh. Aduh bunda lupa !" bunda menepuk jidatnya.

"Iya oma, Oriza," jawab seorang pemuda berpakaian kemeja dan celana sopan.

"Aduh meni udah gede gini. Ganteng lah !" ujar bunda.

"Oma, ayah, momy, om Dimas, bang Ori. Gale keluar dulu sebentar," pinta Gale.

"Mau kemana kamu ?" tanya Arka.

"Disitu aja yah, tenang aja kaka ga akan kabur, cuma cari minum !" jawab Gale.

Gadis ini sudah mengacak rambutnya frustasi. Apa harus, ia sekarang mencari dimana letak ruangan kebersihan dan membuat ramuan karbol untuk ia teguk, atau berlari menuju atap rumah sakit untuk kemudian lompat ke bawah.

"Kalo gue bunuh diri sakit engga ya ?" tanya Gale.

Ia mendekap kedua tangannya di dada, "ahhh, tapi tapi takut sakit ah !" rengeknya, di tengah kegelisahannya memikirkan cairan karbol dan lompat dari rooftop, tanpa sadar ia melewati ruangan seorang dokter yang sedikit terbuka karena seorang pasien yang hendak masuk.

Selintas ia melihat siluet wajah yang ia kenali.

"Om dokter ?!" ucapnya.

Fatur yang tengah menunggu pasiennya masuk tak sengaja melihat ke arah luar, dan bertemu tatapan Gale.

"Om !!!" lambaian tangan Galexia.

"Mumun ?" gumamnya.

Tapi tak lama pasien masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu. Gale menghembuskan nafasnya lelah. Pasokan oksigen disini seakan tipis untuknya.

Langkah kakinya membawa ia ke taman rumah sakit, tak banyak pengunjung disana. Kurang lebih 10 menit ia disana, sampai ponselnya bergetar dan nama sang ayah tertera disana.

"Dimana ? Ayah tunggu di cafe rumah sakit."

Galexia beranjak, "akhir kebebasan gue kayanya nih !" ia kembali mengacak rambutnya dan menghentak-hentak kakinya kesal, ia bahkan sudah menendang udara, tong sampah dan rerumputan saking kesalnya.

"Om yakin ? Tuh anak pasti nolak om, Ori yakin," kekeh Ori menyeruput kopi susunya.

"Pelajaran buat Gale. Mungkin selama ini om sama tante Sha terlalu memanjakan Gale," jawab Arka ikut meminum kopi miliknya.

"Bapak sadis !" kekeh Dimas.

"Demi kebaikan Galexia sendiri, kita lihat seberapa menyesalnya dia. Semua tindakan ada konsekuensinya," jawab Arka.

Gadis itu datang sepaket muka lusuhnya, rambut yang sedikit semrawut karena ia acak-acak sebagai bentuk dari kekesalannya. Padahal tadi saat subuh ia sudah taubatan nasuha, tapi memang setiap tindakan pasti ada ganjarannya.

Ori dan Dimas sudah mengulum bibirnya ingin tertawa, harus disebut apa gadis di depan mereka, orang gila baru ? Bibirnya saja sudah mengerucut seperti cones es krim.

Tapi memang Arka adalah orang paling datar di muka bumi, ia nampak biasa saja dengan tampilan putrinya.

"Kamu habis ngacak-ngacak sampah apa gimana ? Itu semrawut gitu ? Ga malu di depan calon suami sama calon mertua kaya gitu ?!" tanya Arka.

Ia terlalu takut untuk menjawab, padahal ingin sekali ia menjawab bo*do amat, biar ga suka sekalian !

"Duduk !" pinta Arka.

"Jadi kapan Ka, pertunangan Gale sama Ori ?" tanya Dimas.

"Om, Gale masih sekolah om. Lagian kan bang Ori udah punya pacar kan bang ?!" Gale memelototi Ori.

"Ayah, kaka udah nyesel yah. Janji ga akan nakal lagi," rengeknya.

"Kenapa memangnya kalo masih sekolah ? Toh kamu sudah mau lulus. Momy saja menikah sama ayah waktu masih sekolah," jawabnya santai.

"Seenggaknya kasih kaka waktu yah,"

"Sampai kapan ? Sampai kamu khilaf dan tak terkendali ?" tanya Arka, Gale diam.

"Bang, ngomong dong !" sekarang Gale meminta bantuan Ori dengan berbicara tanpa suara.

"Apa ? tanya Ori malah menggoda.

"Om, kasih waktu sampai Gale lulus. Biar lebih fokus dulu belajarnya," Gale melongo tak percaya dengan apa yang Ori ucapkan. Bukannya menolak, Ori malah terkesan hanya mengulur waktu saja.

Gale yang kesal menghentakkan kaki, niat hati menginjak kaki Ori yang berada di sebrangnya, tapi si*@l malah kaki ayahnya sendiri yang ia injak.

Grekkk !!!

"Aww !" Arka melihat ke arah bawah meja.

"Ha-ha-ha !" Ori tertawa.

"Eh, maaf..maaf yah. Kaka ga sengaja !" Gale segera meraih kaki ayahnya dan mengusapinya.

"Galexia !" Arka menjewer kuping Gale.

"Ori, mulai besok antar jemput Gale. Kamu ga boleh pergi selain ke sekolah dan diantar Ori," tak ada lagi perdebatan.

"Tapi yah," Gale menunduk tak berani melawan.

"Senjata makan tuan !" gerakan mulut Ori.

"Karena permintaan Ori, biar pertunangan nanti setelah Gale lulus,"

"Oke," jawab Dimas.

"Yah, kaka anter ke kamar oma."

"Ga perlu, biar ayah sama om Dimas, kamu temani Ori ke depan saja. Ori tak bisa lama-lama masih jam praktek," pinta Arka. Gale mengangguk. Selepas kepergian ayahnya dan Dimas, Gale meninggalkan Ori.

"Ciee, calon istri marah ?!" goda Ori.

"Diem loe bang ! Loe jahat bang ! Kenapa tadi ga nolak sih, kan loe punya pacar !"

"Gampang itu mah, Anika tinggal diputusin aja !" jawab Ori kini mensejajarkan langkahnya dengan Gale, Gale menghentikan langkahnya, dan menoleh. Tatapannya tajam dan kemudian memukul-mukul Oriza.

Bukk !

Bukk !

Bukkk !

"Laki-laki kurang aj_ar !!!" tapi Ori malah tertawa-tawa.

"Stop Le, stop !"

"Lagian loe bocil, udah minum kaya gitu. Gimana om Arka ga ngamuk cobak ?!"

"Gue ga sengaja bang, dibilangin GA...SE...NGA...JA !" jawab Gale.

"Gue ga mau nikah sama loe bang !"

"Kenapa ? Emang gue kurang ganteng apa kurang mapan ?!" tanya Ori.

"Kurang akhlak !" sarkas Gale, membuat Ori tertawa.

"Kalo itu kan loe tau dari dulu, sama kaya loe kan ?!" Galexia mendesis.

"Gue udah suka sama orang lain bang," Ori menatap Gale dengan alis yang terangkat sebelah, "oo...adek gue ini udah ngerasain jatuh cinta !" ia mengacak rambut Gale hingga semakin semrawut.

"Bang !"

"Apa ?"

"Jadi gimana ?!" tanya Gale.

"Apanya ?"

"Cih, nyebelin banget nih orangtua. Kalo bukan loe orangnya, udah gue cekek nih !" Gale kesal dan membuat gerakan hampie mencekik Ori, Ori tertawa lagi, paling senang ia menggoda anak Arka satu ini. Kekerabatan yang terjalim semenjak Gale masih zigot membuat Ori menganggapnya seperti adik sendiri, tapi entah sejak kapan ia pun merasakan debaran layaknya pria pada wanita pada Galexia.

"Jadi loe maunya gimana ?" tanya Ori.

"Gue bener-bener nyesel bang. Gue kapok ! Tapi kalo bisa, jangan jodoh-jodohan gini, gue ga mau. Gue mau dapet laki yang sama-sama saling sayang." Ucapnya redup.

"Gue udah anggep loe kaya abang sendiri," lanjut Gale.

"Sementara, sampai loe lulus biar mengalir apa adanya dulu. Kita ga tau apa yang bakalan terjadi nantinya, setelah waktunya tiba nanti gue bakalan putuskan !" jawab Ori, sisi kedewasaan Ori muncul.

Tanpa sadar seseorang hadir di depan mereka menyapa, "Dr.Oriza ?!"

"Dr.Fatur ?!" Galexia ikut menoleh.

"Loh, Mumun ?!" tanya Fatur.

"Ha ?!" Ori mengernyitkan dahi tapi sedetik kemudian ia tertawa.

"Mumun ?!" gumam Ori, Galexia menyenggol Ori.

"Hay om dokter ! Kalo jodoh emang ga kemana ya !" seru Gale.

"Kalian ?!"

"Cowok jelek ini abang saya, om !"

"Dan cewek sengklek plus gila ini adek pungut gue Tur," jawab Ori.

"Oh," jawab Fatur.

"Om Dokter kenal bang Ori ?" tanya Gale.

"Ori kan teman sejawat,"

"Umur kita memang beda hampir 4 taun, tapi kita cuma beda beberapa semester Le, dokter Fatur ini senior gue," jelas Ori.

Ting ! Sekali mendayung 2, 3 pulau terlampaui...Ori kali ini akan menjadi dayung Gale.

Gale tersenyum-senyum.

"Ga usah senyum-senyum ! Calon istri ga ada akhlak !" usapan kasar Ori di wajah Gale.

"Bukk !" Gale menendang kaki Ori.

"Boong om ! Dia mah ngada-ngada !" Gale menjewer kuping Ori.

.

.

Noted :

*Meren : mungkin.

1
Julia Juliawati
atuh euweuh gawe ngadon ngintip sagala 🤣🤣🤣
Julia Juliawati
coba klo hbs makan pare petei dn jengkol beuh mantap 🤣🤣🤣
Julia Juliawati
Luar biasa
Julia Juliawati
Lumayan
yellya
Luar biasa
yellya
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
mrsdohkyungsoo
lelicia
Daifuku ❤️
Luar biasa
mrsdohkyungsoo
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
mrsdohkyungsoo
/Grin//Grin//Grin//Grin/
Jum Ria
cocok juga sih kia sama ori atau adiknya fatur
qiuna 07
kalimat ini mengingatkan saya dengan kartun Adit Sopo jarwo/Sob//Curse/
DozkyCrazy
nenek Sinchan leee itu udh paling bener
DozkyCrazy
😁😁😁😁👏👏
Rpkh Future
love u thor...... makasih masih ada d NT.... NT hiburan gratis buat emak2 rebahan
Rpkh Future
apalah diriku yg sekarang hampir kepala 4 v anak baru usia 2thn😁
DozkyCrazy
terhuraaa bikin mewekkkk😭😭👏👏💃💃
DozkyCrazy
lebih bar bar dari emak nyaaa👏👏👏
DozkyCrazy
Luar biasa
bingung koment apa
saaaaa kingggg candu nyaaa sama karya author 👏👏👏💃💃💃
DozkyCrazy
😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!