NovelToon NovelToon
Istri Paksa Tuan Arka

Istri Paksa Tuan Arka

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Terlarang
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Alya, gadis kelas 12 yang hidup sederhana, terkejut saat mengetahui ayahnya terlilit hutang besar pada Arka Darendra — CEO muda paling berpengaruh di kota itu.

Saat debt collector hampir menyeret ayahnya ke polisi, Arka datang dengan satu kalimat dingin:

“Aku lunasi semuanya. Dengan satu syarat. Putrimu menjadi istriku.”

Alya menolak, menangis, berteriak—tapi ayahnya memaksa demi keselamatan mereka.

Alya akhirnya menikah secara diam-diam, tanpa pesta, tanpa cinta.
Arka menganggapnya “milik” sekaligus “pembayaran”.

Di sekolah, Alya menyembunyikan status istri CEO dari teman-temannya.
Di rumah, Arka perlahan menunjukkan sisi lain: posesif, protektif, dan… berbahaya.

Mereka tinggal seatap, tidur sekamar, dan gairah perlahan muncul—walau dibangun oleh luka.

Konflik berubah ketika masa lalu Arka muncul: mantan tunangan, dunia bisnis yang penuh ancaman, dan rahasia gelap kenapa ia sangat tertarik pada Alya sejak awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Malam Penuh Emosi

​Begitu Arka dan Alya tiba di villa, ketegangan di antara mereka meledak. Arka menyeret Alya masuk ke kamar tidur utama, mengunci pintu di belakang mereka dengan suara klik yang keras. Arka masih memegang lengan Alya, cengkeraman yang menyakitkan itu adalah satu-satunya hal yang menghubungkan mereka.

​“Anda menyakiti saya!” teriak Alya, mencoba melepaskan diri.

​Arka melepaskan Alya dengan tiba-tiba, membuat Alya tersandung ke belakang. Arka berdiri di hadapannya, tubuhnya bergetar karena emosi.

​“Menyakiti? Kau pikir ini menyakitkan, Alya? Dua puluh empat jam aku hidup dalam ketakutan mutlak! Kau tahu rasanya melihat bayangan tragedi yang sama muncul di depan mataku?! Kau memintaku memberimu kebebasan, dan kau menggunakannya untuk menghukumku!” raung Arka, suaranya dipenuhi frustrasi, bukan hanya amarah.

​Alya tidak gentar. Dia telah melewati titik takut. Dia adalah wanita yang telah mengaku mencintai pria ini dan kemudian mendapati dirinya hanyalah pengganti. Dia adalah wanita yang hancur.

​“Saya lari karena saya ingin melihat apakah Anda akan mencari Alya, atau mencari Aida yang Anda takutkan hilang! Dan Anda tahu apa yang saya lihat, Tuan Arka? Saya melihat pria yang panik, bukan karena mencintai saya, tetapi karena takut pada kegagalan Anda sendiri!”

​Alya maju, menantang Arka. “Anda menarik saya dengan kasar! Anda memandang Deo dengan kebencian yang sama seperti Anda memandang Tanaya! Anda tidak mencintai saya, Anda hanya takut kehilangan kendali!”

​Alya memukuli dada Arka dengan tinju kecilnya, memukul berulang kali. Ini adalah cara Alya mengeluarkan semua rasa sakit dan pengkhianatan yang ia rasakan sejak pertemuan dengan Tanaya (Bab 29).

​“Saya benci Anda karena Anda membuat saya mencintai Anda! Saya benci Anda karena Anda menghancurkan hidup saya! Saya benci Anda karena Anda membuat saya menjadi bayangan!” Alya terus memukul, memukuli baju Arka yang kusut dan tubuh Arka yang kaku.

​Arka membiarkannya. Dia tidak menahan Alya, tidak membalas. Dia hanya berdiri di sana, membiarkan tinju Alya menghantamnya, membiarkan setiap kata Alya menembus pertahanannya.

​Ketika Alya kehabisan napas dan kekuatannya, dia ambruk, menangis histeris, bersandar lemah di dada Arka.

​Arka menundukkan kepala. Dia menarik napas dalam-dalam, menahan emosi yang mengancam akan meledakkannya menjadi jutaan keping.

​“Kau benar,” bisik Arka, suaranya serak dan patah. Pengakuan ini lebih jujur daripada semua yang pernah ia ucapkan. “Aku takut pada diriku sendiri. Aku takut menjadi pria yang gagal lagi.”

​Arka memeluk Alya, pelukan yang kini sangat protektif. Dia tidak memeluk Alya dengan tuntutan gairah, tetapi dengan keputusasaan yang murni.

​“Aku tidak tidur semalaman, Alya. Aku melihat titikmu bergerak di peta, dan aku hanya bisa memikirkan bagaimana aku akan mati jika kau tidak kembali. Aku tidak peduli dengan Tanaya, aku tidak peduli dengan Darendra Group. Aku hanya peduli pada satu hal: kehilanganmu.”

​Arka menarik Alya menjauh sedikit, menatap mata Alya yang basah.

​“Aku tahu, aku memulai ini dengan cara yang salah. Aku menggunakan obsesiku padamu untuk menenangkan hantuku. Tapi, demi Tuhan, Alya, hantu tidak bisa membuatku membatalkan janji-janji bisnis. Hantu tidak bisa membuatku mempertaruhkan segalanya di depan kamera. Yang membuatku mempertaruhkan itu semua adalah kau. Kau! Alya!”

​Arka menyentuh wajah Alya, ibu jarinya menghapus air mata Alya.

​“Aku tahu aku bukan Aida. Aida tidak akan pernah berani memukulku seperti itu. Aida tidak akan pernah menuntut kebebasan. Kau adalah api yang berbeda, Alya. Kau lebih kuat, lebih berani. Dan itulah yang membuatku ketakutan. Aku takut kau akan menyadari betapa lemahnya aku tanpamu, dan kau akan meninggalkanku.”

​Arka memejamkan mata, kepalanya bersandar di kepala Alya. “Aku tidak bisa kehilanganmu, Alya. Aku akan menjadi gila. Aku akan hancur.”

​Mendengar pengakuan yang begitu mendalam dan jujur, Alya mulai luluh. Dia merasakan getaran di tubuh Arka, getaran yang bukan karena amarah, melainkan karena kerapuhan yang luar biasa. Dia melihat lubang hitam di jiwa Arka yang hanya bisa diisi oleh keberadaannya.

​Alya menyadari, Arka tidak hanya mencintainya; Arka membutuhkannya untuk hidup. Cintanya mungkin dimulai dari obsesi, tetapi kini telah berkembang menjadi ketergantungan emosional yang mutlak.

​Alya berhenti menangis. Dia perlahan, dengan hati-hati, membalas pelukan Arka. Dia memeluk Arka erat, membiarkan kepalanya bersandar di dada bidang Arka yang berdebar kencang.

​Mereka berpelukan lama. Mungkin lima menit, mungkin sepuluh. Keheningan itu jauh lebih keras daripada badai pertengkaran mereka sebelumnya. Pelukan itu bukan lagi paksaan; itu adalah perjanjian emosional yang sunyi. Pelukan itu adalah titik balik.

​Alya mendongak, menatap Arka. “Jika Anda benar-benar mencintai saya, Tuan Arka, dan jika Anda benar-benar takut kehilangan saya, tunjukkan pada saya. Saya tidak ingin menjadi rahasia, saya tidak ingin menjadi pengganti. Saya ingin menjadi mitra Anda, menghadapi dunia ini bersama Anda. Sebagai Alya.”

​Arka mengencangkan pelukannya. “Aku bersumpah, Alya. Aku akan melakukannya. Aku akan melepaskan Aida. Tapi kau harus berjanji, kau tidak akan lari dariku lagi. Kau adalah satu-satunya rumah yang kumiliki.”

​Alya mengangguk dalam pelukannya. Dia belum sepenuhnya sembuh, tetapi dia mulai percaya. Dia telah menghancurkan tembok Arka, dan kini, dia harus bertanggung jawab atas kerapuhan yang baru ditemukan itu.

​Mereka tetap berpelukan, tanpa sentuhan vulgar, tanpa tuntutan fisik. Itu adalah keintiman yang murni, dibangun di atas pengakuan, air mata, dan rasa sakit yang dibagi bersama. Malam itu, mereka tidak menjadi suami istri secara fisik, tetapi mereka menjadi pasangan yang sesungguhnya secara emosional. Alya akhirnya mendapatkan Arka yang jujur.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!