NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Bumi Dua Dunia

Hara menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan cukup keras, handuk masih membelit rambutnya yang basah setelah keramas.

Pusing dan penatnya seharian ini setidaknya sedikit terbuyarkan saat rambutnya di basahi oleh air dingin. Dan dengan begitu dia bisa kembali menata pikirannya dengan jernih.

Dia menatap sekeliling kamar kost berukuran empat kali tiga meter yang telah di huninya selama enam tahun ini, dari awal sampai sekarang tidak ada yang berubah. Hara melihat ke arah sisi kanan tempat tidurnya, satu meja belajar yang di bawanya dari rumahnya di kampung, satu lampu penerangan untuk belajar, tiga susun laci kecil tempatnya menyimpan perintilan alat tulis, dan sebuah papan berwarna putih, tempatnya menempelkan semua hal yang harus di ingat-ingat, atau kata-kata penyemangat yang bisa dia baca kapanpun saat mood-nya sedang buruk. Seemua benda yang dia lihat itu tidak pernah berpindah atau bergeser sedikit pun, tetap sama meski sudah enam tahun lamanya.

Dia menolehkan kepalanya, melihat ke sisi kiri tempat tidurnya, satu buah lemari besar dengan cermin berukuran seluruh badan di bagian pintunya, juga tidak pernah sekalipun berpindah posisinya. Dia juga sangat mengendalikan isi di dalam lemarinya, apabila di rasa sudah cukup penuh, maka dia akan melakukan decluter untuk membuat ruang kembali di dalamnya. Dan Hara tidak suka berbelanja impulsif, semua belanjaannya akan sesuai rencana berdasarkan apa yang benar-benar dia butuhkan.

Dia melihat ke arah depan, sejajar lurus dengan tempat tidurnya. Disana ada satu buah meja besar dengan berderet-deret laci di bagian bawahnya, tempatnya menyimpan semua kebutuhannya, termasuk kebutuhan makanannya sehari-hari beserta alat-alat penunjangnya. Semuanya barang yang dia miliki selalu secukupnya. Tidak berlebihan.

Di sebalah kanan dari meja itu, dia letakkan kulkas mini satu pintu, dan di atas kulkas masih dia manfaatkan untuk meletakkan nampan berisi gelas dan toples-toples camilannya. Dan di sebelahnya lagi tempatnya menyimpan galon untuk kebutuhan minumnya.

Di dekat pintu masuk, terdapat kotak-kotak sepatu yang dia susun menjadi rak. Hanya lima buah. Dua buah sepatu resmi untuknya berkerja, satu buah sepatu kets untuknya hang out, dan dua buah lagi sandal yang biasa dia pakai sehari-hari terkadang juga hang out.

Kembali Hara mengedarkan pandang ke setiap sudut kamarnya yang polos tanpa hiasan dinding warna warni atau pernak pernik layaknya kamar seorang gadis. Bahkan warna catnya saja masih tetap sama seperti saat pertama dia masuk, Hara hanya mengecat ulang warnanya dengan warna yang sama, tidak pernah sekalipun terbersit di pikirannya untuk mengubah warna putih di dindingnya.

Hara memang tidak terlalu memusingkan hal remeh seperti itu, sejak dirinya memutuskan untuk mengambil beasiswa di kampus yang ada di kota besar ini, dirinya selalu berfokus pada studinya. Merasa di tuntut oleh sebuah pembuktian hasil dari pilihannya, Hara jadi terlalu ketat pada dirinya sendiri. Dalam tiga tahun masa kuliahnya, dirinya tidak pernah sekalipun merasakan yang namanya liburan. Alih-alih berjalan-jalan atau sekedar rebahan di rumah, dia malah menggunakan masa liburannya dengan mengambil semester pendek. Semua itu dia lakukan agar waktu kuliahnya bisa di persingkat. Dan tentu saja, prediksinya tidak meleset sedikitpun. Magna cumlaude adalah bukti dari setiap jengkal usahanya.

Pun demikian halnya setelah dia berhasil menyandang gelarnya, tidak ingin membuang-buang waktu, dia segera mengirimkan beberapa cv dirinya ke berbagai perusahaan sesaat setelah ijazahnya keluar, bahkan saat teman-teman yang lain memutuskan rehat sejenak dari penatnya skripsi dan menunda waktu untuk segera mencari pekerjaan, Hara malah sudah sibuk menjalani tes masuk perusahaan serta wawancara-wawancara kerja. Dan hasilnya seperti yang bisa di lihat sekarang. Seluruh perusahaan yang dia kirimi cv dan lakukan tes serta wawancara, berebut ingin merekrutnya.

Langkahnya tidak berhenti disitu, setelah mendapat pekerjaan, dia tidak lantas berpuas diri dan berleha-leha, semakin hari potensi dan kecakapannya dalam berkerja semakin terlihat hingga akhirnya mengantarkannya pada posisinya sekarang, menjadi asisten manager hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun. Pencapaian yang bisa di bilang sangat memuaskan dan membuat iri siapapun yang melihat. Tak akan di katakan sombong kiranya jika Hara membanggakan dirinya.

Tapi entah kenapa, dengan semua yang telah di raih dan di capainya saat ini, justru Hara merasa seperti ada lubang besar di hatinya, rasanya seperti sepi dan kosong.

Apa hidup gue sehitam putih itu ya? Gak berwarna sama sekali. Apa itu yang membuat hubungan gue juga jadi hitam putih?

Hara memejamkan matanya, jadwal menangisi patah hati yang dia rencanakan, sudah dia gunakan dengan sebagaimana mestinya, hanya saja minus air mata.

...****************...

Selalu ada dua sisi, meskipun tanah yang di pijak sama, langit yang di tatap sama, tapi tidak lantas menjadikan warnanya juga sama. Tergantung dari siapa yang melihat dan merasakan. Tanah yang sama-sama di pijak bisa berwarna hijau, coklat, atau bahkan hitam atau mungkin juga berwarna pelangi. Begitupun dengan langit, meskipun mata yang menatap sama jumlahnya, dua, tapi warna yang di lihatnya bisa berbeda. Terkadang biru muda dengan awan putih, terkadang biru tua dengan awan kelabu, terkadang langit jingga dengan awan yang terlihat sedikit menguning, atau bahkan hitam pekat dan hanya berhiaskan titik-titik putih.

Di sisi dunia sebelah, ketika malam adalah waktunya istirahat, menilik kembali pencapaian di hari ini dan mulai memejamkan mata agar esok bisa menjadi lebih baik lagi, tapi sebaliknya di sisi sebelah yang lain justru adalah saat di mulainya hari.

Sorot lampu warna warni di tengah ruangan yang remang-remang itu terasa seperti awal hari. Semua yang ada di dalamnya terlihat bersemangat, tanpa rasa ngantuk atau bahkan lelah. Asik berjoget di iringi lagu dari Dj yang ada di lantai teratas.

Dua sosok yang kemana-mana selalu bersama itu pun tidak luput menjadi salah satu dari banyaknya orang yang sedang bersemangat. Sibuk menggeleng-gelengkan kepala serta menghentakkan kaki.

"Ini Indah" Teriak Rio di dekat telinga Kama yang di sambut anggukan mengerti darinya. Sosok yang di bicarakan itu berdiri tepat di samping Rio, dengan pakaian serba minim berwarna hitam, serta rambut yang di kuncir kuda dan dandanan ala rock n roll itupun tersenyum kepada laki-laki yang ada di depannya.

Kama menyodorkan tangannya kepada wanita yang di kenalkan padanya

"Kama" Teriak Kama, bukan karena mereka budeg atau bagaimana hingga harus saling teriak saat berbicara, tapi karena suara musik yang berdentum keras yang mengharuskan mereka sedikit ngotot jika ingin bisa berkomunikasi.

Wanita bernama Indah itu pun menerima salam perkenalan dari Kama, dia tersenyum paham dan mengangguk.

Diskotik yang di datangi Kama dan Rio kali ini cukup ramai meskipun weekday. Mungkin karena ada penampilan spesial dari Dj yang cukup terkenal di media sosial.

"Minum?" Tawar Kama kepada Indah yang di sambut anggukan setuju. Clubbing tanpa minum bagaikan mandi tanpa pakai sabun, kurang afdol.

"Lo sering ke sini?" Tanya Indah berbisik di telinga Kama, baru saja beberapa menit yang lalu mereka saling tau nama masing-masing, sekarang mereka sudah dekat seperti sudah kenal bertahun-tahun. Saling menempel.

"Nggak juga, tergantung dia ngajaknya kemana" Balas Kama juga berbisik di telinga Indah sembari menunjuk ke arah Rio yang ada di depannya yang sudah lupa daratan, asik berjoget bersama beberapa teman wanitanya.

"Udah punya cewek?" Tanya Indah lagi, semakin menempel dan dengan jelas menunjukkan ketertarikannya pada Kama tanpa malu-malu.

"Gue gak tertarik pacaran" Balas Kama menggeleng dan kali ini tangannya sudah mulai berani bergerilya di sekitar pinggang Indah.

"Terus tertariknya apa dong?" Goda Indah yang kali ini sudah sepenuhnya menempel pada Kama.

"Mau nyari tau?" Senyum Kama menggoda, Indah yang memang sudah tertarik itu pun semakin salah tingkah di buatnya. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk ikut berjoget sambil berpelukan.

Semakin malam lagu yang di putarkan dj menjadi semakin meriah, membuat orang-orang yang tadinya sedikit mengantuk atau lelah kembali bersemangat.

"Kayaknya gue udah mabuk deh" Indah yang kini sudah bergelandotan di pelukan Kama itu sedikit sempoyongan, tidak bisa berdiri tegak.

"Masa sih?" Goda Kama sembari tetap memeluk Indah, dengan dalih membantunya berdiri. "Baru cuma sebotol doang" Lanjutnya lagi.

"Memangnya lo gak mabuk? Kuat banget minum lo" Balas Indah yang meskipun sudah sempoyongan tetap saja asik berjoget di pelukan Kama.

"Nggak sama sekali" Jawab Kama bangga. "Mau duduk?" Tawarnya saat melihat keseimbangan Indah yang di rasa semakin tak terkendali lagi.

"Di pangkuan lo?" Indah sudah mulai meracau sebagai akibat dari mabuknya, kata-katanya mulai berani dan vulgar.

"Kalau lo mau" Balas Kama menanggapi. Dia bukan laki-laki suci yang apabila di sodorkan kenikmatan dunia lantas dengan tegas menolaknya. Dia hanya laki-laki normal pada umumnya.

"Nakal banget sih, tapi gue suka" Dan sedetik kemudian Indah sudah mendaratkan ciumannya di bibir Kama, yang tentu saja seperti prinsipnya tadi, tidak akan di tolak dengan mentah-mentah.

Mereka berciuman di tengah-tengah banyaknya orang yang sedang asyik berjoget. Malu? Orang-orang saja tidak sadar apa yang sedang mereka lakukan, apalagi repot-repot memperhatikan apakah ada orang lain sedang bermesraan di sekitar mereka. Bukan urusan gue. Begitulah kiranya isi pikiran mereka semua yang ada disana, sama dan seragam.

Kama dan Indah masih terus berciuman, saling melumat bibir dan menghisap lidah sembari terus berjoget mengikuti alunan musik bertempo cepat itu. Berputar ke kanan dan ke kiri menyesuaikan gerakan masing-masing. Kama menuntun langkah Indah agar bergeser sedikit demi sedikit menuju pinggir ruangan untuk mencari tempat duduk.

"Lo jago banget ciumannya, udah sering ciuman ya?" Bisik Indah setelah akhirnya mereka menemukan tempat untuk duduk.

Indah yang memang sudah mabuk, langsung menghempaskan dirinya di sofa panjang berleter L itu. Di susul Kama yang duduk di sampingnya, dan menjadi sandaran untuk Indah yang sudah sepenuhnya ambruk.

"Gua juga jago dalam hal lainnya" Balas Kama kembali menggoda, seakan-akan percakapan seperti ini adalah hal yang lumrah, selumrah sapaan basa basi antar teman di pagi hari yang bertanya sudah sarapan belum.

"Wah boleh coba dong" Bak gayung bersambut, Indah tanpa malu-malu menerima ajakan Kama untuk mengetahui dia jago dalam hal apa lagi.

Dan tanpa rasa canggung, Indah kembali mendaratkan ciumannya di bibir Kama. Mereka pun kembali beradu lidah. Semakin intens dan semakin panas.

Jari jemari Kama lembut membelai leher Indah, menyangganya agar tetap tegak, sementara tangan yang lain sibuk melingkari pinggang Indah. Sesekali mereka berhenti untuk mengambil napas, dan kemudian melanjutkan kembali kegiatan saling menyesap kenikmatan tersebut.

Indah yang memang sudah hilang kendali itu pun semakin ganas mendaratkan ciumannya, melumat setiap jengkal bibir Kama. Cowok tidak suka cewek agresif? Itu tidak berlaku bagi Kama, dia suka cewek apapun asalkan bukan cewek jadi-jadian. Pendiam, agresif, pasif, bukan masalah buatnya. Selama mereka memegang teguh prinsip suka sama suka, maka tidak ada tipe yang spesifik.

Ponsel di saku celana Kama bergetar, tapi dia memilih untuk mengabaikannya dan asyik melanjutkan adegannya bersama Indah. Berpikir kalau nanti pasti si penelepon akan berhenti sendiri saat panggilannya di abaikan.

Tapi ternyata dugaannya salah, ponselnya masih terus saja bergetar. Dengan jengkel dia menghentikan kegiatannya dan mengambil ponselnya.

"Shit" Umpatnya saat melihat nama yang tertera di layarnya. "Gue angkat telepon dulu" Pamitnya pada Indah yang sudah bersandar teler di kursi, entah paham atau tidak dengan apa yang di ucapkan Kama.

Kama pergi mencari area sepi, tidak mungkin dia bisa mendengar apapun di dalam sini. Area diskotek terbagi menjadi dua ruangan, lantai bawah adalah tempat bagi mereka yang ingin berjoget gila-gilaan, sedangkan lantai atas, lebih sedikit manusiawi, banyak tempat duduk dan juga sedikit lebih sepi. Biasanya para pengunjung yang ada di lantai atas ini hanya ingin sekedar nongkrong menghabiskan malam tapi tidak ingin suasana yang terlalu heboh.

Setelah menemukan tempat yang di rasa cukup untuk menjawab panggilannya, Kama menggeser tombol hijau di layarnya.

"Ada apa mi?" Tanyanya begitu teleponnya tersambung. Sejurus kemudian ekspresi wajahnya berubah mengeras. Kama memejamkan matanya seperti menahan kesal. "Tapi Kama lagi sibuk mi" Lanjutnya dengan sedikit menggeram, namun sepertinya lawan bicaranya tidak peduli akan hal itu. "Iya deh nanti Kama cariin" Jawab Kama singkat masih dengan emosi yang tertahan. Dia mengedarkan pandangannya dengan asal, demi mengalihkan rasa marahnya. Tapi sesuatu yang terasa familier tertangkap pandangannya. Dia menyipitkan mata memastikan apa yang di lihatnya, mengingat suasana remang-remang di tambah efek alkohol yang pasti menurunkan indera penglihatannya, bisa saja dia salah lihat.

"Udah ketemu mi, kayaknya dia gak bakal pulang malam ini" Ucap Kama menggeram setelah yakin dengan apa yang ada di depan matanya, kemarahan yang sedari tadi di tahannya itu sekarang dia lepaskan begitu saja. Ekspresi wajahnya keras dengan rahang yang menegang. Tangannya mengepal.

Tanpa kata-kata lagi Kama memutus sambungan teleponnya dan memilih pergi dari tempat itu. Dia kembali turun ke lantai bawah dan mencari Rio.

"Gue cabut duluan" Pamitnya berteriak pada Rio yang masih saja asyik berjoget.

"Kenapa? Masih belom pagi juga" Tanya Rio heran, biasanya malah dia yang selalu mengajak Kama pulang lebih dulu, mengingat esok paginya mereka harus bertugas.

"Gue gak suka tempatnya, bau orang tua" Jawab Kama ketus dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Rio yang kebingungan dengan maksudnya.

1
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ArianiDesy
Pengen ngakak deh sama Kama,pinter bener ngakalin Hara...
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
ArianiDesy
Aku dukung deh pak Kama,gaass kan ngedeketin Hara 😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Jangan kan Kama,aku saja ngga sabar nunggu besok mereka ketemuan😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Emang belum sih,tapi Otw punya cowok Hara nya,Nael😁😁😁😁😁
ArianiDesy
wkwkwkwkwk....
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
ArianiDesy
pengen ngakak lihat kelakuan Kaman sama Hara ini🤣🤣🤣
ArianiDesy
Kasihan juga sih ya sama Kama,gimana dia ngelawan rasa trauma nya bikin ikutan sakit😔...
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????
ArianiDesy
Hara emng dari kampung tapi tidak kampungan loh,termasuk berada apa nggak menyesal itu Kama ngejudge Hara sampai segitunya🙄🙄🙄
ArianiDesy
Masih dendam aja kamu,Kama🙄🙄
ArianiDesy
Hara baik banget maw ngajarin anak' belajar 🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
Emng harus perang urat dulu ya baru mereka dekat, Thor 😁😁
Rizca Yulianah: sabar bestiiii, gak tau kenapa skr pikiran ku kalau ceritanya ujuk2 jatuh cinta terus sama2 jadi kayak aneh, gak relate sama isi kepala yang udah banyak pikiran 😂
total 1 replies
ArianiDesy
Thor,,,nggak pingin double up gitu 😁😁, sebenarnya nggak terlalu suka sama yang on going tapi aku dah terlalu cinta sama ni novel😍😍😍😍
Risa Amanta
TK aamiini Git
Risa Amanta
serius kama ini seorang polisi...???
Risa Amanta
pesona laki2 tukang celup buat apa..hhiiii.. ngeriii
Risa Amanta
sabar Hara..laki2 masih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!