Bercerita tentang kehidupan manusia yang terusik dengan keberadaan iblis, sehingga terbentuk suatu kelompok pembasmi iblis.
Diawal cerita pemimpin kelompok pembasmi iblis berhasil membunuh raja iblis yang sangat kuat tetapi harus mengorbankan nyawanya.
Perseteruan antara iblis dan manusia tidak sampai disitu, terus berlanjut pada keturunan berikutnya. Keturunan inilah yang menjadi akhir dari perseteruan antara iblis dan manusia.
Tokoh utama : 2 anak kembar anak dari pimpinan kelompok pembasmi iblis awal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifki Arifandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#9
“Manusia sepertimu harus dimusnahkan, jika banyak manusia sepertimu maka akan mengancam kerajaan iblis,” ucap iblis.
Iblis mengangkat kedua tangannya, langit seketika gelap, petir menyambar ke tangan iblis. Setelah itu mata iblis bercahaya, tubuhnya diselimuti petir yang menyambar.
Paman Selen berlari menjauh, bersembunyi di belakang batu yang sangat besar. Selen masih melayang dan hanya terdiam melihat kekuatan iblis.
Sett… iblis seketika sampai di depan Selen. Pukulan dilepaskannya, Selen terpental sangat jauh, berhenti membentur pohon besar. Pohon itu tumbang saat terkena tubuh Selen.
Sungguh kekuatan yang menakutkan. Selen masih bisa berdiri, secepat kilat Selen terbang ke arah iblis, dan membalas dengan pukulan yang sangat kuat.
Pukulan Selen telak mengenai perut iblis, saat menerima pukulan mata iblis seperti akan copot karena pukulan itu 10 kali lipat lebih kuat dari pukulannya.
Setiap pohon yang membentur tubuhnya tumbang, terakhir tubuh iblis singa itu membentur batu besar, bahkan batu itu ikut hancur. Iblis sudah terbaring tak berdaya, Selen melayang pelan ke arah iblis singa, Selen merebut senjata dari tangan iblis, kemudian mengarahkannya tepat di perut iblis.
Tanpa ragu Selen ingin menghabisi iblis singa dengan senjatanya sendiri. Saat ujung pedang berada tepat menempel di perut, seketika Selen kehilangan kesadaran lagi. Pedang yang ia pegang terlepas, iblis tertawa.
“Tubuh kecilmu tidak akan sanggup menahan kekuatan besar itu, sekarang giliranku!” ucap Iblis.
Penuh dengan luka dan rasa sakit, dengan susah payah iblis singa berdiri, saat akan mengambil senjatanya, terdengar suara orang berlari.
Ternyata itu adalah Paman Selen, meski manusia biasa Paman Selen menguasai sedikit beladiri, meloncat dan menendang tubuh iblis yang sudah lemah. Iblis terjatuh Paman Selen mengambil pedang, kemudian menusuk iblis singa.
“Beraninya kau!” teriak Iblis.
Pedang yang bergerigi tidak mudah dilepaskan dari tubuhnya sendiri, perlahan tubuhnya merasakan panas terbakar karena senjatanya sendiri.
Sekuat tenaga bergerak mendekati Paman Selen untuk membalas, Paman Selen terkena pukulan telak. Terpental membentur batu persembunyiannya tadi. Tidak lama kemudian iblis terbakar, tubuhnya menjadi debu.
Paman Selen hanya manusia biasa, setelah merima pukulan kuat dari iblis, tubuhnya mengalami cidera yang sangat serius meski, masih sadarkan diri.
Paman Selen mencoba menggerakkan kakinya, perlahan ia bisa berdiri. Melangkahkan kaki, dengan menahan rasa sakit. Jalannya sangat lambat terpincang-pincang.
Menggendong Selen, kemudian berusaha sampai di perkampungan. Sesampainya d perkampungan, banyak sekali orang yang mengerubunginya, karena sudah tidak sanggup berdiri lagi, Paman Selen jatuh. Selen ikut terjatuh, mereka berdua terkapar di depan orang banyak.
Bukannya langsung menolong mereka, orang-orang yang menghubungi mereka malah berbisik-bisik dengan sebelahnya, “Mereka pasti iblis hutan.”
Datang seorang pria dengan postur tubuh yang tinggi dan kekar, d pinggangnya membawa 2 buah pedang. Mendekat ke arah kerumunan orang dan melihat ada 2 orang terkapar. Pria ini langsung mendekati Paman Selen.
“Tolong selamatkan keponakan saya, jagalah dia. Aku sudah tidak bisa bertahan lagi,” lirih suara Paman Selen, suaranya terputus-putus.
“Jangan bicara lagi, lukamu benar-benar parah!”
“Angkat mereka berdua, mereka manusia bisa, bukan iblis! Bawa mereka ke tempat tinggal ku,” ucap Pria itu kepada orang banyak.
Saat sedang diperjalanan, Paman Selen sudah tidak terselamatkan. Pesan terakhir kepada orang yang mengangkat tubuhnya adalah,
“Anak itu bernama Selen, ia memiliki kekuatan yang bisa membasmi iblis. Jika aku mati, katakan kepadanya bahwa pamannya telah dibunuh oleh iblis.” Suaranya lirih perlahan suara Paman Selen menghilang.
Sesampainya di rumah Pria yang ingin menolong Selen dan pamannya, orang yang mengangkat Paman Selen berkata kepada pria itu, “Orang ini telah tiada.”
Pria tersebut hanya menggelengkan kepala, tampak terlihat dari raut wajahnya kesedihan. Orang yang mengangkat Paman Selen menyampaikan semua pesan terakhir dari Paman Selen.
Pria berpedang menyanggupi permintaan terakhir paman Selen. Akan merawat dan melatih Selen menjadi wania yang kuat dan menjadi pembasmi iblis yang hebat. Pria ternyata adalah seorang pembasmi iblis, namanya sangat di kenal di beberapa wilayah.
Pedang yang ada di pinggangnya adalah pedang pusaka yang sudah banyak menebas tubuh iblis. Namanya Sun, nama yang melambangkan kekuatan dan kebenaran.
Sun hidup sebatang kara, istri dan anaknya meninggal saat Sun sedang memburu iblis di suatu wilayah yang jauh dari tempat tinggalnya. Sibuk memburu iblis Sun tidak sadar kalau anak dan istrinya juga sedang diincar oleh ibis.
Kejadian itu sudah sangat lama, iblis yang menyerang keluarganya itu memakan tubuh istri dan anaknya sampai tak tersisa sedikitpun, hanya ada darah di lantai rumah Sun.
Waktu itu Sun benar-benar marah, sedih, dan kehilangan akal. Sun seperti orang gila, teriak-teriak sendiri sambil menangis.
Saat melihat iblis, dengan garangnya Sun langsung menghabisi iblis. Tanpa pandang bulu, iblis di bantai olehnya. Kesedihan Sun mulai mereda saat ada seseorang yang menasehatinya, memberikan motivasi, dan selalu menemani Sun.
Orang itu sudah sangat tua, tubuhnya ringkih, sakit-sakitan. Tidak lama kemudian orang tersebut meninggal karena penyakitnya. Tapi, Sun sudah membaik, otaknya sudah bisa berfikir jernih, meski dendamnya terhadap iblis yang memakan keluarganya tetap membara. Sejak saat itu, Sun selalu berburu iblis kuat untuk mencari iblis yang telah memakan anak dan istrinya.
Selen masih berbaring tak sadarkan diri, Sun membuka semua bajunya dan mengoleskan obat dari tumbuhan di sekujur tubuh Selen. Sedangkan Paman Selen dikuburkan di samping rumah Sun.
Sekarang Sun sudah tidak sendiri lagi, Selen bisa menggantikan sosok anak yang telah lama hilang dari kehidupan Sun. Tidak lama setelah tubuhnya diobati, Selen terbangun.
“Paman kita dimana?” ucap Selen, mengira kalau orang di depan adalah pamannya.
“Kamu ada di rumahku, Nak,” jawab Sun.
“Kamu bukan pamanku, dimana pamanku?” tanya Selen sambil merintih kesakitan.
“Pesan terakhir pamanmu, saya disuruhnya untuk merawatmu. Pamanmu meninggal setelah diserang oleh iblis, kami menemukan kalian berdua di depan perkampungan.”
“TIDAK MUNGKIN!” suara teriakan Selen terdengar sampai keluar rumah.
Selen masih belum percaya, memaksakan diri untuk mencari pamannya, baru mencoba bangun dari tempat tidur, tubuhnya terjatuh lagi karena rasa sakit dari luka yang ada pada tubuhnya. Melihat Selen seperti itu mengingatkan Sun pada dirinya dahulu, saat frustasi kehilangan keluarga.
“NAK, Lihat paman! Apa terlihat paman berbohong?” Sun menatap serius mata Selen.
Selen menangis sejadi-jadinya sambil memanggil-manggil pamannya, “Paman…paman… aku takut sendirian. Aku sudah kehilangan ibu, sekarang harus kehilangan paman.” Selen terus menangis.
Sun merasakan kekuatan yang ada di dalam tubuh Selen, berkata dalam hati, “Benar yang dikatakan pamannya, anak ini memiliki kekuatan. Hanya saja belum bisa mengendalikan kekuatan tersebut.” Sun tersenyum dan mencoba menghibur Selen.
“Pamanmu di makamkan di sebelah rumah ini, ia tidak jauh darimu. Berjuanglah denganku untuk membasmi para iblis kejam itu. Jika kamu mau, aku bisa melatih mu menjadi pembasmi iblis kuat,” ucap Sun.
Selen berhenti menangis, ia berkata, “Aku akan menjadi pembasmi iblis terkuat, dan mengalahkan semua iblis yang ada. Aku mau, tolong latih aku menjadi pembasmi iblis terkuat.” Air matanya seketika berhenti.
“Anggap saja sekarang aku adalah ayahmu.” Sun tersenyum.
“Ayah?” Tampak heran wajah Selen.
“Iya ayah, akan ku anggap kamu adalah anakku sendiri.”
Selen tersenyum kemudian berkata, “Sejak aku kecil, aku tidak pernah memiliki ayah. Baik Ayah!”