📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂
Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.
"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."
"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.
"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak ipar impian
“Berasa udah lama banget dah gue nggak datang ke tempat kayak gini Al, padahal baru dua mingguan.” Ucap Jesi. Saat ini ia dan Alya sedang duduk di cafe sebuah mall setelah puas keliling mall hanya untuk cuci mata. Masuk ke toko-toko sekedar melihat, megang dan udah gitu doang kagak di beli.
“Beneran cuci mata doang ini kita, Al.” Jesi tertawa, perubahannya sangat drastis. Jika dulu hampir setiap hari ia datang ke tempat ini dan pulang dengan belanjaan yang banyak, tapi kini satu paper bag pun tak ada. Di meja mereka pun hanya ada dua jus alpukat dan kentang goreng.
“Kenapa? Kangen shopping yah? Ya udah kita shopping ayo!” ajak Alya.
“Shopping? Nggak ada uang gue, Al. Utang sama lo yang kemaren aja belum gue bayar.”
“Gue yang bayar.” Alya mengeluarkan blackcard dari dalam tas dan menunjukannya pada Jesi.
Jesi yang sedang menyedot jus alpukat mendadak tersedak melihat kartu yang di pegang Alya, “Blackcard?”
“Iya. Yuk shopping. Aku nggak suka belanja sih, tapi kalo kamu mau ayo aku bayarin.”
Alih-alih menjawab ajakan shopping Jesi justru jadi lebih tertarik pada latar belakang Alya. Sejak awal dia tak pernah mengira jika Alya anak orang kaya. Dilihat dari penampilannya yang sederhana Jesi mengira jika Alya hanya kalangan biasa, seperti dirinya yang hanya remahan saat ini.
“Wih gila ternyata lo sultan Al. Gue kira lo rakjel kayak gue. Secara jaman sekarang kan temenan aja suka liat isi dompet.”
“Tapi makasih udah mau temenan sama remahan kerupuk ini.”
“Nggak usah ngerendah kayak gitu, Jes. Kaya ataupun miskin dimata Tuhan kita setara. Aku pernah ngalamin ada di posisi kamu dan itu nggak mudah. Kamu beruntung karena orang tuamu nggak bangkrut, sampai detik ini pun sebenarnya kamu masih Jesi si kaya raya. Yang bikin kamu jadi remahan karena diri kamu sendiri yang nggak nurut sama orang tua. Coba kalo nurut udah enak lagi kan.”
“Tapi tetep aja gue nggak suka di jodoh-jodohin, Al. Yang pada hubungan lama terus nikah aja banyak yang pada cerai. Apalagi yang ketemu lewat perjodohan? Gue nggak bisa ngebayangin deh.” Jesi menggelengkan kepalanya.
“Oke-oke kita nggak usah bahas masalah perjodohan kamu, itu terserah kamu kan kamu yang bakal ngejalanin. Ya meskipun aku sebagai sahabat sih lebih mendukung kalo kamu pulang dan nurut sama orang tua. Kamu beruntung masih punya ayah dan ibu yang lengkap, kalo aku udah nggak punya ayah, Jes.”
“Kamu tau nggak, Jes? Saat aku kehilangan ayahku seluruh dunia seakan menjauh dariku. Sama halnya kamu yang kehilangan sahabat dan pacar bersamaan dengan dicabutnya semua fasilitas, aku tak hanya kehilangan sabahat tapi juga keluarga. Semua sanak saudara menjauh saat tau perusahaan ayah hampir gulung tikar, semua investor mengambil dananya. Tak hanya sampai disana, aku jadi korban bully teman-teman sekolah, mama jadi sakit-sakitan karena banyak pikiran dan kakak yang masih SMA harus mengambil alih tanggungjawab keluarga.”
“Tapi Tuhan nggak pernah tidur. Kami bersyukur karena ada salah satu investor yang tak mengambil dananya. Membantu kami hingga akhirnya perusahaan ayah kembali bangkit meskipun butuh waktu yang tak sedikit. Aku masih inget gimana kakak harus dewasa sebelum waktunya. Saat anak seusianya pulang sekolah pergi main atau nongkrong dengan teman-temannya, kakak justru pergi ke kantor untuk belajar manajemen. Bahkan kakak kuliah sambil kerja. Kuliah, kerja, ngerawat mama yang sakit-sakitan, ditambah juga ngerawat aku yang depresi saat itu, pasti nggak mudah banget.”
“Makanya pas lihat kamu dijauhi Raya, jadi bahan gosip di kampus, di selingkuhin kak Zidan, aku langsung ngerangkul kamu. Karena aku pernah ada di posisi kamu. Aku nggak mau kalo kamu sampe ngalamin depresi seperti yang aku alami dulu.”
“Tapi aku bersyukur karena kamu ternyata nggak selemah aku, Jes. Buktinya kamu masih bisa tertawa sampai saat ini.” Alya mencubit kedua pipi Jesi yang terlihat sangat fokus mendengarkannya dengan ekspresi campur aduk.
“Aduh sakit, Al.” Jesi mengusap bekas cubitan di pipinya.
“Jangan sedih gitu dong. Life goes on. Semua udah berlalu dan aku bahagia sekarang. Aku yang ngalamin aja nggak nangis.” Imbuhnya.
Jesi mengambil tisu dan menyeka matanya yang mulai berair, “gue nggak nangis kok. gue cuma nggak bisa bayangin aja kalo gue ada di posisi kakak lo, Al. Lo pasti bangga banget yah punya kakak kayak dia.”
“Tentu. Dia orang yang paling penting buat aku setelah mama. Dan satu lagi yang bikin aku salut sama kakak.”
“Apa-apa?” Jesi begitu semangat karena penasaran.
“Kakak nggak pernah pacaran walaupun orang yang memintanya jadi menantu sampai saat ini belum memastikan kelanjutan perjanjian mereka di masa lalu.” Ucap Alya.
“Setia banget kan kakak aku? Belum pernah ketemu sama calon istrinya aja nggak pernah larak lirik wanita lain.” Imbuhnya.
“Gila cowok idaman banget euy, Al. Coba aja kalo kakak lo belum punya calon istri, gue auto daftar deh jadi kakak ipar lo, Al.”
Alya tertawa mendengar ucapan Jesi, dia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya nanti jika punya kakak ipar seperti Jesi. Manja, kekanak-kanakan dan moody banget orangnya. Sudah pasti akan menjadi ujian kesabaran tanpa batas untuk kakaknya.
“Malah ketawa ih... nggak pengen punya kakak ipar kayak gue, Al? Meskipun sekarang gue remahan tapi aslinya sultan. Ntar lo makin tajir loh.”
“Tapi kan kamu juga udah dijodohin, Jes. Kakak juga udah punya calonnya sendiri. Meskipun aku pengen kamu jadi kakak ipar aku juga percuma, aku bisa apa coba?”
“Aku cuma berharap calon istri kakak adalah perempuan yang anggun, dewasa dan keibuan supaya bisa menyayangi kakak, aku dan mama dengan tulus.”
.
.
.
Oh Alya...andai kamu tau siapa calon kakak iparmu🤭🤭
jangankan Jesi, author juga auto pengen daftar jadi kakak iparnya Alya.
Aku kasih bonus visual karam deh si CCG yang udah setia meskipun belum pernah ketemu sama calon istrinya.