Kisah CEO dingin dan galak, memiliki sekretaris yang sedikit barbar, berani dan ceplas-ceplos. Mereka sering terlibat perdebatan. Tapi sama-sama pernah dikecewakan oleh pasangan masing-masing di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Alvaro dilema. Antara menghampiri Elena dengan konsekuensi akan saling berhadapan dengan 3 wanita yang ingin dihindarinya, atau menghindar tapi Elena akan kebingungan mencarinya.
Tapi jika dia memilih pilihan terakhir, betapa pengecutnya dia. Akhirnya Alvaro nekat menghampiri Elena.
"Sayang, maaf kamu tertinggal. Tadi kupikir kamu ada di sisiku. Ayo kita beli bahan makanan!" Dengan manis Alvaro menarik lembut tangan Elena. Menautkan jemarinya ke jemari Elena. Dalam hatinya berdoa, semoga kali ini Elena tidak mengeluarkan sikap bar-barnya. Karena ketiga wanita itu pasti akan melihat keberadaannya di situ, meski dia berusaha pura-pura tidak melihat mereka. Biar aktingnya terlihat lebih sempurna, diapun mengecup puncak kepala gadis itu.
Tentu saja Elena heran campur kaget diperlakukan seperti itu. Dia akan protes, tapi Alvaro langsung meremas jemari tangannya, lalu berbisik di telinga Elena, "akting dimulai!"
Belum paham betul apa yang dimaksud Alvaro, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sebuah suara lantang seorang perempuan.
"Alvaro!"
"Siap ya!" Alvaro kembali berbisik. Dan keduanya berbalik.
"Mom, sedang apa di sini?" Tanya Alvaro, berlagak kaget. Tangannya semakin menggenggam erat tangan Elena.
Neysa, Alesha dan Carline, berbalik menata Elena. Kecemburuan terlihat jelas dari raut wajah Alesha.
Elena yang sudah menguasai keadaan, langsung mengulurkan tangannya pada wanita yang Alvaro panggil, mom.
Sejenak Neysa tertegun, tapi kemudian menyambut uluran tangan gadis itu. Dan tanpa dia sangka, Elena membawa tangan Neysa ke bibirnya dan mencium punggung tangan wanita itu. Membuat kesan pertama Elena baik, di mata Neysa.
"Saya Elena, bu, sekretaris-"
"Juga pacar saya." Alvaro menyela cepat, membuat Elena tersipu.
Setelah menyalami Neysa, Elena beralih pada Carline. Sesaat kedua pasang mata mereka bertemu. Elena tampak kaget dan berdesir hatinya. Dia teringat pada lukisan ibunya yang dibikin sang ayah. Dia merasa seperti ada kemiripan. Tapi entahlah, karena lukisannya sudah usang dan agak buram.
"Saya Elena Carline." Entah kenapa pada Carline, Elena menyebutkan nama lengkapnya. Juga sambil mencium punggung tangan wanita yang masih terlihat muda itu, seperti tadi dia mencium tangan Neysa. Lalu Elena menatap wajah Carline yang masih memiliki postur tubuh dengan tinggi ideal. Sementara Carline sendiri tak mengucapkan apa-apa. Dia hanya tersenyum tipis. Elena merasa sedikit kecewa. Lagi-lagi dia tidak mengerti, kenapa.
Tapi saat menyalami Alesha, dia terhempas pada kenyataan, kalau Carline bukan ibunya, tapi ibu dari wanita itu.
"Mom, saya dan Elena duluan. Tante, Alesha, kami duluan."
"Mari," Alvaro membungkuk hormat sebelum Alvaro benar-benar menarik tangannya. Dia juga sempat melihat kembali pada Carline dan wanita itupun tengah menatapnya. Tapi entah apa arti tatapannya.
Sementara hati Alesha tengah mendongkol, Elena dan Alvaro sudah semakin jauh meninggalkan mereka.
"Memangnya tante Neysa tidak tahu kalau Alvaro sudah punya pacar?" tanya Alesha pada Neysa yang hanya bisa diam sambil menatap kepergian putranya.
"Pacarnya cantik sekali ya, tante? Namanya siapa, tadi?"
"Elena Carline." Carline yang menjawab tanpa menoleh pada Alesha.
"Namanya sama denganmu." Kata Neysa.
Carline mengangguk. Ada perasaan aneh yang menyusup ke hatinya tapi coba dia tepis.
***
"Gimana akting saya?"
"Lumayan."
"Iya daripada lo, manyun!" Elena menggerutu kesal, tapi suaranya dibuat sepelan mungkin hingga. Alvaro tak mendengarnya. Dia sedang terlalu asyik mengambil barang-barang yang dibutuhkan dan dimasukkan ke dalam troli belanjaannya.
"Mmmm, itu pasti gadis yang akan dijodohkan dengan anda. kalau boleh jujur, wajahnya sih biasa saja, tapi kalau dilihat dari pakaiannya yang agak terbuka, dia wanita yang suka berpenampilan seksi. Dan para laki-laki akan lebih menyukainya." Kata Elena sok tahu. Sungguh, Alvaro sebenarnya ingin tertawa ngakak mendengar Elena menyebut kalau wajah Alesha biasa saja. Memang seperti itu kenyataannya. Dia cuma memiliki body goal dan pakaian seksi. Tapi kalau dilihat, Elena juga memiliki tubuh yang indah, meski dia tidak berpakaian terbuka.
"Kamu lihat, barang-barang apa saja yang saya beli. Lihat dengan teliti! Lalu nanti kamu belajar masak makanan kesukaan saya !" ujar Alvaro seakan tak mendengar apa yang barusan dikatakan Elena.
"Harus masak juga?"
"Harus! Ibuku orang yang memiliki naluri tinggi. Beliau sulit untuk dibohongi. Jadi akting kamu harus sempurna."
"Hadeh, males banget." Batin Elena, tapi tak bisa mundur lagi. Dengan cemberut dia terus mengikuti langkah Alvaro.
Selesai dengan seluruh belanjaannya, Alvaro cepat-cepat membawa Elena keluar dari super market itu. Dia khawatir akan kembali bertemu ketiga wanita tadi.
"Pak, bukannya anda punya chef sendiri untuk mengurus makanan anda? Kenapa pake ribet nyuruh saya yang tidak profesional dalam hal masak-memasak? Aneh banget." Elena terus mengoceh di belakang Alvaro yang ribet dengan belanjaannya yang super banyak, saat mereka keluar dari area supermarket.
"Anda juga punya para stylist yang mengatur penampilan anda. Jadi, apalagi gunanya saya? Semua yang mau anda bebankan ke saya, sudah ada yang mengatur, kan?
"Kamu bisa diam tidak? Kita sudah sepakat dan tinggal menjalankan tugas masing-masing." Kata Alvaro setelah mereka berada di dalam lift menuju ke basement. Tiba di basemet, Erwin sudah menunggu di depan lift dan mengambil alih 100 kantong-kantong belanjaan Alvaro untuk dimasukkan ke dalam bagasi.
"Sekarang kita ke apartemen saya. Kita akan bicarakan lagi tentang isi perjanjian kita."
"Perjanjian apa?"
Keduanya menoleh ke belakang dan sama-sama pucat saat melihat siapa yang bicara. Sejenak Elena dan Alvaro hanya diam menatap wanita dengan gaya bak sosialita itu.
"Sedang apa kamu di sini?" sentak Alvaro setelah rasa kagetnya hilang.
"Hahaha ini tempat umum, sayang. Kalau aku ke sini, ya tentu saja untuk menghabiskan uangku membeli barang-barang yang aku mau! Oh iya Elena, kamu sudah dibelikan apa saja sama dia?" tangannya menunjuk ke arah Alvaro.
"Hati-hati, nanti diambil lagi, hihihi"
Wajah Alvaro merah padam karena marah. "Saya tidak sudi kalau apartemen yang saya beli dijadikan tempat maksiat! Begitu juga dengan mobil. Property dan fasilitas yang saya sediakan hanya untuk orang baik-baik, bukan untuk perempuan yang menjijikkan seperti kamu. Aku juga tidak sudi menggunakan barang-barang serta property yang sudah digunakan olehmu. Lebih baik aku sumbangkan pada orang yang membutuhkan."
Saking marahnya, Alvaro mengatakan semua penyebab, kenapa dia sampai mengambil lagi semuanya dari Cassandra, di depan Elena.
"Hahaha kasihan sekali kamu, jadi sekarang di kolong jembatan mana tempat tinggal kamu?" Ejek Elena, seperti ada pelampiasan saat dia kesal pada Alvaro.
"Dasar perempuan bermulut rombeng! Kamu tidak lihat penampilanku? Yang lebih pantas tinggal di kolong jembatan itu kamu. Lihat dirimu! Semua yang menempel di tubuh kamu Cuma barang murahan. Katanya pacar seorang CEO dari perusahaan besar, tapi penampilan kamu-" Cassandra memperhatikan Elena dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan merendahkan. Lalu mengangkat jempolnya.
Sesaat kemudian membalikkan posisinya.
Apakah Elena terintimidasi oleh perkataan Cassandra? Tentu saja tidak!
Dengan berani dia balik menatap Cassandra.
Sorot mata mengejek terpancar dari kedua bola matanya.
"Kamu tahu dandananmu sekarang? Seperti perempuan-perempuan yang akan mengikuti karnaval. To much! Kamu seakan ingin mendapatkan pengakuan dari dunia, kalau kamu adalah orang kaya. Tapi sayang gayamu, N-O-R-A-K!!"
Elena balik menertawakan Cassandra.
Tentu saja wajah wanita itu merah padam.
Skakmat!
"Kasihan sekali kamu Elena, jadi pacar Alvaro tapi melakukan perjanjian. Kalau orang yang akan menikah ada perjanjian pra nikah, tapi kalau kamu perjanjian pra pacaran, hahaha kasihan sekali!"
Takut Elena lebih mempermalukannya, Cassandra cepat-cepat pergi dari situ dan dengan percaya diri melenggak-lenggok seperti sedang berjalan di catwalk. Satu tangan wanita itu terangkat ke atas kepala dan menggoyang-goyangkannya.
Membuat gerakan melambaikan tangan dengan membelakangi.
Elena menatapnya dari belakang sambil bergumam, "Syukurin kalo lo sampai jatuh!"
Sejurus kemudian Tawa Elena menggema di seantero basement, mana kala Cassandra benar-benar jatuh terpeles.
"Hahaha sukurin kamu!"
Cassandra menoleh ke belakang dengan menahan malu sambil meringis.
Sementara Alvaro hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua perempuan itu.
diselingkuhi sama tunangannya gak bikin FL nya nangis sampe mewek² tapi malah tetep tegar/Kiss/