NovelToon NovelToon
MENIKAHI LELAKI TUA

MENIKAHI LELAKI TUA

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Afriyeni Official

"Cih ! Aku tak kan pernah mau menikah dengan lelaki yang sudah tua. Apalagi umurnya hampir sebaya dengan bapak ku !"
Batin Nisha seakan tak terima saat mata liar Ridwan memandang kemolekan tubuh nya dengan penuh nafsu.
Nisha terpaksa melayani nafsu bejat pria setengah baya itu untuk membayar "HUTANG".
Semua tragedi hidup Nisha, berawal dari hasrat Ridwan yang ingin memperistrinya.
Pria itu cemburu buta saat Nisha tampak berduaan dengan kekasihnya Farel. Ridwan pun menuntut Nisha untuk membayar semua hutang budi yang pernah ia berikan pada Nisha dan keluarganya dengan cara ia harus menyerahkan tubuhnya pada Ridwan.
Nisha pun hamil di luar nikah dan terpaksa menikah dengan Ridwan. Lelaki tua yang tak di cintainya.

Bagaimana nasib Nisha selanjutnya ?
Jangan lupa kepoin ceritanya y 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DILEMA UANG HANYUT

Saat menjelang sore.

Langkah kaki Nisha mulai memasuki kawasan desa tempat dia dan keluarganya tinggal. Ia terlihat melangkah dengan hati riang dan gembira.

Hari ini, banyak hal yang membuat hatinya merasa senang. Mendapat pekerjaan dan menerima sedikit uang dari hasil keringatnya sendiri. Adalah hal yang sangat membanggakan bagi dirinya. Dia akan memberikan semua uang itu pada ibunya.

"Semoga saja, uang ini bisa membantu ibu untuk membeli segala kebutuhan keluarga !" Niat Nisha dalam hati.

Raut wajah nya terlihat gembira menimang-nimang uang pemberian Bu Ratna.

Senyuman nya langsung mengembang teringat kejadian di pasar tadi. Tatkala diperjalanan pulang, Nisha nyaris jatuh dan diselamatkan oleh seorang pemuda yang tak lain adalah Farel, cinta pertama nya sewaktu duduk dikelas dua SMA.

Nisha sungguh tak menyangka akan bertemu Farel di pasar. Rasa rindu yang ia pendam selama ini pada pujaan hatinya seakan terbalaskan dengan pertemuan yang di bilang singkat.

Ya, bagaimana lagi. Dirinya harus buru-buru pulang ke rumah sebelum hari menjelang malam. Ia dan Farel harus berpisah setelah tegur sapa yang terkesan kikuk dan kaku.

Walau tak sempat bicara banyak, Nisha bisa menangkap sorot mata Farel yang seakan tak rela melepas kepergian dirinya yang terlihat buru-buru hendak pulang kerumah.

Bruk !

Nisha jatuh terduduk di atas tanah. Lamunannya langsung buyar. Tanpa sengaja ia menginjak kulit pisang yang di buang orang sembarangan di jalan.

"Astaga !" Ia pun melonjak bangkit.

Uang yang ada ditangannya terjatuh ke dalam parit yang ada di pinggir jalan. Dengan sekuat tenaga, ia berlari mengejar uangnya yang hanyut terbawa air.

Dia terus berlari mengejar uang itu di sepanjang parit. Usahanya tidak sia-sia. Uang itu tersangkut di antara sampah yang menumpuk di dalam parit.

Nisha menarik nafas lega. Seandainya, sampah itu bisa bicara. Ia ingin sekali berterima kasih karna telah membantunya.

Tanpa malu-malu, dia pun berjongkok disisi parit dan merunduk mencoba menggapai uang yang tersangkut di tumpukan sampah. Sedikitpun tak ada rasa jijik di hati nya. Karna uang itu lebih berharga daripada kotoran lumpur yang mengotori tangannya.

"Nyari apa dek ?" Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan Nisha.

Kepalanya berputar kebelakang melihat sosok pria yang menegurnya. Dahinya berkerut heran menatap pria tak di kenal yang ikut berjongkok di sampingnya seraya ikut menoleh ke arah parit.

Pria separuh baya yang hampir seumuran dengan Bapaknya itu mengernyit saat melihat beberapa lembar ribuan terapung di sela tumpukan sampah.

"Oh, duit mu jatuh ya dek ?" Pria itu seketika manggut-manggut seraya memandangi tangan gadis itu yang terlihat kotor dengan perasaan jijik.

"Gak usah di ambil dek ! Duitnya udah kotor, biar duit mu yang jatuh itu Abang ganti pake duit Abang." Ucapnya tiba-tiba mengejutkan Nisha.

Matanya mendelik, memandang pria tua itu dengan perasaan aneh.

"Gak apa-apa kok Om ! Setibanya di rumah nanti, duitnya bisa aku cuci trus di setrika sampai kering." Nisha coba menolak tawaran kebaikan Pria tua yang berdandan perlente itu dengan halus.

"Ya udah, biar saya bantu ambilkan duitmu yang kotor itu." Pria itu bersikeras ingin membantu.

Nisha sedikit enggan menyusahkan orang. Apalagi orang yang tak ia kenal.

"Gak usah om, saya bisa kok !"

Ucap Nisha Ia berupaya menggapai uang itu dengan mengulurkan jemari nya ke parit. Akhirnya uang itu berhasil ia ambil di bantu oleh pria tua yang ada di dekat nya.

"Jangan panggil Om ! Panggil saja Bang Ridwan !" Kata Pria separo baya itu penuh percaya diri.

Nisha membelalak. Dalam hatinya tersenyum geli.

"Udah tua, masih ngaku muda !" Cemooh gadis itu dalam hati.

"Iya Om, eh Bang. Makasih ya !" Ucapnya gugup.

Ia mulai merasa risih bicara ber lama-lama dengan pria tua yang mengaku bernama Ridwan itu.

"Oh iya, nama mu Nisha kan ?" Kata Ridwan lagi mengejutkan Nisha.

"Iya om, eh, Bang Ridwan kok tau namaku ?" Nisha menatap Ridwan penuh curiga.

"Ya tau dong, siapa sih yang gak kenal sama kembang desa nya kampung Anggrek ?" Ucap Ridwan seraya tertawa terkekeh-kekeh.

Hati Nisha mulai tak tenang bicara dengan Ridwan. Ada rasa canggung dan risih setiap kali matanya menangkap tatapan mata Ridwan yang terlihat liar memperhatikan setiap lekuk tubuhnya.

"Maaf Bang Ridwan, saya harus pamit dulu. Sudah mau magrib, saya harus buru-buru pulang." Tubuh Nisha merunduk memberi hormat berpamitan pada Ridwan.

"Kebetulan mobil Abang ada di dekat sini, biar Abang antar kamu pulang !" Jawab Ridwan cepat.

"Gak usah Bang. Saya lebih suka jalan kaki." Teriak gadis itu cepat-cepat berlalu pergi, meninggalkan Ridwan.

Ridwan berkacak pinggang seraya mendengus kesal. Upayanya untuk bisa mendekati Nisha gagal untuk hari ini.

"Lihat saja, suatu saat nanti kau pasti ku dapatkan !" Gumam Ridwan dalam hati.

Matanya terus memandang tajam ke arah bayangan Nisha, yang makin lama makin jauh dan menghilang di ujung jalan.

"Assalamualaikum !" Azan magrib baru berkumandang, tatkala langkah kaki Nisha berhenti di depan pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam !" Suara Bu Salma terdengar keras menjawab salam dari dalam rumah.

"Kebiasaan, pulang malam kalau gak magrib. Anak gadis kok susah di bilangin. Sekalian saja tak usah pulang. Ibu cape, tiap hari melihat kelakuanmu." Teriakan Bu Salma langsung cetar menusuk telinga Nisha.

Tak ada suara yang terdengar dari mulut Nisha. Ia hanya menerobos masuk ke dalam rumah tanpa bicara sepatah katapun.

"Kamu itu ya, bisa gak kamu mengerti keadaan keluarga kita hah ?" Jerit Bu Salma mengejarnya dari belakang.

Gadis itu tak memperdulikan perkataan ibunya. Ia terus berjalan ke arah dapur. Menghidupkan kompor dan memanaskan air dengan panci yang tertutup.

"Harusnya, sebelum kamu pergi bermain seharian. Kamu bantu ibu dulu, menyelesaikan pekerjaan rumah. Lihat sekelilingmu. Rumah berantakan belum di sapu. Piring dan baju kotor menumpuk, cucian bersih belum disetrika. Belum lagi lauk pauk untuk makan, nasi belum di masak. Air belum di rebus." Bu Salma terdengar mengomel panjang di belakang Nisha.

"Apa kamu gak kasihan sama Ibu hah ? Tiap hari banting tulang untuk makan kalian bertiga !" Bu Salma makin gregetan melihat sikap anak gadisnya yang masih bungkam.

Nisha menyusut airmata yang mendadak jatuh bergulir pelan membasahi kedua pipinya.

Dengan hati sedih dan terluka, Ia berjalan menuju kamar mandi dan mengambil segayung air. Tangannya menyiram lembaran-lembaran kertas uang yang nyaris lecek dan robek dengan hati-hati.

Kemudian, dia pun membawa uang yang telah ia cuci bersih kembali ke dapur. Dirinya menaruh lembaran uang kertas yang basah itu satu persatu di atas tutup panci diiringi tatapan heran Bu Salma yang masih berdiri di dekat pintu dapur.

"Dapat uang dari mana kamu ?" Mata Bu Salma terlihat melotot memandang Nisha penuh curiga.

"Itu uangku. Hasil kerjaku seharian di tempat Bu Ratna. Teman ibuk yang punya kedai minuman di pasar. Ibuk boleh ambil semuanya. Lumayan, buat nambah belanja ibuk." Tutur Nisha seraya menatap Ibunya dengan raut wajah terlihat sedih.

Bu Salma terpaku diam. Tenggorokan nya terasa kering. Lidahnya kelu dan kaku seketika. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Tak ada kata maaf ataupun ucapan terima kasih terucapkan di bibir wanita setengah baya itu. Hanya raut wajah berganti malu dan rasa penyesalan terlihat membayang di wajah tua nya. Ingin rasanya ia menangis dan memeluk anak perempuannya itu.

Bu Salma tahu, sebenarnya Nisha adalah anak yang baik dan pintar. Cuma Nisha satu-satu nya anak yang bisa ia andalkan untuk saat ini. Terkadang, Bu Salma merasa tak tega karna terlalu sering memarahi Nisha dan memaksanya untuk bekerja. Namun bagaimana lagi, keadaan hidup mereka sekeluarga yang serba kekurangan membuat Bu Salma menaruh harapan tinggi pada Nisha.

Bersambung 🤗

Bagaimana nasib Nisha selanjutnya ?

Ciusss,kepoin terus ya pembaca tersayang 🤗

1
EMP Official
Hai juga 😀
Ceriwis (Kurogane Haruka)
menolak tua si om
Ceriwis (Kurogane Haruka): iihhh mau jadi adik gula-gula ahhh 😁
EMP Official: sugar Daddy itu mah 🤭
total 2 replies
Ceriwis (Kurogane Haruka)
jangan bilang kalo begal kak..
EMP Official: begal cinta dek 🤣
total 1 replies
Ceriwis (Kurogane Haruka)
hai haiiii ..
EMP Official
Luar biasa
EMP Official
Lumayan
EMP Official
Buruk
EMP Official
Kecewa
EMP Official
Biasa
jhope's wife
semangat upnya ya thorr🤩
EMP Official: mksh 😍❤️
total 1 replies
jhope's wife
aku mampir 💜 mampir juga yu ke karya aku, terimakasih😻
EMP Official: makasih udah mampir 🥰 oke, meluncuurr 💃
total 1 replies
EMP Official
............. welcome to my novel .......... 🤗🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!