Fabrizio Argantara seorang CEO Diamon Group terpaksa harus menikahi Putri dari orang yang ia tabrak hingga meninggal.
Fabrizio menikahi Jihana Almayra hanya demi sebuah tanggung jawab semata, hingga suatu hari salah satu diantara mereka memiki perasaan mencintai.
Mampukah Fabrizio dan Jihan mempertahankan pernikahan mereka saat badai rumah tangga mereka hadir disaat mereka sudah saling yakin untuk mencintai satu sama lain ?
Yuk simak selengkapnya novel "Istri Siri CEO" karya Dewi KD.
Jangan lupa untuk dukung author dalam bentuk Like & Comment 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBINGUNGKAN
Zio masuk ke dalam mobil dilihatnya Jihan sudah tertidur mungkin karena lama menunggu dirinya bersama Cindy. Karena Zio sampai memastikan pesawat yang ditumpangi Cindy lepas landas.
Zio menatap Jihan bayangan kejadian di hotel barusan menyadarkan dirinya kalau ia sudah keterlaluan dengan Jihan. Seharusnya ia berterima kasih pada Jihan bukan malah memarahinya.
Zio menghidupkan mesin mobil dan tentu membuat Jihan terbangun dari ditidurnya. "Tuan sudah selesai ?" tanya Jihan menutup mulutnya karena menguap, jujur saja ia masih sangat mengantuk saat ini.
"Iya" jawab Zio singkat sambil mengemudikan mobilnya. "Ehem, terima kasih" sambung Zio tanpa menoleh ke arah Jihan ia masih fokus ke depan.
"Untuk ?" jawab Jihan karena ambigu dengan ucapan Zio.
"Sudah memberikan ponselku" Zio menjawab dengan singkat lagi namun dengan nada suara yang lembut. Karena ia sangat gengsi jika harus meminta maaf pada Jihan karena sudah keterlaluan padanya di hotel tadi.
"Oh sama-sama" Jihan merasakan degup jantungnya ia seolah merasa menyesal karena sudah memberikan ponsel milik Zio.
"Mana nomor ponselmu ? coba kau tulis disini !" Zio menyodorkan ponselnya ke pada Jihan. Sedangkan Jihan tidak mengambil ponsel Zio.
"Kenapa ?"
Jihan tercengir kuda "Aku tak punya ponsel Tuan".
Zio seakan tak percaya mendengar ucapan Jihan jika tidak memiliki ponsel, anak seusia dirinya seharusnya memiliki benda wajib itu. "Kau itu hidup dizaman apa, sampai tak memiliki ponsel !"
"Hei berhenti menghinaku Tuan !" jawab Jihan ketus tak terima dengan ucapan Zio.
Namun tiba-tiba Zio mengentikan mobilnya disebuah Mall terbesar Zio turun dari mobil dan Jihan mengikutinya dari belakang. Zio memakai lift di basement untuk menuju lantai dimana terdapat banyak sekali toko yang menjual ponsel.
Saat Zio dan Jihan berada di dalam lift Jihan menatap pantulan dicermin di dalam lift itu. Benar-benar bukan seperti sepasang suami istri tapi lebih tepatnya ia berjalan dengan Om Om.
"Sangat tidak serasi" Jihan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tanpa ia sadari Zio memandangi wajah cantik Jihan dicermin diam-diam.
'kadang aku marah tidak jelas padanya tapi kadang juga wajah cantiknya itu mampu meredamkan amarahku, aih...aku ini kenapa ? tidak mungkin aku menyukai gadis seperti Jihan' batin Zio bingung dengan dirinya sendiri.
Sesaat kemudian mereka sudah sampai ditoko yang menjual berbagai ponsel. Zio meminta pelayan toko untuk menunjukkan ponsel terbaru, saat Zio memegangnya kemudian ia menyutujui untuk membelinya.
Setelah mereka membeli ponsel, tiba-tiba cacing diperut Jihan seakan mendemo dirinya. Apalagi saat mereka melewati restoran yang menjual menu ayam goreng.
"Tuan...aku lapar" Jihan dengan tidak tahu malunya berbicara demikian pada Zio. Zio yang mendengar itu menghentikan langkah kakinya kemudian menatap restoran ayam goreng itu dan mengajak Jihan masuk ke dalam.
Jihan bersorak gembira dalam hatinya saat Zio memesankan makanan yang semua menunya adalah Ayam goreng.
Zio yang menatap Jihan sambil menggelengkan kepalanya saat Jihan menghabiskan Ayam goreng yang ia pesan. Sedangkan Zio baru memakan satu potong ayam goreng.
"Tubuhmu itu kecil, tapi makanmu banyak sekali"
Jihan menyeruput es teh manis dan menyandarkan tubuhnya dikursi sembari mengelus perutnya yang terasa kenyang.
"Tuan, kau memesan banyak sekali. Akan mubazir jika tidak dihabiskan, bukan ?" jawab Jihan dengan santainya.
Kemudian Zio menyerahkan paperbag berisikan ponsel yang ia beli tadi pada Jihan. "Ambil dan pakailah, sudah ada nomor ponselku disana." ucap Zio dengan raut wajah yang datar.
"Wah...ini ponsel tadi Tuan, yang harganya 20 juta itu..wah wah.. 20 juta bisa beli satu unit sepeda motor" sindir Jihan
"Kau itu banyak sekali bicara, pakai saja apa susahnya !"
"Tuan kembalikan saja ponselnya ke toko tadi beli saja yang seharga 2 juta, sisanya belikan saja motor untuk kendaraanku pergi ke kampus" jawab Jihan bernegosiasi pada Zio.
Zio mendecak sebal dengan Jihan, kemudian ia menghubungi asisstennya untuk membelikan satu uni motor perempuan.
"Ambil ponselnya, dan nanti motormu akan tiba diapartemen aku tidak sudi membeli ponsel seharga 2 juta !" Perintah Zio pada Jihan, dengan nada angkuhnya. Sedangkan Jihan menatap Zio dengan mulut yang sedikit menganga saat Zio sudah membelikannya sebuah motor. Apalagi sikap sombongnya muncul kembali.
keren bgt thor👍👍
bwt zio kurang ganteng thor
aku jg lama gk punya2 ank.
3 thn pernikahan br punya ank.
sedihnya tuh sm mulut2 gk berprikemanusiaan..jahara pedes rawit tenan.
kenaa kau