Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia yang Akan Datang
Kisman dan Mawar membuat kesepakatan baru dengan Tanse. Sebuah perjanjian yang lebih jauh kelewat batas.
Mereka meminta Tanse untuk menghidupkan kembali Seroja.
Orang sakti itu menyanggupinya dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Mahar yang lebih bernilai lagi.
Jika benar-benar terwujud ada konsekuensi beserta resiko yang harus diterima oleh Kisman dan Mawar. Tanse sudah mewanti-wanti.
Pasangan ibu dan bapak itu akan mendapati anaknya yang tidak lagi sama.
Kisman dan Mawar bersedia. Kakek sakti itu pun dengan senang hati akan mengabulkan permintaan mereka.
“Siapkan lah apa-apa yang sudah aku sebutkan sebagai syarat-syarat dan maharnya”,
“Di hari itu aku yang akan datang ke rumah kalian”,
“Tepat pada tengah malam”,
Tanse memberikan perintah dan penjelasan.
“Di hari itu kami akan menunggu kedatangan kakek dengan persyaratan dan mahar yang telah kami siapkan”, Kisman menyanggupi.
Hari sudah mulai menjelang pagi. Tuan rumah meminta kedua tamunya untuk segera pulang. Mereka sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Dan bahkan akan lebih lagi.
“Pulang lah lewat jalan yang sama”, pinta Tanse.
“Baik kek”,
“Terima kasih kek, kami pamit”,
“Assalamualaikum”,
Kisman dan Mawar segera pergi meninggalkan rumah di dalam hutan itu.
Orang yang baru saja didatangi oleh Kisman dan Mawar benar-benar sakti mandraguna.
Sosoknya bisa menipu siapa saja yang tidak mengenalnya. Seorang kakek berpenampilan layaknya manusia.
Badannya kurus tapi terlihat masih perkasa. Ia hanya memakai kain sarung dan kaos oblong putih yang sudah dihiasi dengan beberapa lubang-lubang kecil.
Kakek berwajah bersih tanpa kumis dan jenggot itu juga mengenakan peci berwarna hitam yang tampak sudah usang.
Yang membedakannya dari manusia biasa adalah dua tanduk hitam kecil yang tumbuh di dahinya. Menonjol di atas mata-mata.
*
Keadaan Bandi ketika sedang menunggu sendiri,
Selepas kepergian Kisman dan Mawar masuk ke dalam hutan, Bandi sendirian. Ia masih punya kewajiban untuk menunggu pasangan suami istri itu kembali dan mengantarkan mereka pulang dengan selamat sampai ke rumah.
Biar pun Bandi sudah berulang kali membawa para klien orang sakti itu kemari. Tapi tetap saja setiap pengalamannya selalu berbeda. Meninggalkan kesan yang mendalam bagi dirinya.
Termasuk pada malam ini.
Ia sudah punya firasat tidak enak ketika dalam perjalanan ke tempat ini ia juga melihat apa yang dilihat oleh Kisman dan Mawar sepanjang jalan. Termasuk sundel bolong di pinggir jalan dan kepala kambing yang genit kepada Kisman.
Belum lagi pocong gosong yang masih duduk di dalam mobil dan belum juga mau turun.
Setelah Kisman dan Mawar tidak terlihat lagi dari pinggir jalan. Bandi langsung mengambil tempat duduk di batu besar yang ada di sana yang dijadikannya sebagai sebuah patokan.
Batu besar itu bukan sembarang batu biasa melainkan sebuah batu yang syarat gaib. Begitulah pesan Tanse yang sudah bekerja sama dengan Bandi sejak lama.
Selain menjadi sebuah patokan jalan, batu besar itu juga berfungsi sebagai pelindung untuk perantara yang membawa para pasien orang sakti.
Bandi pun sekarang duduk di atas batu itu. Sambil menghisap tembakau bakar supaya pikiran menjadi rileks dan badan menjadi hangat.
Ia sekarang hanya tinggal menunggu kembalinya Kisman dan Mawar. Dan juga datangnya pagi.
Bandi tidak lagi sendiri. Ia sudah dikelilingi oleh makhluk-makhluk tak kasat mata yang wujudnya aneh-aneh yang bisa ia lihat bentuknya dengan sangat gamblang.
Ada yang tampangnya menggelikan seperti tuyul telanjang bulat yang bola matanya melotot seperti mau keluar. Ada juga yang sosoknya teramat menyeramkan seperti kuntilanak berambut pitak yang sangat buruk rupa.
Ada pula kehadirannya yang begitu mengintimidasi. Yaitu genderuwo bertubuh besar dan bertaring panjang yang tatapan mata merahnya seperti ingin menantang berkelahi dan menelan Bandi mentah-mentah.
Tapi Bandi tetap lah tenang. Karena setan-setan itu tidak akan mengganggu Bandi selama ia berada di atas batu sakti yang sedang ia duduki.
Sayangnya tidak ada satupun hantu-hantu yang berpenampilan sexy dan cantik yang menampakan diri.
*
Penantian Bandi berakhir,
Cahaya-cahaya utusan sinar matahari mulai bermunculan.
Bersamaan dengan itu kembali lah Kisman dan Mawar yang keluar dari dalam kegelapan hutan.
Bersamaan itu pula jin-jin jahil yang mengerumuni Bandi dari semalam pada bubar. Termasuk pocong gosong yang sudah tidak ada lagi di dalam mobil.
“Bagaimana?”,
Tanya Bandi kepada Kisman.
Bandi tahu pasti mereka berdua berhasil mendapatkan apa yang diinginkan. Terlihat jelas dari mimik muka Mawar dan Kisman yang berseri-seri.
“Kamu benar-benar hebat Bandi”,
“Terima kasih telah membawa aku dan istriku kemari”, pujian Kisman kepada kawannya itu.
“Kalian senang aku pun turut senang”,
“Sekarang mari aku antar kalian pulang”,
“Pagi di tempat ini hanya sebentar”,
Bandi membawa Kisman dan Mawar pulang ke rumah mereka dengan selamat.