Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Sedangkan Alva memotong steak nya dengan kasar hingga terpotong sangat berantakan namun Alva tetap menghabiskan steak tersebut.
Hingga beberapa menit selesai semuanya berkumpul diruang keluarga, lagi lagi Alva kesal karena sepanjang acara Laura tidak menjauhi Alvi sedikitpun.
"Baiklah karena tujuan utama kami datang kemari untuk acara inti apakah kita bisa memulainya sekarang," ucap nyonya Ziudith.
"Tentu saja nyonya," kata tuan Leonard.
"Alva ayo," bisik nyonya Michelle.
Alva mengeluarkan cincinnya sembari menatap Laura sedangkan gadis itu menunduk untuk menghindari tatapan Alva.
Apa mereka akan bertunangan, ahh tolong jangan terlihat lemah atau sakit, ini sudah perjanjian kalian, batin Laura.
"Aku tidak ingin basa basi, Tania aku ingin..." Alva memegang kepalanya dan menghentikan kalimat.
"Alva kau baik baik saja," ucap nyonya Michelle khawatir.
"Ahh ma kepala Alva sakit."
"Kak Alva sakit?" Tanya Aliva.
"Sepertinya begitu," jawab Alva.
"Pasangkan cincin itu terlebih dahulu baru beristirahat," kata tuan Leonard.
"Ahh!! Rain!!" Panggil Alva.
"Ya tuan muda," jawab Rain dari luar.
"Siapkan mobil," kata Alva lalu pergi meninggalkan cincin pertunangannya dengan Tania.
"Hey Alva kau belum menyelesaikan acara ini!" Ucap nyonya Ziudith.
"Papa mama kenapa Alva pergi," ujar Tania panik.
"Mungkin Alva pergi kerumah sakit," saut tuan Ziudith.
"Tania, nyonya, dan tuan Ziudith maafkan kami karena acara ini sedikit berantakan," kata nyonya Michelle.
"Tidak masalah nyonya kita akan mengatur acaranya lagi nanti sebaiknya sekarang kami pulang terlebih dahulu."
"Maafkan kami sekali lagi."
"Tapi pa ma..."
Tania menghentikan kalimatnya saat melihat tatapan datar papanya.
Mereka memutuskan untuk pulang setelah acara tersebut batal karena Alva pergi tanpa kabar untuk kembali lagi sedangkan Laura dan Alvi masih tetap disana.
"Maaf Laura kau harus menyaksikan acara yang berantakan ini," ucap nyonya Michelle.
"Tidak masalah nyonya mungkin tuan Alva sedang tidak baik," kata Laura.
"Ah ya Laura kau mengatakan memiliki butik, dimana itu?" Tanya nyonya Michelle.
"Pemilik butik Laura Angeline ma," saut Aliva.
"Laura Angeline? Astaga butik yang terkenal itu?" Tanya nyonya Michelle.
Laura mengangguk dengan senyum tipisnya, ternyata dari kalangan atas pun sudah mengetahui butik Laura hanya saja mereka tidak tau siapa pemiliknya karena Laura cukup pintar menyembunyikan privasi.
"Laura Angeline? Papa mu bernama tuan Luis?" Tanya tuan Leonard.
"Benar tuan bagaimana anda bisa tahu?"
"Astaga."
Tuan Luis langsung berdiri dan memeluk Laura cukup erat namun nyonya Michelle hanya menanggapi dengan senyum manis.
"Kalian mengenal papa?"
"Tidak kami mengenal mama mu," jawab tuan Leonard.
"Ah ya mama Natali," Laura memudarkan senyumannya.
"Bukankah mama mu bernama Angeline?"
Laura terkejut karena ada seseorang yang mengenal mamanya.
"Tuan mengenal mama?"
"Kenapa kau mengatakan mama Natali apa Angeline dan Luis bercerai?" Tanya tuan Leonard balik.
"Mama meninggal saat melahirkan Laura," jawab gadis itu dengan senyum tipis.
"Astaga," tuan Luis langsung memeluk Laura kembali.
"Tuan kalian mengenal mama darimana?" Tanya Laura.
"Pria yang sedang memeluk mu mantan kekasihnya Laura," saut nyonya Michelle.
Alvi dan Aliva sama sama terkejut mendengar berita yang tak pernah mereka sangka.
"Mama tidak marah?" Tanya Aliva
"Marah kenapa papa mu sudah menjadi milik mama," jawab nyonya Michelle.
"Jangan pernah bosan mengunjungi rumah ini," ucap tuan Leonard.
Laura mengangguk, rasanya keluarga ini lebih hangat daripada keluarganya sendiri karena mereka memperlakukan Laura sangat baik jauh berbeda dirumahnya.