Baby... I Love You

Radit hanya bisa terdiam setelah panggilannya dimatikan secara sepihak oleh Sya.

" Apa yang salah dengan ucapanku. Memang benar aku ingin menikahinya hanya agar dia menjadi Bundanya Kendra." Ujar Radit didalam hati.

" Cinta? Rasanya untuk saat ini sulit jika harus membuka hati lagi. Aku sudah nyaman dengan semua ini. Jadi biarkan saja waktu yang akan menjawabnya. Prioritasku saat ini hanya untuk membahagiakan Kendra. Dan karena Kendra menginginkan Maureen makan sebisa mungkin aku akan mewujudkannya."

Radit saat ini sedang ada dirumah Mamanya. Dia duduk dibalkon kamar miliknya semasa kecil hingga remaja. Karena semenjak kuliah Radit sudah memutuskan untuk hidup mandiri dengan tinggal di apartemen. Selain karena memilih untuk mandiri, juga karena memang jarak antara rumah dan kampusnya cukup jauh.

Dikampus lah dia bertemu dengan almarhumah mantan istrinya, Audrey. Audrey adalah teman satu angkatan dengan Radit, hanya saja dia mengambil jurusan design interior. Pada awalnya mereka hanya berteman seperti yang lainnya. Hanya saja entah karena sering bertemu ditempat tongkrongan Radit, Cafe O'coffe, mereka menjadi dekat dan menjalin hubungan spesial sebagai sepasang kekasih. Dengan Audrey juga Radit mengenal dunia malam, dunia penuh kerlap-kerlip lampu dan alunan musik DJ. Semenjak itu pula Radit mulai merokok, hingga sampai saat ini pun dia masih belum bisa menghentikan kebiasaannya itu. Dan itu tidak ada satupun orang yang tau kecuali Andre.

Masih dengan lamunannya, tiba-tiba pintu kamar diketuk.

" Ayah... Ayah... Ini Kendla." Rupanya putranya itu sudah kembali dari Petshop bersama dengan Mama Radit.

" Sebentar sayang, Ayah sedang dikamar mandi." Teriak Radit dari dalam kamar. Radit segera mematikan putung rokoknya dengan air kemudian dimasukan kedalam bungkusan kertas dan dibuang ke tempat sampah. Tidak lupa juga menyemprotkan pewangi ruangan agar asap rokoknya tadi tidak tercium oleh orang yang masuk ke kamar ini. Setelah memastikan bahwa sudah tidak ada lagi aroma asap rokok, Radit membukakan pintu untuk Kendra.

" Tala..... " Teriak Kendra begitu melihat pintu terbuka. Saat ini bocah kecil itu sedang menggendong seekor anak kucing berwana abu-abu.

" Ayah, Kendla punya empus, namanya Gley. Ayah kok buka pintunya lama sekali." Ujar Kendra dengan wajah cemberut. " Gley mau belkenalan sama Ayah katana." Tambah Kendra lagi.

Ini pasti Mamanya yang membelikan Kendra kucing. Dari dulu memang Kendra merengek meminta untuk memelihara kucing seperti Orance, kucing milik Rida, adiknya Radit. Namun sampai detik ini Radit belum ada waktu untuk membawa Kendra membeli kucing di Petshop.

" Wahhh, lucunya grey. Maaf ya tadi Ayah tuh lagi pipis makanya lama. Ini siapa yang memberi nama? " Tanya Radit mengalihkan perhatian Kendra.

" Kendla yang beli nama, kalena walnanya Gley, jadi kita panggil Gley." Kata Kendra dengan suara lucu.

" Bagus kok namanya, tapi Kendra harus janji untuk selalu merawat Grey dengan baik. Oke boy? " Radit memberikan sedikit nasihat untuk Kendra, dia memberikan tangannya untuk bertos bersama.

" Okee Ayahh... " Ujar Kendra berteriak bahagia.

" Grey sudah dikasih maem belum? " Tanya Radit.

" Beyum Ayah, kan Gley beyum lapal. Kata Oma dikasih makannya jam 8 pagi sama jam 8 malam." Ujar Kendra menjelaskan ulang penjelasan dari Omanya tadi sewaktu dibawah.

" Oo gitu, ini sudah sore lho, Kendra udah mandi? Bau acem nih." Ujar Radit berpura-pura menutup hidungnya.

" Beyum." Jawab Kendra seraya mencium badannya.

" Mandi dulu ayok, kita mandi bareng." Ujar Radit mengajak Kendra. " Tapi sebelum itu, Grey taruh dulu di kandangnya. " Tambah Radit.

Kendra dan Radit turun kebawah untuk mengandangkan Grey terlebih dahulu. Diruang keluarga ada Mama Riana yang sedang membaca majalah fashion.

" Kamu nanti malam nginep disini kan Dit? Mama kesepian tau ditinggal-tinggal terus. Kamu yang deket jarang kesini, Papa keluar negeri terus, Rida juga udah ikut suami." Ujar Mama Riana.

" Lagian biasanya aja Mama selalu ngikutin Papa kemana-mana, kenapa sekarang jadi dirumah aja." Jawab Radit.

" Mama juga kangen rumah dong, pengen istirahat dulu. Emangnya kamu sama Papa yang gila kerja terus." Gerutu Mama Riana.

" Kita kerja juga buat belanja kalian." Jawab Radit terkekeh geli.

" Belanja juga tidak setiap hari, tapi kenapa kalian kerjanya setiap hari sampai jarang ada waktu untuk keluarga." Ujar Mama Riana kesal.

Radit hanya diam tidak menyahuti perkataan Mamanya lagi, karena di dalam hatinya pun dia membenarkan pernyataan Mamanya.

" Diem, kalau udah merasa salah baru deh diem." Gerutu Mama Riana yang justru membuat Radit tertawa.

" Jangan kayak Kendra yang suka ngerajuk deh Ma. Mama udah tua juga." Jawab Radit terkekeh geli.

" Jadi gimana kamu sama Bundanya Kendra, siapa namanya? Ooh iya Sya ya." Tanya Mama Riana mengalihkan pembicaraan.

" Gimana apanya? Biasa aja, kita hanya sebatas karyawan dan bos." Jawab Radit santai.

" Mana ada bos yang sampai main ke kosan karyawannya

Apalagi tidak ada urusan pekerjaan sama sekali." Ujar Mama Riana menyindir Radit.

" Mama tau dari mana aku ke kosan Maureen? " Tanya Radit kaget, pasalnya dia tidak merasakan telah bercerita kepada Mamanya kalau dia habis dari kosan.

" Ya dari Kendra lah, nunggu kamu cerita sendiri ke Mama itu kayaknya mustahil banget." Jawab Mama Riana.

" Ya bukan gitu Ma, aku merasa ini bukan salah satu hal yang penting untuk diceritakan ke Mama. Lagian aku ke kosan Maureen itu juga karena Kendra yang dari semalem rewel minta ketemu sama dia." Ujar Radit menjelaskan.

" Dan kamu juga tidak bilang kalau semalem nganter Sya pulang kan? "

" Mama tau darimana? Dari Kendra lagi? " Tanya Radit dengan wajah malas.

" Bukan, Mama tau dari Andre. Kamu kan nyuruh Andre buat nganterin motor Sya ke kosnya. Emang kamu aja yang modus, bilang aja kalau suka sama Sya, nanti keburu diambil yang lain. Secara Sya itu kan cantik, udah gitu sopan plus keibuan, Menantu idaman semua mertua." Jawab Mama Riana santai.

Radit hanya diam tidak menimpali ucapan Mamanya lagi. Yang diucapkan Mamanya memang ada beberapa yang benar, salah satunya mengenai kepribadiannya yang baik. Dan Radit tidak menyangkal akan hal itu.

" Jadi gimana? Kamu suka nggak sama Sya? Kalau nggak biar Sya Mama kenalin ke anak temen arisan Mama. Nggak kalah ganteng juga kok dari kamu. Yang pasti mereka masih muda dan belum ada buntutnya. Pasti cocok deh sama Sya." Ujar Mama Riana dengan wajah serius.

" Kenapa Mama malah cariin jodoh buat Maureen? Emang dia anak Mama." Ujar Radit kesal.

" Ya kan kamu nggak suka sama Sya. Kenapa jadi kamu yang kesel sih." Jawab Mama Riana dengan wajah heran kepada Radit.