"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Timbal Balik
"100 juta..." Jarot tersenyum, membayangkan uang yang akan mereka dapatkan.
"Ibu! Buatkan teh untukku dan Mela. Kopi untuk Jarot." Sulis menghela napas tersenyum melirik ke arah suaminya.
"Jam tangannya punyaku!" Teriak Mela lagi sembari menangis.
"Mela! Kemari..." panggil Sulis.
Anak yang mendorong neneknya, kemudian melangkah mendekati sang ibu."Jam tadi punyaku. Mela mau yang sama persis."
"Iya, setelah mamanya Pino mengembalikan uang ibu. Kita beli yang lebih bagus. Kita beli yang warna pink ya? Mela anak pintar." Ucap Sulis, membawa Mela ke pangkuannya.
"Tadi Mela mendorong Pino sampai jam-nya retak. Pino---" Kalimat Sutini disela.
"Wah! Mela mendorongnya? Pintar! Kamu memang harus begitu. Pino saja yang terlalu manja, jam mahal seperti itu cuma cocok untuk Mela." Puji Sulis pada putrinya.
Anak yang tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian kembali meraih handphone guna bermain game.
Tidak ada yang dapat diucapkan Sutini. Menghela napas kasar, dirinya hanya berharap Dira tidak memutuskan untuk bercerai. Tapi kenapa jadinya malah seperti ini.
Membuatkan minuman untuk menantu dan cucunya."Mela ayo berangkat sekolah." Ucap Sutini."Jarot kamu tidak mengantar Mela?"
"Nenek berisik!" Geram anak yang telah memakai seragam. Tapi malah bermain game.
Jarot memutar bola matanya malas. Tidak apa bolos sekolah sekali dua kali. Mungkin begitu fikirnya."Biar Mela libur saja."
"Tapi---" Kalimat Sutini disela.
"Mela anakku, jadi aku yang mengatur. Tidak apa-apa jika libur sekali atau dua kali. Lagipula akan naik kelas juga." Sulis meminum teh di hadapannya.
Sutini hanya dapat menunduk, andai saja suaminya tidak meninggal. Mungkin dapat menahan kepergian Dira. Dapat juga bicara pada Heru agar tidak berselingkuh. Bingung apa yang harus dilakukannya.
Hingga, pintu kamar Heru terbuka. Memantapkan Soraya yang telah memakai pakaian rapi, bersama dengan Heru.
"Heru mereka siapa?" Tanya Soraya yang telah mendengar keributan tapi enggan untuk keluar.
"Ini adikku namanya Sulis. Dan itu suaminya, namanya Jarot." Jawab Heru, mulai duduk setelah sarapan bersama Soraya di dalam kamar.
Sulis bangkit dengan cepat. Melihat iparnya yang cantik mewangi sepanjang hari."Wah! Jadi ini calon kakak iparku yang baru. Cantik, wanita karier, astaga, kamu pakai neil art?" Tanyanya mencari topik pembicaraan.
"Iya, kamu mau? Murah kok, hanya 300.000." Ucap Soraya tersenyum, walaupun tidak begitu menyukai Sulis yang terlihat hanya memakai makeup murah. Dengan model baju pasaran.
"Lain kali kita ke salon bersama-sama ya? Ini baru kakak ipar idaman. Sudah pintar, cantik, pandai mengurus suami." Sulis tersenyum, membayangkan pergi ke salon dengan Soraya. Bayangkan memiliki kakak ipar dengan penghasilan tinggi. Berbanding terbalik dengan Dira yang selalu bilang tidak punya uang, semua uang sudah dijatah.
"Heru, kamu pintar memilih istri." Jarot menatap ke arah Heru, sembari meminum kopi. Tapi kakinya yang berada di bawah meja bergerak, membelai kaki Soraya.
Pada awalnya Soraya mengernyitkan keningnya. Tapi menatap penampilan Jarot dari atas sampai bawah, Soraya hanya mengangkat sebelah alisnya. Bukankah wajar dirinya yang cantik disukai banyak pria? Lagipula kulit Jarot terbilang putih, wajahnya rupawan, bentuk tubuh juga bagus. Begitu kontras dengan Sulis yang bisa dibilang tidak ada apa-apanya.
Membiarkan... itulah yang dilakukan Soraya.
"Aku mendengar perdebatan kalian samar dengan Dira dari kamar. Apa tujuan kalian kemari?" Tanya Heru.
"Warisan ayah, bukankah kakak akan bercerai dengan Dira? Uang mahar merupakan warisan ayah bukan? Karena itu nanti setelah diceraikan aku ingin bagian 50 juta." Jawab Sulis pada kakaknya.
"100 juta? Mana punya Dira uang sebanyak itu!?" Tanya Heru mengepalkan tangannya. Entah kenapa, ada yang salah dengannya, apa mungkin ini karena iba?
"Sayang...Sulis benar, setelah bercerai kamu bisa memintanya mengembalikan uang mahar. Nanti dapat kita gunakan untuk anak kita." Soraya tersenyum, dirinya tidak akan membiarkan wanita itu mengatakan kata merdeka dengan mudah.
"Be... benar." Ucap Heru berusaha tersenyum.
"Heru... katakan pada Dira. Kalau kamu mencintainya. Minta dia untuk tetap tinggal. Ibu mohon..." Sutini tertunduk.
"Jika ini karena Pino. Aku dan Soraya akan memiliki anak lagi. Jadi---" Kalimat Heru disela.
"Baik! Kalian ambil uang mahar dari Dira. Tapi apa kalian mau merawat ibu saat sakit nanti? Ibu susah tua!" Kalimat penuh air mata dari sang ibu.
"Aku kan anak ibu, tentu saja aku dan Jarot akan merawat ibu." Kalimat Sulis diikuti dengan anggukan kepala oleh Jarot.
"Benar! Heru dan aku juga akan merawat ibu dengan baik." Soraya memegang jemari tangan Sutini.
"Ibu pegang kata-kata kalian..." Kalimat penuh ketidakyakinan. Mungkin hanya hanya satu harapan Sutini. Jika dirinya sakit, dirinya ingin segera menyusul suaminya. Agar tidak mengingat wajah kedua anak yang akan mengacuhkannya. Agar dirinya dapat mengingat kedua anaknya sebagai anak yang baik.
***
"100 juta..." Dira menghela napas kasar, masih terbayang di otaknya uang yang harus dikeluarkan.
Bagaimana caranya meminta pertolongan dari Viola yang baru sehari dikenalnya? Bagaikan orang sembelit, dirinya melangkah bolak balik di depan ruangan Viola.
"Jika minta tolong pada Bima..." Gumam Dira mengigit bagian bawah bibirnya sendiri. Masih teringat jelas dalam otaknya kejadian semalam. Kala Soraya dan suaminya tengah bercinta. Intinya Soraya sempat mengatakan Bima menyukainya. Apa Bima yang dimaksud Soraya, sama dengan mantannya, Binara Mahendra.
Bingung setengah mati. Apa mungkin alasan Bima memberinya pekerjaan ada hubungannya dengan Soraya? Mungkin saja bukan?
"Bagaimana ini..." Gumam Dira.
Hingga memberanikan dirinya, menghela napas, hendak membuka pintu. Namun.
"Kamu kenapa bulak balik di depan ruanganku dari tadi?" Tanya Viola mengangkat salah satu alisnya, tiba-tiba membuka pintu lebih dulu dari Dira. Yang melakukan terlalu banyak persiapan batin.
"Astaga!" Batin Dira, melupakan kaca satu arah yang terletak di depan ruangan Viola.
"A...aku..." Dira memilin jemari tangannya.
"Kamu apa? Kamu mengganggu waktu makan siangku! Kamu juga seharusnya makan siang, agar dapat menjadi sapi pekerja yang menghasilkan uang." Tegas Viola.
"Aku mau pinjam uang!" Teriak Dira memejamkan matanya ketakutan.
Viola terdiam mengamati penampilan Dira dari atas sampai bawah. Apa Bima salah pilih? Binara Mahendra menyukai parasit? Bahkan parasit ini, tidak lebih cantik dari pekerja butik.
"Berapa?" Tanya Viola.
"100 juta...ka... kalau tidak ada juga tidak apa-apa. Ji...jika ada, tolong potong dari setengah gajiku setiap bulannya." Untuk pertama kalinya Dira meminjam uang sebanyak itu. Bingung harus bagaimana.
"Astaga...100 juta!? Kamu gila!" Teriak Viola.
Tapi, Dira masih hanya menunduk."A...aku akan coba pinjaman online sa...saja. Maaf merepotkan."Melangkah pergi dengan cepat.
Hingga, Viola pada akhirnya bertanya."Untuk apa? Apa uang yang diberikan Bima---"
"A...aku ingin mengembalikan uang mahar dari suamiku. Kami akan bercerai, pacar suamiku hamil. Syarat bercerai, aku harus mengembalikan uang mahar." Dira kembali melangkah pergi.
Hal yang membuat Viola menyadari satu hal. Bima benar-benar tidak ikut campur urusan rumah tangga wanita ini. Perlahan wajahnya tersenyum, jika sudah dibuang, sebaiknya ada yang memungutnya bukan?
"Tunggu!" Teriak Viola."Aku bisa memberikanmu 100 juta. 100 juta bukan jumlah yang besar bagiku."
Hal yang membuat Dira menoleh ke belakang, menelan ludahnya.
"Tapi ada syaratnya...kamu harus dapat menggoda Binara Mahendra. Hingga dia pasrah di ranjang."
aahhhh semoga terwujud yaa bayangan heru
👍🌹❤🙏😁🤣