Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.17 Metamorfosis
"Mbak.. mbak Anggi, sini mbak, keluar dulu." teriak Lia
"Ada apa sih, ya? Teriak-teriak, berisik tau!" sergah Aji
"Ish, sana-sana, gue nggak mau ngomong sama triplek!" desis Lia. "Mbak Anggi, cepetan!" teriak Lia lagi
"Ada apa sih, ya? Heboh bener." Anggi heran kenapa Lia teriak-teriak
"Emang ini bisa bikin heboh mbak, makanya sini, ikut Lia." ujar Lia sambil menarik tangan Anggi tergesa
"Tuh liat, ada yang ngirim papan bunga ucapan selamat untuk pembukaan toko kita ,mbak. Besar banget ,mbak. Bagus banget juga. Wah, mbak ada secret admire nih!" ujar Lia sambil mengedipkan sebelah matanya ke Anggi.
Anggi sampai menganga tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ada yang mengirim papan ucapan selamat yang terbuat dari bunga aneka warna yang berukuran sangat besar diletakkan tepat di depan tokonya. Di papan itu tertulis "Selamat Atas Pembukaan Toko Pakaian ANGGREK FASHION."
"Woahh, gede banget ucapannya! Semua dari bunga juga. Wah, siapa yang kirim mbak?" tanya Tita
"Bagus banget mbak, coba tanya kurir yang anterinnya mbak." timpal Luna yang ikut keluar saat mendengar kehebohan di depan toko
Anggi pun bergegas mendekati kurir yang bertugas mengantarkan papan bunga itu.
"Selamat pagi kak. Kalau boleh tau, ini pengirimnya siapa ya, kak?"
"Selamat pagi, apa ini yang namanya ibu Anggi Saraswati?"
"Iya benar, jadi kalau boleh tau siapa pengirimnya kak?"
"Oh, maaf Bu, pengirimnya tidak meninggalkan nama lengkap. Beliau hanya menuliskan inisialnya saja DY. Nah, tolong ibu tanda tangan disini sebagai bukti tanda terima!" ucap kurir itu seraya memberikan sebuah buku untuk ditandatangani sebagai bukti sudah menerima papan ucapan selamat itu.
Setelah ditandatangani, kurir pengantar pun segera berlalu dari depan toko.
Kini Anggi sudah kembali ke kamar untuk melanjutkan kegiatan berdandan dirinya yang dibantu oleh Luna. Pikiran Anggi masih menerawang, siapakah orang yang mengirim papan ucapan selamat dari bunga tersebut.
"Kira-kira siapa ya mbak yang mengirim papan bunga itu?" tanya Luna yang ternyata ikut bertanya-tanya. "Inisial pengirimnya DY, kira-kira temen mbak yang namanya bila disingkat jadi DY, siapa ya mbak? Ada nggak?" tanya Luna lagi seraya memoleskan blush on ke pipi Anggi, membuatnya jadi tampak merona.
"DY? Apa mungkin itu mas Diwangga? Diwangga Yudhistira. Pasti mas Diwangga, soalnya orang yang kenal aku yang tau alamat ini cuma mas Diwangga. Apa aku telfon saja ya mas Diwangga nya?" gumamnya pelan
"Mbak, mbak ngomong apa sih, pelan banget? Nggak kedengaran."
"Eh, nggak ada apa-apa kok, Lun."
"Jadi yang tadi, kira-kira siapa kak yang ngirim? Mbak udah tau?" tanya Luna lagi, kali ini ia sedang melukis eyeliner di garis kelopak mata atas Anggi. Memberikan kesan tegas tapi cantik pada mata Anggi.
"Mbak juga belum tau ,Lun . Sudah ah, nggak usah pikirin dulu. Nanti juga kita pasti tau. Sekarang tinggal pakai apa Lun?"
"Udah beres mbak. Masya Allah mbak, mbak cantik bener. Bidadari mah lewat." puji Luna
"Idih, kayak udah pernah liat bidadari aja." ledek Anggi sambil terkekeh
"Soalnya mbak bener-bener jadi cantik banget. Pasti orang-orang yang kenal mbak bakalan nggak mengenali mbak ntar." ucap Luna seraya mengulurkan cermin ke arah Anggi. " Tuh, liat!"
"Masya Allah, Lun. Ini beneran mbak? Mbak nggak lagi ngehalu jadi cantik,kan?" tanya Anggi tak yakin dengan wajah yang ada di cermin itu
"Itu beneran mbak Anggi. Ini bukan halu, bukan khayalan, bukan mimpi. Ini beneran mbak Anggi. Nah, sekarang tinggal mbak ganti baju aja. Mbak mau pakai baju yang mana?" tanya Luna seraya menunjukkan beberapa baju pilihannya
"Mbak nggak akan pilih itu ,Lun."
"Lho, kok nggak? Mbak nggak akan pakai baju-baju lama mbak kan?" tanya Luna seraya memicingkan mata
Anggi tergelak mendengar pertanyaan Luna. "Kalau iya kenapa?"
"Ia mbak, jangan donk. Masa' pemilik toko baju ,pakenya baju lusuh. Ntar orang yang datang bukannya pingin beli, malah kabur ." desis Luna sambil mengerucutkan bibirnya
Luna tergelak sampai tanpa sadar keluar bulir air ekor matanya. "Ya Allah, Lun! Gemesin banget sih adek mbak ini " ucap Anggi sambil menarik hidung Luna
"Mbak, ikh merah ni hidung Luna." rengek Luna yang makin cemberut
"Mbak nggak bakal pake baju-baju lama mbak lagi kok. Malah baju-baju itu mau mbak buang. Mbak kan pemilik toko ,mbak harus modis donk mulai sekarang. Tapi mbak nggak mau pakai baju pilihan kamu. Bukan karena nggak bagus, cuma itu baju-bajunya lengannya pendek, sedangkan mbak mulai hari ini mau pake hijab, jadi otomatis mbak akan pakai baju-baju lengan panjang. Hari ini adalah titik balik lembaran baru yang akan mbak mulai jadi mbak pingin mengawalinya juga dengan hal yang baik, yang salah satunya mulai memakai hijab." ujar Anggi menjelaskan
"Masya Allah mbak, mbak serius? Mbak udah pilih bajunya? Atau mau Luna pilihin?" cerocos Luna , terlalu bersemangat.
"Mm... mbak udah milih sih, nih liat! Gimana menurut kamu?" ucap Anggi seraya menunjukkan setelan yang akan dipakainya. Atasan blouse polos berwarna peach dengan lengan menggelembung, celana kulot plisket berwarna cream, dan hijab pashmina berwarna senada celana, cream.
"Wah, bagus mbak ,bagus!" ucap Luna antusias seraya menunjukkan dua jempolnya. "Buruan ganti baju mbak, Luna dah nggak sabar melihat metamorfosis mbak."
"Emang mbak kepompong yang bermetamorfosis jadi kupu-kupu." ucap Anggi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya , sedangkan Luna hanya sibuk bercengir ria seraya membereskan perlengkapan make up Anggi yang barusan ia gunakan..
.
.
.
Soft opening toko telah dimulai beberapa menit lalu. Ternyata warga sekitar cukup antusias menyambutnya apalagi dengan adanya promo 20% off membuat orang-orang khususnya kaum hawa makin antusias. Baju-baju yang ditawarkan di Anggrek Fashion juga bervariasi dan bagus-bagus dengan harga yang tak terlalu mahal yang bisa dijangkau semua kalangan.
Pengunjung makin membludak saat makan siang tiba. Ternyata mereka yang datang merupakan para pekerja yang melihat promosi dari teman mereka yang lebih awal datang. Ternyata tanpa sepengetahuan Anggi, mereka ada yang mempromosikan melalui sosial media mereka, ada juga yang menyiarkan secara live, membuat orang-orang yang menonton jadi penasaran dan memanfaatkan jam makan siang untuk berkunjung ke toko Anggi.
Hampir semua orang di toko termasuk Anggi menjadi sibuk luar biasa melayani para pembeli yang tak hentinya datang. Hanya Lia saja yang tidak ikut, karena kembali ditugaskan menjaga Damar dan si kembar di lantai 2. Untunglah anak-anak Anggi merupakan anak yang baik dan penurut jadi Anggi bisa berkonsentrasi melayani para pembeli.
Barulah menjelang sore baru suasana mulai sepi karena banyak stok barang yang habis. Anggi pun kembali menghubungi pihak konveksi agar bisa kembali mengirimkan barang. Anggi juga memesan tambahan pakaian model lain dari katalog terbaru yang dikirimkan pihak konveksi.
Saat sedang menyeruput es tehnya, Anggi melihat 2 sosok yang dikenalnya masuk ke dalam toko. Senyum Anggi pun langsung mengembang. Anggi segera meletakkan es tehnya di meja dan berjalan menuju 2 orang itu.
"Tante Sofi, mas Diwangga. Selamat datang." ucap Anggi
Tapi kedua orang itu malah saling tatap dengan wajah keheranan membuat Anggi mengernyitkan dahinya,'kok mereka bengong?'
'Dia siapa kok bisa kenal? Apa ini temannya Anggi?' gumam Bu Sofi dan Diwangga dalam hati.
'Tapi dari raut wajahnya, kayak kenal, tapi siapa?' batin mereka lagi ,mencoba mengenali siapa sosok cantik yang ada di hadapan mereka.
aku malah suka karakternya Stefani ibunya nata coco 😁
keibuan banget sabar banget 🥰
yang ada dendam merenggut jiwa dan hati diri
bukann tambah bahagia yang ada tambah menderita oleh dendam itu sendiri