Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Waktu menunjuk kan jam 3 sore, itu berarti sebentar lagi akan tiba waktu nya pulang. Aku menyelesaikan pekerjaan ku sebelum pulang agar tidak menumpuk. Aku sedang fokus memeriksa laporan yang masuk pada ku hari ini.
Dreeettt, dreeeett, dreeeett ponsel ku berdering dan aku melihat nama Maya tertera di sana.
"Maya? ada apa Maya menelepon ku. apa ada masalah!" Guman ku sambil memperhatikan ponsel ku.
"Hallo Assalam mu'alaikum May!" Aku yang merasa penasaran langsung mengangkat panggilan dari salah satu kasir di restoran milik orang tua ku.
"Wa'alaikum salam mbak, maaf mengganggu waktu nya mbak Arin!" Maya basa - basi di seberang sana.
"Enggak kok May, ini juga udah mau pulang kok. Maaf ya mbak sibuk banget akhir - akhir ini, jadi gak sempat datang langsung ke restoran. ngomong - ngomong gimana keadaan restoran, baik - baik saja kan?" Aku langsung menanyakan keadaan restoran pada Maya.
"Baik mbak, tapi tadi ada sedikit insiden,,,,!" Suara Maya terdengar berat di seberang telepon.
"Ada apa May?" Tanya ku dengan penuh curiga
"Tadi ada pak Randi makan di sini bersama seorang wanita dan dia bilang itu istri nya, tidak hanya itu mbak. Pak Randi memaksa mengambil uang dari kasir sebesar 10 juta, dia bilang atas perintah mbak. Pak Randi juga ngancem kami mbak, kami akan di pecat jika berani membantah nya!" Maya memberi tahu ku kejadian di restoran orang tua ku.
"Astagfirullah hal adzim, keterlaluan sekali mas Randi. May, tolong dengarkan mbak ya, mulai hari ini jika mas Randi datang lagi ke sana minta sekuriti untuk mengusir nya. Mbak tidak pernah menyuruh mas Randi untuk mengambil uang di sana, dan jika dia tetap memaksa jangan pernah di kasih lagi ya!" Aku memberi tahu Maya.
"Ya Allah, maaf mbak. Kami tidak tahu dan kami tadi takut karena ancaman pak Randi!" Maya tampak merasa bersalah di seberang sana.
"Gak papa May, sampai kan dengan yang lain. Sebentar lagi mbak ke sana!" Ujar ku sambil menarik nafas berat.
"Iya mbak, makasih ya. Kami tunggu kedatangan mbak secepat nya di sini! Saya lanjut kerja lagi mbak, wassalam mu'alaikum!" Maya menutup panggilan.
"Wa'alaikum salam!" Aku meletakkan kembali ponsel ku di meja.
"Kurang ajar kau Mas Randi, rupa nya kau masih mau bermain - main dengan ku!" Aku begitu geram dengan perbuatan manusia tidak tahu diri itu.
"Lihat saja mas, kau dan gundik mu akan mendapat kan balasan dari ku!" Aku menutup laporan yang sudah selesai aku periksa.
Karena pekerjaan ku sudah selesai, aku bergegas pulang. Aku tidak langung pulang ke rumah, tapi aku pergi ke rumah makan peninggalan orang tua ku. Aku mendatangi ke 3 cabang rumah makan milik orang tua ku, aku memperingatkan mereka agar mengusir mas Randi dan juga Mia juga mereka datang lagi.
"Mbak, Arin. Silah kan masuk mbak!" Maya langung menyambut ku ketika aku tiba di sana.
"May, tolong kumpul kan semua karyawan di ruang istirahat. Aku mau bicara!" Aku meminta bantuan Maya untuk mengumpul kan semua karyawan ku.
"Baik mbak!" Maya pun segera mengerjakan perintah ku.
Tidak lama kemudian, seluruh karyawan ku sudah berkumpul di ruangan yang cukup besar. Ruangan ini adalah ruangan khusus karyawan ketika beristirahat.
"Selamat sore semua nya, tujuan saya mengumpulkan kalian di sini untuk mengatakan suatu hal yang penting. Jika mas Randi dan Mia datang ke sini lagi, aku minta kalian usir saja, jangan dengar kan apa yang mereka katakan. Jika kalian tidak mampu mengusir nya, minta sekuriti menyeret nya secara paksa. Jangan pernah takut akan ancaman nya, karena dia bukan lah pemilik tempat ini. Aku adalah pemilik tempat ini, jadi kalian hanya dengar kan aku saja!" Aku berkata sambil memperlihatkan foto Mia dan Mas Randi.
Aku tahu semua karyawan di sini mengenal mas Randi, tapi mereka belum mengenal Mia. Sebab tadi baru pertama kali nya Mia datang ke sini, jadi aku kembali memberi foto Mia pada mereka agar mereka ingat pada wanita busuk itu.
Semua karyawan ku mengangguk mengerti, aku pun melihat rekaman cctv bagai mana mas Randi dan juga Mia merendahkan karyawan ku dan mengambil paksa uang yang ada di meja kasir.
Aku pun pamit karena akan mengunjungi 2 cabang yang lain nya, aku harus memperingati kan mereka agar kejadian yang sama tidak terulang lagi.
"Aku tidak akan mengampuni mas, lihat saja apa yang akan aku lakukan!" Guman ku sambil fokus pada jalan di hadapan ku.
Aku baru pulang ke rumah jam 9 malam, aku sudah makan malam di luar malam ini. Aku melihat mas Randi dan juga Mia sedang bermesraan di ruang tamu.
"Akhir nya pulang juga kamu ya, enak ya keluyuran sampai malam!" Mia menyindir ku ketika aku masuk ke dalam rumah.
"Mas, kembalikan uang yang kamu ambil dari restoran!" Tanpa basa - basi aku meminta uang yang mereka ambil tadi.
"Uang nya udah gak ada, udah mas kirim kan sama ibu di kampung!" Mas Randi menjawab dengan santai nya.
"Mbak, mas Randi dan aku juga berhak atas penghasilan dari restoran itu, mbak jangan serakah!" Mia berbicara sambil mengarah kan telunjuk nya pada mu.
Karena sudah sangat emosi, aku pun mengayunkan tangan ku untuk menampar Mia.
Palaaakkk,
Telapak tangan ku mendarat di pipi Mia hingga membuat kepala nya tertoleh ke samping.
"Arin!!!! Apa - apaan kamu!" Bentak mas Randi sambil memeluk Mia yang tampak kesakitan.
"Apa hak mu mengambil uang di restoran itu, restoran itu milik orang tua ku. Tidak ada seujung rambut pun kontribusi mu di dalam nya, berani nya kalian datang dan mengambil uang ku!" Aku meluap kan emosi ku dengan berkata lantang di hadapan mereka.
"Arin, aku ini suami mu, jadi aku juga berhak atas harta mu! Kau menolak memberikan uang pada ibu ku dan juga Kinan, jadi aku ambil uang itu untuk mereka!" Mas Randi berkata seolah dia adalah pemilik restoran itu.
"Kau dan keluarga mu adalah benalu dalam hidup ku, pergi lau dari rumah ku sekarang juga. Aku tidak sudi punya suami seperti mu!, bawa sekalian jalang mu!" Aku mengusir Mas Randi dari rumah ku.
"Arin, aku ini suami mu. Mari kita bicarakan semua nya dengan kepala dingin!" Mas Randi merendahkan suara nya sambil meraih tangan ku.
"Jangan sentuh aku!" Aku menepis tangan mas Randi dengan kasar.
"Arin, mas mohon Rin!" Mas Randi menjatuhkan diri nya di hadapan ku dan dia berlutut memohon pada ku.
"Mas, jangan bodoh kau mas!" Mia meraih tubuh mas Randi dan meminta nya berdiri.
"Diam kau!" Bentak mas Randi sambil mendorong tubuh Mia dengan kasar sehingga Mia pun terjatuh.
"Arin, tolong jangan lakukan ini. Aku mohon, aku berjanji tidak akan pernah mengulangi nya lagi!" Mas Randi memohon kembali.
Aku tidak menggubris mas Randi, mata ku tertuju pada benda pipih milik mas Randi yang ada di atas meja. Sebuah ponsel yang aku belikan untuk diri nya setelah kami menikah, dengan cepat aku mengambil nya.
"Rin, itu ponsel mas. Mau di apakan Rin?" Mas Randi bertanya pada ku.
"Ponsel ini akan aku jual sebagai ganti uang restoran yang kalian ambil tadi!" Aku berkata sambil mengeluarkan kartu Sim nya dari slot ponsel itu dan melempar nya tepat di wajah mas Randi.
"Jangan Rin, mas mohon!" Mas Randi berusaha meraih benda itu dari tangan ku, tapi dia kalah cepat. Aku sudah mengamankan nya.
"Sekarang ikut aku, atau aku akan menjeblos kan kalian ke dalam penjara, aku punya bukti kalian mengambil uang dari restoran tadi!" Aku berkata sambil memperlihatkan rekaman cctv apa yang mereka lakukan tadi.
Kedua orang itu tampak ketakutan, wajah nya memucat. Rupa nya ancaman akan penjara membuat nyali kedua manusia tidak tahu diri itu menciut.
Mereka berdua mengikuti ku hingga ke belakang, setelah tiba di dapur aku langsung membuka pintu belakang.
"Keluar!!" Bentak ku dengan lantang.
"Tapi Rin,,,,"
"Keluar Sekarang!" Bentak ku lagi.
Mas Randi dan juga Mia segera keluar melalui pintu belakang.
Braakkkk,
Pintu dapur aku tutup dengan kasar dan segera aku kunci dari dalam, tidak lupa aku juga mengunci nya dengan kunci tambahan yang ada di bagian dalam. Setelah itu aku mengambil kunci nya.
"Silah kan kau tidur bersama Mia di gudang mas!" guman ku dengan geram.
Aku langsung mengunci pintu depan dan juga garasi mobil, garasi mobil terhubung langsung dengan pintu samping yang ada di dapur. Malam ini aku tidak akan memberikan akses pada mas Randi untuk masuk ke dalam rumah ku. Mas Randi akan merasakan akibat nya jika berani mengambil sesuatu yang bukan milik nya.