“Aku kecewa sama kamu, Mahira. Bisa-bisanya kamu memasukkan lelaki ke kamar kamu, Mahira,” ucap Rangga dengan wajah menahan marah.
“Mas Rangga,” isak Mahira, “demi Tuhan aku tidak pernah memasukkan lelaki ke kamarku.”
“Jangan menyangkal, kamu, Mahira. Jangan-jangan bukan sekali saja kamu memasukkan lelaki ke kamar kamu,” tuduh Rukmini tajam.
“Tidak!” teriak Mahira. “Aku bukan wanita murahan seperti kamu,” bantah Mahira penuh amarah.
“Diam!” bentak Harsono, untuk kesekian kalinya membentak Mahira.
“Kamu mengecewakan Bapak, Mahira. Kenapa kamu melakukan ini di saat besok kamu mau menikah, Mahira?” Harsono tampak sangat kecewa.
“Bapak,” isak Mahira lirih, “Bapak mengenalku dengan baik. Bapak harusnya percaya sama aku, Pak. Bahkan aku pacaran sama Mas Rangga selama 5 tahun saja aku masih bisa jaga diri, Pak. Aku sangat mencintai Mas Rangga, aku tidak mungkin berkhianat.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mh 5
Bab 5
Dikamar mahira yang sudah dihias menjadi kamar pengantin sekarang ditempati oleh ratna
Ratna merebahkan badannya di kasur mahira
“akhirnya aku mendapatkan mas rangga” ucap ratna tersenyum licik
“mala mini aku sangat bahagia, akhirnya aku mendapatkan rangga, dan bonusnya mahira pergi dari rumah, aku jadi anak satu-satunya bapak”
“kamu selalu mengalahkanku dalam banyak hal dan aku tidak suka, hal yang paling aku tidak suka dari kamu adalah karena kamu selalu lebih unggu dariku dan orang-orang selalu memuji kamu, aku enggak suka, hanya aku yang harus bahagia, dan kamu tidak boleh bahagia mahira” senyum ratna licik
Ratna usia 20 tahun merupakan anak dari pak harsono dan rukmini,
Selama ini orang tahu kalau pak harsono hanya punya istri lisnawati, perempuan kaya raya yang mengangkat derajat kehidupan harsono, dari lisnawati punya anak bernama mahira purnamasari
Usia mahira 21 tahun, tiba-tiba ibunya meninggal dunia, mahira sangat terpukul kehilangan ibunya, sebagai anak tunggal mahira selau di manjakan oleh lisna dan pak harsono,,
Setelah 2 bulan lisna meninggal pak harsono membawa rukmini ke rumah pak harsono, membawa ratna. Maka di mulailah terus pertengkaran antara mahira dan rukhmini dan pak harsono lebih sering memihak pada rukmini
“mahira kamu suda terlalu lama hidup enak dengan bapak, sekarang giliran aku, aku harus mendapatkan apapun yang kamu miliki” tekad ratna
Pintu kamar di buka
“nak siap-siap MUA sudah datang” ucap rukmini
Ratna tersenyum sumringah “baik bu”
Rukmini melangkah menghampiri ratna “akhirnya kamu bisa menikah dengan rangga, dia pasti hancur” bisik rukmini
“ya memang dia harus hancur bu”
Ratna meraih ponselnya, terlintas sebuah ide lalu membisikan sesuatu pada rukmini,
Rukmini tampak manggut-manggut mendengarkan rencana ratna
,,,
Mahira melirik ke arah Doni.
“Yah, dia tidur,” dengus Mahira melihat Doni sudah ngorok.
“Tampan tapi ngorok,” cibirmya.
Mahira menyalakan ponselnya. Baterai sudah terisi 30 persen. Layar putih menyala, menerangi wajahnya.
Hujan mulai reda, tetapi petir masih terdengar. Hawa dingin semakin terasa.
“Ini orang kulitnya terbuat dari apa sih? Kayak nggak kedinginan,” pikir Mahira.
Mahira menjitak kepalanya sendiri. “Kenapa gue jadi mikirin dia sih? Dia aja cuek kok.”
Ia membuka aplikasi WhatsApp dan melihat grup keluarga yang berisi keluarga besar Mahira, paman-pamannya, dan sepupu-sepupunya.
Ada pesan dari Ratna.
Ratna:
Mohon maaf semuanya, untuk besok aku akan menggantikan Kak Mahira menjadi pengantin.
Rini (sepupu):
Wah, kenapa dengan Mahira? Kamu pasti merebut Rangga, kan?
Lukman (sepupu):
Wah keterlaluan kamu, Ratna. Enak saja merebut Rangga dari Mahira.
Beberapa sepupu lain juga membela Mahira.
Ratna:
Mohon maaf, aku di sini hanya menyelamatkan nama baik keluarga. Aku juga tidak mau menikah dengan Kak Rangga, aku masih kuliah. Tadi malam Kak Mahira sudah menikah dengan lelaki yang dia cintai.
Ratna mengirim beberapa video akad nikah Mahira.
Linda:
Loh, kenapa Mahira menikah dengan orang lain?
Kenapa mendadak sih?
Ada apa ini sebenarnya?
Kenapa, Mahira?
Anto:
Mahira, jawab, dong.
Ratna:
Di sini, dengan berat hati demi Bapak, aku bersedia menikah dengan Kak Rangga. Orang yang tidak aku cintai. Aku mengorbankan masa depanku, aku mengorbankan perasaanku demi keluarga.
Linda:
Waduh, kamu baik banget sih, Ratna. Terima kasih sudah menyelamatkan keluarga.
Anto:
Kok nggak ada jawaban dari Mahira sih?
Bi Lilis:
Aduh Mahira… kok kamu gitu, Nak? Harusnya kamu jelasin ke keluarga. Jangan diem aja.
Rini:
Iya. Kalau kamu memang mau menikah sama cowok lain, kenapa nggak bilang dari awal? Jadi Ratna nggak perlu repot begini.
Linda:
Kamu tau nggak, Mahira? Besok itu banyak tamu penting lho. Gimana kalau Ratna nggak mau gantiin? Kamu mau keluarga besar kita malu?
Ratna:
Jangan salahkan Mahira, Kak… mungkin dia punya alasan. Aku hanya berusaha membantu aja.
Lukman:
Nggak, Ratna. Kamu jangan ngebela Mahira. Kamu yang paling tulus di sini. Kamu sudah mau berkorban demi nama baik keluarga. Keren banget kamu.
Pakde Ruslan:
Betul. Ratna itu anak baik. Nggak kayak kamu, Hira. Kamu itu dari kecil sudah keras kepala. Sekarang buat masalah lagi.
Bude Sari:
Kasihan bapakmu, Hira. Sudah tua, masih harus tanggung malu begini. Untung ada Ratna yang bisa menyelamatkan semuanya.
Linda:
Iya. Ratna sudah ngaku dia nggak cinta sama Rangga tapi tetap mau menikah demi keluarga. Itu baru anak baik. Bukan yang mikir diri sendiri.
Rini:
Mahira, kalau kamu memang sudah menikah sama cowok lain, kenapa kamu diam-diam? Kenapa sembunyi-sembunyi?
Kamu itu calon pengantin, Hira. Kok bisa-bisanya kawin lari?
Anto:
Iya. Setidaknya jelasin. Biar keluarga nggak salah paham.
Ratna:
Kalian jangan keras sama Kak Mahira… mungkin dia bingung mau jawab apa.
Lukman:
Ratna, kamu kebanggaan keluarga. Kamu hebat banget. Jujur aku salut.
Rini:
Setuju! Terima kasih sudah nyelametin keluarga besar kita, Ratna.
Linda:
Ratna, kamu calon istri pilihan yang sabar, baik, dan pengertian. Rangga beruntung banget dapat kamu.
Pakde Ruslan:
Ya sudah, soal Mahira biar bapaknya yang urus. Yang penting besok pernikahan tetap jalan. Terima kasih, Ratna.
Anto:
Mahira, kamu baca, kan? Tolong jelasin. Jangan bikin keluarga bingung terus.mahira lu bikin malu saja.
Mahira keluar dari grup.
Mahira menangis lagi.
“Kalian mengenal aku dari orok sampai besar begini masih percaya dengan orang lain yang baru datang. Aku tidak akan melakukan klarifikasi apa pun, percuma menjawab kalau kalian tidak percaya,” lirih Mahira.
Semua berubah saat Ratna datang.
Setiap tahun bapaknya rutin membelikan kado ulang tahun untuk Mahira, tapi semenjak Ratna datang ayahnya seolah lupa dengan ulang tahun Mahira.
Selalu saja ada hal yang terjadi di ulag tahun mahira, Ratna sakitlah, Ratna kecelakaan, Ratna liburan.
Teman, sepupu banyak berpihak pada Ratna, hanya karena Ratna pandai menangis berbeda dengan Mahira yang selalu ngomong apa adanya, tidak suka dengan kebohongan. Beberapa kali Mahira selalu jadi tersangka padahal Ratna orang yang melakukannya.
“Ibu…” isak Mahira menangis.
“Ibu, sekarang tidak ada yang percaya sama aku, Bu… semua orang menyalahkan aku, Bu.”
Tubuh Mahira mengigau.
Tiba-tiba Mahira merasa hangat. Mahira melirik, ternyata Doni sudah ada di sampingnya.
Doni memegang pundak Mahira, dan entah kenapa Mahira bersandar di dada Doni.
“Dunia ini tidak adil… kenapa gue selalu disalahkan,” keluh Mahira.
“Bapak jahat, Mak Lampir jahat, Ratna jahat, semua jahat.”
Doni menepuk-nepuk pundak Mahira.
“Menangislah jika harus menangis, karena kita manusia,” ucap Doni, teringat lagu Dewa 19.
Mahira semakin kencang menangisnya.
“Tidak ada lagi yang percaya sama gue setelah ibu gue meninggal.”
Mahira terus saja menangis terisak.
“Ih, sudah gede ingusan,” pikir Doni sedikit kesal karena sebagian ingus Mahira kena tangannya.
Mahira terus mengeluarkan unek-uneknya sambil menangis.
Tiba-tiba sorot lampu mengenai Doni.
“Siapa sih nyorot-nyorot,” ucap Doni menggerutu.
“Wey, ada yang mesum di pos ronda!” terdengar suara seorang pemuda
anak buah doni kah?
sama" cembukur teryata
tapi pakai hijab apa ga aneh