Kecelakaan besar yang disengaja, membuat Yura Afseen meninggal dunia. Akan tetapi, Yura mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali dan membalas dendam atas perbuatan ibu tiri beserta adik tirinya.
Yura hidup kembali pada 10 tahun yang lalu. Dia pun berencana untuk mengubah semua tragedi memilukan selama 10 tahun ke belakang.
Akankah misinya berhasil? Lalu, bagaimana Yura membalas dendam atas semua penindasan yang ia terima selama ini? Yuk, ikuti kisahnya hanya di noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 : RENCANA
Suara bariton yang mengudara di seluruh penjuru kediaman Cullen, mengundang atensi seluruh penghuni rumah. Asisten rumah tangga tergopoh-gopoh untuk mendekat, khawatir terjadi sesuatu dengan tuannya.
Betapa terkejutnya ketika mata mereka disuguhkan pertikaian suami istri itu bahkan hingga melayangkan sebuah bogem pada Tora dan tamparan keras untuk Sarah. Padahal biasanya lelaki itu selalu membela mereka berdua. Sampai-sampai rela mengesampingkan putri kandungnya.
“Apa yang terjadi pada tuan?” tanya salah satu ART menutup mulutnya karena kaget.
“Tidak tahu. Tapi sepertinya ini sangat serius. Tuan sangat menakutkan,” sambung yang lainnya.
Mata mereka mendelik saat melihat Tora yang mengayunkan sebuah tongkat base ball pada tengkuk Rehan.
“Tuan!” pekik mereka serentak, bersamaan dengan hantaman keras pada kepala Rehan hingga lelaki itu kehilangan kesadaran.
Para ART segera berlari mendekat untuk menolong tuannya. Akan tetapi Tora menodongkan tongkat base ball-nya pada mereka bertiga. “Jangan mendekat! Jangan ada yang ikut campur atau kalian akan bernasib sama dengannya!” ancam lelaki itu dengan mata melotot tajam.
“Astaga, apa yang Anda lakukan, Tuan Muda?” tanya Inah, pembantu baru.
“Sudah kubilang jangan ikut campur!” berang Tora mengayunkan tongkatnya pada wanita itu, Inah hanya memejamkan mata sembari menunduk dengan dada berdegup kencang.
Bibir Tora menyunggingkan senyum miring, ia merasa berhasil membuat orang-orang itu tunduk padanya. “Kalian semua jangan pernah ada yang berani menelepon polisi atau melaporkan kejadian ini pada siapa pun. Atau akan kuremukkan tubuh kalian!” ancamnya, namun tidak ada balasan apa pun. Ketiga wanita itu terdiam dengan bibir bergetar.
“Paham nggak?!” bentak Tora menggelegar.
“Pa ... paham, Tuan Muda!” sahut mereka bersamaan.
“Bagus! Kembali ke kamar kalian masing-masing!” titah Tora menunjuk pintu kamar mereka yang ada di dekat dapur. Ia merasa sok berkuasa di rumah itu. Matanya menyalang hingga mereka menghilang di balik pintu kamar masing-masing.
“Tora! Apa yang kita lakukan selanjutnya?” gumam Sarah menilik suaminya yang tergeletak di lantai. Kakinya menyentuh bahu Rehan dan menggerak-gerakkannya. Memastikan, jika lelaki tua itu benar-benar sudah tak berdaya.
Tora berbalik, ia menatap ibunya lalu mengurai senyum iblis. Tautan mata mereka seolah menyiratkan ide kotor dalam benak masing-masing.
“Seret ke gudang, Mama akan cari talinya!” perintah Sarah melenggang ke gudang lebih dulu dan segera membuka pintunya.
Sedangkan Tora melemparkan tongkat yang sedari tadi di tangannya, kemudian menyeret ayah tirinya dengan susah payah. Ia harus mengerahkan seluruh tenaganya, tubuhnya sampai memerah dan otot-ototnya menegang karena memang sangat berat.
“Ah, kau ini tenaganya macam perempuan aja! Letoy!” cibir Sarah kembali pada Rehan yang hanya bergerak sedikit dari tempat sebelumnya.
“Hah! Berat, Ma!” keluh Tora dengan napas tersengal-sengal.
Dua orang itu lalu menyeret lengan Rehan kiri dan kanan dengan susah payah. Hingga kini berhasil mencapai gudang. Tora mendudukkannya di lantai, bersandar pada dinding. Lalu Sarah melilit tubuh lelaki tua itu dengan tali yang tadi ditemukannya.
“Menyusahkan saja! Ambil ponselnya, Tora!” perintah Sarah menepuk-nepuk tangannya sembari menghela napas lega setelah selesai dengan pekerjaannya.
Tora masih mengatur napas, menyeka keringat yang ada di keningnya. “Nih, Ma!” ujarnya menyerahkan benda pipih milik sang ayah.
Karena tidak ada yang menahan tubuhnya, Rehan ambruk ke samping dengan tubuh yang terikat. Sarah menatapnya dengan puas.
Ia segera mengetikkan pesan untuk pengacara dari ponsel suaminya. Meminta agar segera melakukan pengalihan harta atas namanya.
Tak berapa lama, pengacara tersebut langsung menelepon. Namun, Sarah tidak ingin mengangkatnya. Ia terus mereject panggilan, beralasan sedang dinas di luar kota dalam beberapa hari ke depan. Kemudian kembali memaksa untuk melakukan pengalihan aset-aset atas nama Sarah.
“Anda yakin, Tuan?” pesan dari pengacara tersebut untuk ke sekian kalinya.
Sarah berdecak kesal karena tampaknya pengacara itu sangat hati-hati. Dia pun terus mendesak hingga akhirnya disetujui.
“Baiklah, akan segera saya laksanakan.” Pesan terakhir yang membuat Sarah tertawa, menjerit kegirangan.
Namun tidak bertahan lama, karena setelah itu Sarah batuk terus menerus tiada jeda. Padahal ia tidak merasa menghirup debu atau apapun. Tetapi dadanya sampai merasa sesak karena batuk yang tak kunjung reda.
“Ma! Mama kenapa?” tanya Tora kebingungan.
Sarah menunjuk-nunjuk keluar, berharap Tora paham maksudnya untuk mengambilkan air minum.
“Tapi, Ma. Gimana dengan Mama kalau aku keluar?” elak Tora yang tidak dapat menangkap perintah mamanya.
Sarah melotot, masih terus menunjuk keluar berulang kali. Akhirnya, lelaki itu pun keluar dari gudang dan tidak kembali lagi.
Geram, Sarah menyeret kakinya yang gemetar sembari menepuk-nepuk dadanya untuk mengambilkan minum. Pelayan pun tak ada satu pun yang keluar mengingat ancaman Tora yang tidak memperkenankan untuk ikut campur.
Dengan langkah tertatih-tatih, wanita itu berhasil mencapai dapur. Meneguk air mineral langsung dari botol yang baru ia ambil dari kulkas.
Hampir habis setengahnya, Sarah meletakkan botol itu dengan kasar di meja. “Tora! Kurang ajar kamu!” pekik Sarah setelah batuknya mereda. Napasnya masih tersengal-sengal, bulir keringat bermunculan di wajahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Ayah!” teriak Yura terperanjat dari tidurnya. Kakinya melompat dari ranjang dan berlari sempoyongan.
Namun sepasang tangan kekar menangkap kedua lengannya. “Mau ke mana kamu?” tanya Zefon menatap lekat wanitanya, yang kini terlihat pucat dan berkeringat.
Suara lelaki itu menyadarkan Yura. Pandangannya mengedar, tubuhnya yang sempat menegang mulai melemas. “Cuma mimpi? Tapi kenapa terasa begitu nyata,” gumam wanita itu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.
“Kamu itu tidur apa mati? Dari pagi sampai sekarang enggak bangun-bangun. Bikin mama khawatir tahu enggak?” tutur Zefon menatapnya tajam. Meski sebenarnya ia juga sangat khawatir setelah mendapat laporan dari sang mama. Ketika Yura tertidur usai massage and spa sampai melewatkan makan siang dan bahkan hari berganti malam.
“Maaf!” ucap Yura menunduk. Namun seketika mendelik, mendorong dada Zefon sekuat tenaga ketika menyadari tubuhnya hanya terlilit sehelai kain yang bahkan kini hampir melorot.
Buru-buru Yura menutup dada dengan kedua tangannya. “Kamu! Kamu mencuri-curi kesempatan ya? Keluar!” teriak Yura mengentakkan kakinya. Ia benar-benar malu dan bingung harus berbuat apa.
“Sssshh! Mulutmu membuat telingaku berdenging!” seru Zefon menyentil kening Yura dengan kuat. “Siapa juga yang mencuri kesempatan. Lagian siapa sih yang doyan sama tubuh kerempengmu itu! Enggak ada bagus-bagusnya! Enggak ada yang menarik!” ejek Zefon dengan ketus.
“Sepertinya kamu habis ngemil mercon ya? Awas aja ....”
“Apa? Enggak terima?” tantang Zefon menaikkan dagu.
“Iiihh keluar! Nyesel aku muji kamu tadi pagi!” teriak Yura mendorong punggung Zefon dengan kepala dan tangan kanannya. Karena tangan kiri masih menahan kain yang membelit tubuhnya, takut terlepas saat Zefon masih di kamarnya.
“Buruan ganti baju! Kami tunggu di meja makan!” seru Zefon setelah pintu ditutup dengan kasar.
“Enggak sopan!” sambungnya pelan lalu tertawa lebar sembari mengusap wajahnya dengan kasar. Pikirannya sudah melanglang buana. Zefon menggelengkan kepala mencoba kembali pada kesadarannya. Namun tidak bisa, semua yang ada pada diri Yura sangat menarik di matanya. "Lucu sekali."
Bersambung~
Kamu yang lucu, Ze 😍😂