Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dokter tetangga
"Hemm...."Dewa membuka matanya, dia sedikit bingung...."kenapa kamu bisa masuk?" tanya Dewa sambil menahan rasa dingin ditubuhnya. "Itu...anu....pintu rumah kamu tidak ditutup, terus tadi saya dengar kamu mengigo...saya pikir kamu sakit makanya saya masuk dan ternyata kamu memang lagi sakit...." jelas Vanda.
"Ayo kamu pindah kekamar saja" sambung Vanda sambil membantu Dewa berdiri, Vanda memapah Dewa menuju kamarnya. Dewa naik ketempat tidur, Vanda melihat kaki dewa masih memakai sepatu, dia segera membantu Dewa melepas sepatunya dan membuka kaus kakinya. "Em...itu kamu harus buka jaketnya?" kata Vanda.
"Eh jangan...biarkan saja" seru Dewa cepat. Dewa takut kalau Vanda melihat luka tembak dibahunya makanya dia melarang Vanda membukanya. Vanda tidak memaksa dewa membuka jaket, Dengan penuh perhatian dia menarik selimut untuk menutup badan Dewa yang semakin menggigil.
"Kamu baring dulu saya pergi mengambil air untuk kompres" Vanda kemudian keluar dari kamar dewa menuju dapur.
Dia mencari tempat untuk mengompres tapi dia tidak tau perkakas didapur itu. Kemudian dia berbalik lalu keluar dari rumah Dewa, dia segera berlari kecil menuju rumahnya. Dia mengambil tempat untuk kompres dan handuk bersih dari rumahnya tidak lupa dia membawa kotak obat. Setelah itu dia keluar lagi tidak lupa Vanda mengunci rumahnya.
Vanda kembali kerumah dewa sambil menenteng kotak obat dan tempat untuk mengompres. Dia kedapur mengambil air dari kulkas lalu dia masuk kedalam kamar Dewa. Dewa yang kembali tertidur tidak tahu apa yang dilakukan oleh Vanda si dokter tetangga.
Dengan hati-hati Vanda mulai merawat Dewa yang suhu badannya sangat panas. Dia mulai mengompres dahi Dewa. Sambil mengompres dia duduk disamping tempat tidur. Sesekali Vanda melirik wajah Dewa yang kelihatan pucat. Setelah cukup lama mengompres dia melepas kain kompres itu lalu meletakan diatas meja samping tempat tidur.
Dewa yang tidur terlentang dengan posisi tangan kanannya ada diatas dada, Vanda mau memindah posisi tangan dewa itu kesamping. Saat dia memegang tangan Dewa untuk dipindahkan, tiba-tiba suara merintih kesakitan keluar dari mulut Dewa.
Vanda yang kaget langsung melepaskan tangan Dewa, lalu dengan perlahan dia kembali mengangkat tangan itu, vanda merasa ada yang lengket di telapak tangan Dewa. Dia lalu memeriksanya ternyata itu darah yang mengumpal, dengan penuh hati-hati dia menyingsingkan lengan jaket Dewa. Betapa terkejutnya dia melihat Luka yang masih mengerluarkan darah itu.
"Ternyata dia terluka pantas saja wajahnya terlihat pucat, ini seperti luka yang masih baru karena lukanya belum kering" gumannya.
Dia segera menyingkap selimut yang menutupi Tubuh Dewa dengan sangat hati-hati Dia menarik resleting jaket yang dipakai Dewa, dengan penuh perjuangan dia membalikan tubuh dewa yang sudah tenggelam dalam tidurnya.
Setelah jaket itu terbuka vanda kembali membalikkan tubuh Dewa...."ahhh....." Pekik Vanda melihat darah yang sudah kering di bahu Dewa...perban yang menutupi luka itu sebelumnya sudah hampir terlepas. "Apa yang telah terjadi padanya? Kenapa lukanya banyak sekali...." Suara Vanda yang seperti berbicara dengan dirinya sendiri.
"Hemmmm...." tiba-tiba Dewa membuka matanya. Dia melihat Vanda yang duduk ditopang lututnya berada disampingnya, Dewa kemudian melihat kelengannya dia sadar jaketnya sudah dilepas.
"Jangan menghubungi siapapun, kalau kamu punya obat tolong obati saja"....suara Dewa seperti memelas karena tubuhnya sangat lemas sekarang.
....Vanda hanya menganguk...."kamu tidur dulu saya pergi mengambil obat dulu dirumah saya" sahut Vanda.
Dewa tidak menjawabnya dia kembali menutup matanya. melihat itu Vanda segera bergegas keluar dari kamar Dewa. Vanda berlari-lari kecil kerumahnya. Dia mencari obat yang tersedia dirumahnya tapi itu tidak cukup, dia mulai panik saat dia mengambil ponsel dari sakunya untuk menelepon dia teringat lagi dengan pesan Dewa tadi untuk tidak memberitahu siapapun.
Sebagai seorang Dokter dia memahami situasi ini apalagi dia sedikit mengerti dengan profesi Dewa.
Akhirnya dia keluar dari kamarnya sambil menyambar tas yang ada diatas meja kamarnya. Dia berjalan agak cepat untuk keluar dari kompleks perumahan itu, sesampainya dipos satpam dia melihat pak Dave sedang duduk diluar posnya. Akhirnya muncul ide di benaknya.
Dia berjalan mendekati pos satpam itu...."selamat malam pak....maaf pak ini....saya mau minta bantuannya pak..."sapa Vanda sambil
mengutarakan maksudnya.
...Ia non apa yang bisa saya bantu....? Kata pak Dave. "Ini pak...." Vanda meminta bantuan pak Dave untuk megantarnya ke apotek, tapi pak Dave tidak bisa mengantar karena yang jaga malam ini hanya dia sendiri dia tidak bisa meninggalkan tugasnya, pak Dave menyarankan Vanda untuk menggunakan motor matic miliknya saja karena dia tidak bisa mengantarnya.
Akhirnya vanda menerima ide pak Dave "Baik pak saya pinjam dulu sebentar ya pak...."...
..." Ia non hati-hatu jangan ngebut non...." Pesan pak Dave.
Vanda segera menaiki motor matic itu memacunya menuju dijalan raya yang mulai lenggang karena sudah hampir jam sepuluh malam. Vanda kemudian berhenti disebuah apotek yang buka dua puluh empat jam. Dia membeli infus, jarum suntik, obat bius, pereda nyeri dan obat anti septik serta berapa jenis obat lainnya untuk mengobati Dewa. Setelah semuanya sudah dibungkus dia membayar obag yang dibelinya. Setalah itu dia langsung pulang, dalam perjalanan pulang dia melihat sebuah kedai makanan, dia berhenti lalu memesan tiga kotak makanan. Lalu kemudian dia melanjutkan perjalannan kerumahnya.
Tidak lama kemudian motor yang dikendarai Vanda memasuki gerbang perumahan disana sudah ada pak Dave yang sedang duduk sambil memegang segelas kopi ditangannya.
Vanda memberhentikan motor lalu turun dari motor...."pak terimakasih sudah mengizinkan saya memakai motornya tadi, ini ada makanan pak..." Vanda menyerahkan sekotak makanan yang dibelinya tadi kepada pak Dave. "Aduh Non Vanda kenapa repot-repot begini, saya sudah makan tadi" tolak pak Dave dengan halus. "Tidak apa-apa pak tadi kebetulan saya juga beli makanan jadi sekalian saya bungkusin buat bapak satu" dia menyerahkan kotak makanan tersebut kepada pak Dave yang dengan enggan menerimanya. "Sekali lagi terimakasih ya pak, saya masuk dulu...."vanda balik kanan menuju rumahnya dengan tergesa-gesa.
Pak Dave yang mau mengatakan sesuatu hanya melongo melihat kepergian Vanda yang tampak buru-buru itu, dia hanya menggeleng sambil tersenyum melihat tingkah Vanda.
....
Sementara itu Vanda kembali kerumahnya dia meletakan tas dikamarnya, lalu mengambil alat tensi dan termometer dari kotak perlengkapannya.
Dia lalu keluar dari rumahnya menuju rumah Dewa. Dia melihat jam sudah hampir setengah sebelas malam, dia tersadar ternyata dia cukup lama meninggalkan Dewa tadi. Dia masuk kerumah Dewa langsung menuju kamarnya.
Setelah itu dia mulai memasang infus dan termometer diketiak Dewa.
Dia lalu mengambil kembali termometernya dia lihat suhu panas dibadan Dewa mulai turun, dia mulai menyuntikan Dewa setalahnya dia membuka perban dibahu Dewa, membersihkan luka itu kemudian dia mejahit luka yang tampak masih berdarah tersebut.
Proses pengobatan yang dilakukan Vanda hampir satu jam baru selesai.
Kelar mengobati Dewa dia merapikan kembali selimut dan mengembalikan obat-obat kedalam tempatnya. Membuang semua kapan dan kain kasa yang dia gunakan ketempat sampah.
Dirasa semuanya sudah beres Vanda melihat ada Sofa dikamar tersebut, dia kemudian duduk disana. Dia memperhatikan sekeliling kamar yang tampak rapi, didalam kamar itu ada sebuah Tv LED yang berukuran besar tegantung didinding tengah kamar itu. Ada gambar pemandangan juga, kamarnya sangat rapi dan bersih gumannany dalam hati. Tidak lama kemudian Vanda merasakan matanya berat karena kantuk yang menyerangnya. Vanda sudah tidak sadar lagi akhirnya dia tertidur disofa.
.....
Waktu sudah menunjukan pukul tiga pagi, Dewa yang tersadar dari tidurnya karena merasa bahunya yang perih akhirnya terbangun. Dia juga merasa perutnya sangat lapar, lalu Dewa tersadar setelah menoleh kearah sofa. "Ternyata dia masih disini" guman Dewa. Dia melihat Vanda yang tidur disofa tanpa selimut, dengan sangat hati-hati akhirnya dewa bangun mengambil bantal dan selimut. Dia mendekati Vanda yang tertidur sambil memegang infus ditangan kanan dan selimut serta bantal ditangan kiri. Dewa meletakan bantal dikepalanya lalu menyelimuti tubuh Vanda.
Mungkin karena gerakan Dewa tadi membuat Vanda terjaga dari tidurnya. Dia melihat Dewa yang berjalan kearah pintu keluar kamar..."kamu mau kemana?" Tanya Vanda yang mengejutkan Dewa yang hendak memegang handle pintu kamarnya. "Eh....kamu....maaf menganggu tidurmu...em itu saya lapar....." Kata Dewa tersipu malu. "Sudah....kembali kesini, jangan banyak gerak dulu..." Sergah Vanda. Dengan patuh akhirnya Dewa kembali ketempat tidurnya.
"Tadi saya beli makanan tapi mungkin sudah dingin, saya panaskan dulu didapur...kamu tunggu disini saja..."kata Vanda. Dewa hanya mengangguk saja....
Vandapun keluar dari kamar Dewa menuju dapur...terdengar suara microwave yang dibuka dari dapur.
*****
(BERSAMBUNG)
Ayo guys berikan komentar kalian tentang Novel ini