NovelToon NovelToon
RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh / Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Barra Ayazzio

Bagaimana rasanya menjadi istri yang selalu kalah oleh masa lalu suami sendiri?
Raisha tak pernah menyangka, perempuan yang dulu diceritakan Rezky sebagai "teman lama”itu ternyata cinta pertamanya.

Awalnya, ia mencoba percaya. Tapi rasa percaya itu mulai rapuh saat Rezky mulai sering diam setiap kali nama Nadia disebut.
Lalu tatapan itu—hangat tapi salah arah—muncul lagi di antara mereka. Parahnya, ibu mertua malah mendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Barra Ayazzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Saran Bu Ratna

Pagi di Canada pada awal musim semi—bulan Maret—masih menyisakan dingin yang menggigit, tapi aroma tanah basah dan tunas-tunas baru mulai terasa. Di sinilah Allysa berada, seorang perempuan muda yang sedang sibuk bersiap masuk kantor.

Ia keluar dari apartemennya yang berada di lantai tiga, rambutnya yang cokelat gelap diikat setengah terburu-buru. Embun tipis menempel di kaca kacamata bening yang ia kenakan, membuatnya harus mengusapnya sambil berjalan cepat. Di tangan kirinya ada travel mug berisi kopi panas, sementara tangan kanannya sibuk memegang tas kerja dan ponsel yang terus bergetar—ada chat masuk dari sahabatnya_Nadia.

Udara 5 derajat terasa menusuk, tapi cahaya matahari pagi yang lembut membuat suasana terlihat hangat. Jalanan sudah mulai ramai: beberapa warga membawa anjing jalan pagi, bus kota melintas dengan suara mesin yang berembun, dan pepohonan mapel mulai menunjukkan titik-titik hijau kecil tanda musim matang akan datang.

Allysa sempat memeriksa jam di ponsel. Terlambat sepuluh menit kalau tidak buru-buru. Ia menarik napas panjang, langkahnya makin cepat, tumit sepatu kerjanya mengetuk-ngetuk trotoar yang masih sedikit basah bekas salju mencair.

Begitu tiba di halte, napasnya sedikit terengah. Ia melepaskan mantel wool biru langitnya sebentar untuk merapikan baju kerja di dalamnya—blus krem dan celana bahan hitam. Wajahnya terlihat lelah tapi tetap bersemangat; ada sedikit senyum ketika bus yang ia tunggu akhirnya muncul dari balik tikungan.

Bus nomor 27 berhenti tepat di depannya, pintunya menguap terbuka dengan desis udara. Allysa naik sambil menarik napas lega—setidaknya ia tidak akan terlambat parah ke kantor. Tapi begitu ia melangkah masuk, dunia seolah berhenti sebentar.

Di bangku tengah, dengan headphone menggantung di leher, duduk seorang laki-laki berjaket biru tua—Roy.

Roy.

Laki-laki yang selama setahun terakhir diam-diam ia cintai. Laki-laki yang selalu ramah padanya, yang membuat pagi terasa tidak terlalu berat. Laki-laki yang… kini justru sedang mengejar sahabatnya_Nadia.

Allysa terpaku.

Jantungnya memukul dadanya begitu keras seolah ingin mengingatkan semua perasaan yang berusaha ia sembunyikan.

Roy menoleh karena merasakan gerakan di depannya. Matanya membesar sedikit, lalu senyumnya muncul—hangat, sama seperti biasanya.

"Allysa? Kebetulan ni, ketemu di sini." Katanya ringan, seolah tidak ada apa-apa di antara mereka.

Roy berdiri, memberi ruang agar Allysa duduk di bangku sebelahnya. "Duduk sini. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, berhubungan dengan Nadia.”

Allysa duduk, mencoba mengatur napas. Di luar, pepohonan mulai bertunas, tanda musim semi datang. Tapi di dadanya, hanya ada campuran hangat dan perih.

"Sa, sementara ini gue lagi sibuk banget di club, gue lagi ngumpulin uang banyak, biar bisa nyusul Nadia ke Indonesia dengan tabungan penuh.” kata Roy ceria. "Gue tahu Nadia ng'blokir gue, mungkin karena gue dianggap mengganggu hubungannya dengan Rizal, tapi it's ok yang penting dia happy.

"Berarti Lu gak akan ganggu dia lagi? Sudah menyadari kalau dia sudah jadi milik yang lain?" Allysa bertanya sambil mengamati wajah Roy dari dekat. Wajah yang ia hafal. Wajah yang ia suka. Wajah yang sedang memikirkan orang lain.

"Nggak gitu juga sih, tetep gue mau memperjuangkan cinta gue. Tapi sementara ini, karena gue lagi ngumpulin tabungan, gue fokus kerja dulu aja. Gue harus benar-benar siap secara finansial ketika gue melamarnya, biar gue gak ditendang keluarganya."

"Gimana kalau tetiba Nadia memutuskan menikah cepat?"

"Gak mungkin lah, dia sudah bilang ke gue kalau dia hanya mau menikah menjelang kepala 3. Ya jadi masih ada waktu, tiga tahunan lagi lah."

"Kan gue bilang seandainya."

"Jangan berandai-andai lah, Sa. Itu bikin gue khawatir banget."

"Ya sudah, kalau gak mau diajak berandai-andai."

"Eh nanti malam kamu clubbing ya, gue mau traktir."

"Gak janji ah."

"Ntar gue jemput ya." Nadia gak menjawab, dia hanya mengendikkan bahunya.

*****

"Cha, mama gak bisa dibohongi, kamu lagi ada masalah ya sama suamimu? Dari tadi mama lihat, kamu gak seramah biasanya sama Rezky, seperti ada yang ditahan, mama yakin kamu lagi menahan amarah." Bu Ratna berkata sambil menatap putri sulung kebanggaannya.

Raisha menatap wajah ibunya, dia salut dengan kepekaan ibunya tersebut. Kalau ada sesuatu yang menimpa dirinya, mamanya seperti merasakannya.

"Sejak kamu ke sini dua Minggu lalu, ada sesuatu yang mengganjal, mama seperti melihat kamu gak seperti biasanya. Cha, kalau ada masalah bicaralah. Kami keluargamu, yang akan selalu ada untuk kamu. Jangan dipendam sendiri, karena itu akan lebih berat."

Raisha menatap wajah teduh ibunya, wajah yang selalu tersenyum, wajah yang tak pernah marah walau dia melakukan hal yang kurang berkenan di hatinya. Tetiba Raisha memeluk ibunya erat, dia menangis tersedu. Beban yang selama ini disimpannya dengan rapat, akhirnya meluncurlah dengan lancar.

"Maafin Icha kalau selama ini tidak terbuka dengan rumah tangga Icha." Raisha membuka percakapan sambil melepaskan pelukannya.

"Sebetulnya kalau dengan Mas Rezky, Icha tidak ada masalah. Dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Awalnya kehidupan rumah tangga kami juga aman-aman saja. Namun, setahun terakhir pas Icha pindah ke rumah ibu, semua berubah." Raisha menatap ibunya lekat. Bu Ratna tidak memotong perkataan anaknya, dia membiarkan Raisha menyelesaikan keluhannya.

"Icha gak ngerti, kenapa ibu gak suka sama Icha. Padahal semua yang ibu minta selalu Icha kabulkan. Perkataan ibu kadang bikin hati Icha sakit, kadang diteriaki."

"Segitunya? Terus sikap suamimu gimana?" Bu Ratna terlihat emosi. Dia gak menyangka anak kesayangannya diperlakukan demikian oleh mertuanya.

"Dia hanya bisa bilang: "Sabar Cha, ibu emang begitu, bla bla bla bla."

"Sepertinya mertuamu tak suka karena kita berasal dari keluarga sederhana, tidak seperti mereka yang hartanya banyak."

"Iya sepertinya begitu. Ma, menurut Mama, baiknya Icha gimana?" Raisha melepaskan pelukannya.

"Coba bicarakan baik-baik pada suamimu, kalau kamu merasa ibu mertuamu sudah keterlaluan. Solusinya bisa minta pisah rumah lagi, atau minta suamimu agar bilang pada ibunya untuk tidak memperlakukanmu semena-mena. Kamu itu kan anaknya juga."

"Saya gak yakin Mas Rezky mau, Ma."

"Lho, kamu kan istrinya? Seharusnya dia tidak membiarkanmu diperlakukan semena-mena dong."

"Apakah pernah kamu mengeluh dengan perlakuan ibunya?"

"Sering. Tapi ya itu tadi, dia hanya bisa bilang: "sabar, sabar, dan sabar."

"Berarti suamimu tidak berada di pihakmu. Mama tidak bisa ikut campur, itu hanya Icha yang dapat mengambil keputusan. Lanjutkan rumah tanggamu dengan segala konsekwensinya, atau udahan aja."

"Cerai maksud mama?"

"Nggak langsung minta cerai juga Cha, coba aja dulu untuk bertahan sambil mencoba terus bicara sama Rezky. Kalau dia masih bersikap yang sama, jalan satu-satunya ya pisah. Memang berat, tapi itu untuk mental health kamu, Cha. Nanti mama coba bicarakan sama papa juga, siapa tahu papa punya solusi lebih baik."

1
Candela Antunez
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Classroom Of The Elite
Sangat kreatif
Barra Ayazzio: Terimakasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!