pernikahan gadis miskin dengan orang yang kaya, ia bisa menikmati seluruh kekayaannya namun ia terkurung dalam sebuah rumah mewah dengan segala harta yang berlimpah namun hidupnya terkekang bagai di dalam sangkar emas dan harus terluka karna suaminya tak mencintainya, hingga kebahagian hadir setelah suaminya sadar akan cintanya namun semua harus terhalang saat flora mengetahui masa lalunya yang sebenarnya, siapakah yang akan flora pilih masa lalunya atau orang baru, semua masih menjadi misteri yang harus di rahasiakan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuma lovely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kamar gelap
OB itu langsung memperbaiki kotak nasi yang terbuka itu, dapat ia rasakan jika onigiri itu terbuat dengan penuh cinta, ia menatap lekat hiasannya
secarik kertas itu juga sempat ia baca, ia lalu keluar membawa semuanya setelah membersihkan kamar atasannya.
Ia berjalan menuju pantry, di letakkan nya makanan itu di atas meja, supir yang mengantarkan makanan itu pun ingat dengan makanan yang ia bawa saat melihat kotak itu
" itu kan bekal dari nyonya flora" ucapnya pelan namun OB yang mendengar ucapan sang supir secara saat langsung menoleh
" ada apa ya?" tanyanya dengan sopan
supir itu segera menunjuk kotak yang ada di meja.
seakan tau akan apa yang dipikirkan sang supir, OB itu langsung berkata jika makanan itu mau di buang oleh pimpinan dan saya akan membawanya pulang untuk anak saya
supir itu mendekat ke arah kotak itu dan melihatnya dengan teliti, sama seperti sang OB ia merasa jika makanan itu di buat dengan penuh cinta
" bapak mau?" tanya sang OB
" tidak" jawabnya cepat, ingin rasanya ia bercerita jika makanan itu dari istri sang pimpinan namun karna takut keceplosan, supir tersebut memilih keluar setelah minum
" pak," panggil sang OB namun supir tersebut buru-buru meninggalkan tempat tersebut.
tanpa tujuan Elzio pergi menyusuri jalan menuju sebuah tempat, tak ada lagi keinginan untuk menemui mami rose, hal yang biasa ia lakukan kali ini mobilnya menuju mansion sang kakek.
senja pun menyapa, bergegas flora keluar dari kediaman Angga, saat ini Angga tak ada di mansion tersebut
flora hanya berkaitan pada pelayan di sana, lalu menuju mobil, di sana sudah ada supirnya yang menunggu sambil membukakan pintu mobil belakang, flora segera masuk dan meminta supir tersebut mempercepat laju mobilnya, ia hanya tak ingin keduluan pulang oleh suaminya.
Sesampainya di rumah, tanpa menunggu supir membukakan pintu, ia segera membuka pintu mobil itu sendiri dan berlari ke dalam,.
Sesampainya di dalam flora malah tak sengaja menabrak maria yang hendak keluar " maaf nyonya" ucap Maria membentur flora yang sempat terjatuh
" kenapa nyonya berlarian?"
"Elzio sudah pulang?" tanyanya dengan nafas ngos-ngosan
Maria menyahut dengan sopan " Tuan muda belum pulang nyonya "
lemas sudah tubuh flora sekarang, harapan suaminya pulang sirna sudah, semua tinggal harapan, tanpa berkata lagi flora lalu melangkah menuju kamarnya
ia memilih berendam di air hangat sambil memejamkan mata bersandar di pinggiran bathtub up.
Di kediaman Angga Elzio turun dengan santai lalu masuk, para pelayan segera memberi hormat pada Elzio,
Elzio terus melangkah masuk, matanya mengedar ke segala arah namun namun tak menemukan keberadaan flora, ia terlalu malu jika harus bertanya tentang keberadaan flora hingga datang seorang pelayan
" ada yang bisa saya bantu tuan?".
Alvaro memberi kode dengan mengibaskan tangannya agar pelayan itu segera pergi
ia terus melangkah hingga lantai atas, matanya tertuju pada kamar Elgio yang sedikit terbuka
ia dengan langkah pelan mencoba masuk dengan langkah kaki tanpa menimbulkan suara, berharap flora ada di sana, seperti biasa saat memasuki kamar, suasana gelap yang pertama kali Elzio lihat, hanya ada sedikit pencahayaan dari cahaya senja berhasil masuk melalui celah tirai yang terbang di terpa angin
" kak" ucapnya pelan namun tak ada sahutan, ternyata saat ini Elgio baru saja keluar dari kamar mandi
" ada apa, tumben kamu ke sini?" suara itu terdengar datar
Elzio hanya diam, matanya masih melihat ke segala ruangan itu