Kepergian Nayla menjelang pernikahannya, membuat semua orang bersedih, termasuk Laura sang kakak.
Ketika takdir membalikan kehidupan dan menulis cerita baru, Laura harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi pengantin pengganti sang adik, Nayla. Untuk menikah dengan calon suaminya bernama Adam.
Namun, ketika akad nikah akan berlangsung, sang ayah justru menolak menjadi wali nikahnya Laura. Laura ternyata adalah anak haram antara ibunya dengan laki-laki lain.
Pernikahan yang hampir terjadi itu akhirnya dibatalkan. Fakta yang baru saja diterima lagi-lagi menghantam hati Laura yang masih di rundung kesedihan. Laura lalu meminta pada Adam untuk menunda pernikahan hingga dia bertemu dengan ayah kandungnya.
Bagaimana perjalanan Laura mencari ayah kandungnya? Apakah dia akan bertemu dengan ayah biologisnya itu? Dan bagaimana kisah cintanya dengan Adam? Baca kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan Belas
Ariel lalu berdiri dari duduknya. Dia mendekati Ratna dan membawa wanita itu duduk di sofa yang ada di ruangan kerjanya.
"Apa kamu sudah tak mempercayai aku lagi, Ratna?" tanya Ariel dengan memegang kedua bahu istrinya sambil tersenyum.
Ratna menarik napas dalam. Dia sebenarnya berharap jika semua yang ada dalam pikirannya itu salah. Namun, banyaknya kebetulan yang ada membuat dia ragu.
"Entahlah, Mas. Aku tak tau harus percaya dengan siapa. Apakah kamu atau fakta yang aku lihat," ucap Mama Ratna.
"Kita menikah sudah hampir dua puluh tahun. Selama itu kamu pasti telah mengenal siapa aku. Apakah menurut kamu aku adalah pria yang tak bertanggung jawab itu?" tanya Ariel dengan suara sangat lembut.
Ratna menarik napas lagi. Selama dua puluh tahun menikah dengan suaminya, tak pernah pria itu mengecewakan dirinya. Apa pun yang dia lakukan, selalu mengatakan pada Ratna dan meminta izinnya.
Mengenai tanggung jawab, pernah seorang pengendara motor menabrak mobil kami, justru suaminya Ariel yang mengobati dan membayar biayanya.
Ariel juga selama menikah tak pernah melakukan hal aneh. Hampir dua puluh empat dia akan melaporkan apa saja kegiatannya diluar kota dengan mengirim foto dimanapun dia berada.
"Sayang, mengenai nama, banyak orang memakai nama sama. Mengenai wajah yang katamu mirip, mungkin itu hanya kebetulan saja. Pasti kamu pernah mendengar orang mengatakan jika kita memiliki wajah yang kembar sebanyak tujuh orang. Mungkin aku dan Laura, dua orang dari tujuh itu!" seru Ariel.
Ratna hanya diam mendengar ucapan suaminya. Dia tak tahu harus berkata apa lagi. Dalam hatinya, dia akan menyelidiki sendiri saja. Biarlah saat ini dia seolah percaya dengan apa yang suaminya katakan.
Melihat sang istri yang terdiam, Ariel lalu meraih tangannya. Mengecupnya dengan mesra. Dia lalu tersenyum.
"Mungkin kamu capek karena mengurus pernikahan Adam. Bagaimana kalau kita pergi liburan?" tanya Ariel sambil tersenyum.
"Aku sebenarnya ingin liburan berdua dengan'mu, Mas. Tapi, itu tak mungkin kita lakukan saat ini. Tunggu Laura selesaikan masalahnya dulu. Tak mungkin mengusirnya," jawab Ratna.
"Baiklah, Sayang. Tapi kamu harus janji, tak boleh terlalu ikut campur dengan masalah pribadinya. Biarkan saja dia selesaikan sendiri. Laura bukan siapa-siapa kita. Boleh membantu asal jangan terlalu dalam melibatkan dirimu!" seru Ariel.
Ratna memberikan senyumannya. Dia akhirnya terpaksa menganggukan kepalanya. Setelah itu mereka berdua keluar dari ruang kerja suaminya tersebut. Ariel mengajak Ratna ke taman sambil menikmati teh dan cemilan.
Sementara itu, di taman kota, Laura tampak termenung setelah mengetahui kalau Ariel papanya Adam adalah ayahnya juga. Sekian lama terdiam akhirnya dia buka suara.
Laura memandangi Adam dengan mata yang sendu dan berkata dengan suara yang lembut, "Adam, sepertinya aku tidak bisa menikah denganmu jika Ariel adalah ayahku. Berarti kita bersaudara, dan itu tidak bisa dilakukan. Pernikahan ini harus dibatalkan!"
Adam membalas memandangi Laura dengan mata yang tenang, dan berkata, "Laura, aku tahu apa yang kamu pikirkan, tapi kita tidak bersaudara secara biologis. Aku hanya anak angkat Papa Ariel, bukan anak kandungnya."
Laura tampak terkejut. Banyak sekali kejutan yang dia dengar hari ini. Semua buat dia tak bisa berpikir jernih. Seakan dunia sedang mempermainkan dirinya. "Apa maksudmu? Kamu anak angkat Papa Ariel?"
Adam mengangguk, dan menjawab, "Ya, aku diadopsi oleh Papa Ariel dan Mama Ratna saat usiaku telah memasuki usia lima tahun. Aku tidak memiliki hubungan biologis dengan Papa Ariel, jadi kita tidak bersaudara secara biologis."
Laura memandang Adam dengan mata yang masih ragu-ragu, Adam lalu melanjutkan, "Jadi, kita masih bisa menikah, Laura. Kita tidak memiliki hubungan biologis yang membuat kita tidak bisa menikah."
Laura memandang Adam dengan mata yang masih ragu-ragu, tapi dia tidak bisa menyangkal perasaannya yang masih kuat terhadap Adam. Dia masih ingin menikah dengan Adam, tapi dia juga ingin memastikan bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang salah.
"Baiklah Adam. Kita bisa bicarakan ini setelah aku bicara dengan Papamu," balas Laura.
"Laura, sebelum kamu bicara dengan papa, aku ada satu permintaan," ucap Adam.
Laura memandangi Adam dengan dahi berkerut. Berpikir apa yang akan Adam minta darinya yang tak memiliki apa pun. Dalam rekeningnya juga hanya ada uang beberapa juta saja.
"Permintaan apa itu, Dam?" tanya Laura akhirnya.
"Aku minta kamu bicara berdua saja dengan papa. Nanti aku usahakan membawa mama keluar rumah. Aku tak mau mama tau mengenai hubungan kamu dan papa. Bicarakan semua baik-baik. Agar papa bisa menerima kamu. Aku takut kabar ini akan membuat mama sedih. Selama ini dia berusaha hamil untuk membahagiakan papa dengan memberikan keturunannya, tapi selalu gagal. Aku takut ketika mengetahui papa memiliki anak dari wanita lain, akan membuatnya bersedih. Bagiku kebahagiaan mama yang paling utama!" seru Adam.
Laura tampak termenung mendengar permintaan Adam. Dia tak tahu bagaimana cara menyampaikan semua tanpa mama Ratna mengetahui kebenarannya. Padahal awalnya dia berencana menanyakan ini didepan papa dan mama Adam.
Jika dibandingkan kesedihan yang akan diterima mama Ratna, lebih parah lagi kesedihan yang diterima ibunya selama ini. Terusir dari keluarga karena hamil luar nikah, dan mendapatkan suami yang egois. Sedangkan papa Ariel, ayahnya tak merasakan sedikitpun kesedihan. Padahal dia yang telah menorehkan luka itu pada ibunya.
Laura adalah korban yang sesungguhnya. Ibarat kata, Papa Ariel yang telah menusuk Laura dengan pisau, dan gadis itu yang harus meminta maaf. Semua karena darah dari lukanya mengenai baju sang papa. Dia yang harus mengerti semua orang, dari ayah tirinya, ibunya, mama Ratna dan juga Papa Ariel.
"Baiklah ...!" Akhirnya Laura menjawabnya setelah beberapa saat berpikir.
"Laura, maaf. Bukan maksud aku menekan kamu. Aku tau semua ini tak bisa disembunyikan terus. Mama Ratna juga harus tau kenyataan jika Papa Ariel memiliki anak kandung, tapi bukan secara mendadak begini mengatakannya. Aku akan bilang nanti, setelah aku rasa mama siap mendengarnya. Aku harap kamu mengerti," ucap Adam setelah melihat perubahan wajah Laura.
"Jangan kuatir, Adam. Selama ini, dari aku kecil, aku sudah dituntut untuk mengerti semuanya. Mengerti apa mau ayah dan ibu," jawab Laura dengan suara pelan. Adam menjadi sedih mendengarnya, tapi dia tak bisa mengabaikan perasaan mama Ratna, wanita yang begitu dia sayangi.
Mungkin hanya Laura yng sama darah nya dngn ayah kandung nya , persoalannya bersedia kah Laura membantu ayah yng sdh membuang diri nya 😠😠😠