Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah pohon
Beberapa menit telah berlalu. Tetapi Kirana masih setia berada di atas gendongan Candra. Gadis itu benar-benar ketakutan saat tadi anak kambing itu mengejarnya.
"Anak kambingnya sudah pergi, Kirana," ucap Candra yang membuat Kirana menoleh ke belakang. Dan benar saja, anak kambing itu sudah pergi, kembali ke pada induknya.
Kirana pun menghebuskan nafasnya secara lega dan segera turun dari atas gendongan Candra. "Hufftt ... Syukurlah anak kambing itu sudah pergi. Aku takut sekali."
"Apa yang harus ditakutkan dengan anak kambing itu? Tubuhmu jauh lebih besar darinya, dia tidak mungkin bisa menyakitimu," ujar Candra sembari terkekeh yang membuat Kirana langsung mencurutkan bibirnya ke depan.
"Tapi serem tau waktu dia ngejar aku!" sungut Kirana yang membuat Candra semakin terkekeh.
___________________________________________________
Setelah selesai melihat-lihat peternakan. Candra dan Kirana pun hendak pulang. Namun, sungguh disayangkan, dalam perjalanan mereka terjebak hujan. Curah hujan yang sangat deras serta angin yang cukup kencang tak memungkinkan Candra dan Kirana melanjutkan perjalanan mereka.
"Hujan, Candra!" pekik Kirana.
"Ikut aku!" Candra segera menarik Kirana untuk pergi ke suatu tempat. Kirana pun hanya bisa pasrah ditarik oleh pria itu. Entah ke mana Candra akan membawanya.
Candra dan Kirana berjalan memasuki hutan. Dan tak lama kemudian, Kirana dapat melihat sebuah rumah pohon tepat terbangun di hadapannya.
"Ini rumah siapa, Candra?!" tanya Kirana.
Candra tidak punya waktu untuk menjawab, karena semakin lama hujan semakin turun. Candra pum kembali menarik tangan Kirana untuk segera naik ke atas rumah pohon itu.
Di dalam rumah pohon.
"Wah ...." Mulut Kirana menganga kagum ketika melihat isi di dalam rumah pohon itu yang bernuansa sederhana tetapi sangat indah.
Candra berjalan ke arah lemari lalu membukanya. Kemudian ia mengambil beberapa handuk dan sebuah pakaian di dalam sana, lalu memberikannya pada Kirana.
"Keringkan tubuhmu lalu ganti pakaianmu dengan pakaian ini, Kirana," ujar Candra.
"Pakaian siapa ini?" tanya Kirana dengan kening yang mengkerut.
"Itu pakaianku. Pakai saja, dari pada kau kedinginan," jawab Candra.
"Jadi rumah pohon ini milikmu?" tanya Kirana dengan ekspresi wajah terkejut.
Candra pun menganggukan kepalanya tanpa ragu. "Aku membuat rumah pohon ini, karena aku selalu terjebak hujan ketika ingin pulang ke rumah."
"Ohh ... Begitu yah. Terus di mana aku harus mengganti pakaianku ini?" tanya Kirana sembari celingak-celinguk mencari tempat yang aman untuk berganti pakaian. Karena tidak mungkin jika dirinya berganti pakaian di hadapan Candra kan?
Candra melangkah ke sebuah pintu, lalu membukanya. Dan ternyata pintu itu tertuju pada sebuah ruangan kamar mandi yang ukurannya sangat mini. "Masuk lah!"
Tanpa ragu Kirana segera masuk ke dalam kamar mandi itu dan menutup pintunya. Sedangkan Candra berjalan ke arah perapian kayu, lalu mulai menyalahkan perapian kayu tersebut menggunakan korek api, gunanya untuk menghangatkan ruangan itu yang terasa sangat dingin.
Beberapa menit kemudian. Kirana keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan baju besar milik Candra. Tubuh Kirana yang mungil itu membuat baju besar milik Candra mampu menutupi sebagian tubuhnya, sehingga Kirana tidak perlu memakai celana lagi.
Seketika saja Candra terdiam melihat penampilan Kirana yang terlihat cukup sexy menurutnya. Bagaimana tidak? Lutut hingga mata kaki Kirana terlihat jelas oleh Candra, yang membuat Candra sedikit tergoda dengan betis kaki putih nan mulus milik gadis kota itu.
'Glup ... Tahan, Candra. Tahan.'
"Aku sudah selesai."
Tanpa berkata apapun, Candra segera masuk ke dalam kamar mandi tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kirana. Kirana yang menyadari itu pun merasa heran.
"Kenapa dia tiba-tiba mengabaikanku?" gumam Kirana yang terlihat mengerutkan keningnya.
Sementara itu.
Di dalam kamar mandi. Candra segera menurunkan celananya. Pria itu langsung mengumpat ketika melihat ular pitonnya kini telah terbangun dengan sangat gagah dan perkasa.
"Bagaimana mungkin? Aku hanya melihat betisnya tapi gairahku sudah naik seperti ini!" umpatnya.
Dengan sangat terpaksa Candra harus menenangkan ular pitonnya itu menggunakan lima jarinya sendiri. Penampilan Kirana tadi benar-benar berhasil membuat Candra kepanasan.
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.