Serpihan Luka Rosana

Aurel menatap rumah yang sangat jauh dari keramaian kota, awal nya dia menduga rumah Wiliam ada di tengah tengah kota yang sangat ramai serta bangunan megah bak kerajaan yang sering di lihat lihat di ponsel. sebab uang nya saja bisa di ambil Rosana sebanyak dua M kata dia, sekarang Aurel meragukan nya.

Rosana pasti tidak melakukan itu, sebab selama ini Rosana tidak pernah mengambil barang milik orang lain walau secuil pun. salah Aurel sendiri karena sudah meragukan teman nya, padahal dia kenal Rosana sudah lama, sehingga luar dalam Rosana harus nya dia sudah tau dan percaya saja apa yang Rosana bilang tadi.

"Mari masuk kedalam, ini rumah saya yang sempat di huni oleh Rosana dan Andri." Wiliam keluar dari mobil nya.

"Sekarang apa sedang kosong, Pak?" tanya Aurel yang melihat rumah sangat sepi.

"Hanya ada pembantu saja, kan Rosana sudah kabur serta anak saya sedang kerja." jawab Wiliam.

"Saya tunggu di sini saja kalau begitu, Pak Wiliam ambil saja file nya." Aurel tidak mau masuk kedalam.

"Tidak perlu takut begitu, pembantu saya di dalam semua nya wanita." ajak Wiliam berusaha meyakinkan.

"Tidak apa apa, saya di sini." tolak Aurel lagi yang masih belum ada nyali mau masuk kedalam rumah yang sepi itu.

Wiliam pun tersenyum karena Aurel tetap saja tidak mau masuk kedalam rumah, maka pagar rumah pun di buka oleh para bodyguard nya dan Wiliam masuk mobil lagi. mobil mewah ini masuk kedalam halaman rumah yang amat luas, Aurel menunggu di atas motor nya yang di parkir di luar pagar rumah.

"Rumah nya bagus sekali, seperti di negeri dongeng." gumam Aurel memperhatikan setiap sudut rumah.

Pikiran nya sudah kemana mana karena heran pada Rosana, kenapa bisa sampai kabur membawa uang sebanyak itu. ada apa di dalam rumah ini sehingga dia lari, atau dia lari karena tergiur uang yang sangat banyak.

Buaaaaak.

Aurel tersentak kaget karena kepala belakang nya di pukul oleh seseorang hingga jatuh pingsan, pandangan menjadi sangat gelap. setelah itu Aurel sama sekali tidak ingat apa apa lagi, bahkan tidak merasakan juga ketika tubuh nya di gotong untuk masuk kedalam rumah besar milik nya Wiliam yang berada di tengah hutan.

"Baringkan dia di ranjang itu." titah Wiliam sembari menenggak wine.

"Baik, Tuan." bodyguard merebahkan Aurel dengan hati hati.

"Segera urus kendaraan dia, letakan uang yang banyak di dalam jok motor itu." perintah Wiliam.

"Bagai mana bila di persimpangan jalan saja, di sana ada kumpulan para preman yang bisa di jadikan tersangka, Tuan." ujar Darko orang kepercayaan Wiliam.

Wiliam cuma mengangguk karena selama ini yang menangani masalah masalah begitu selalu Darko, sehingga dia percaya saja mau di buat bagai mana. sebab memang Darko tau yang terbaik, sudah belasan tahun kerja dengan Wiliam sehungga dia tau seluk beluk Tuan nya.

"Kau mulus sekali, tenang saja gadis cantik. kau tak akan cuma ku jadikan gundik, tapi kau akan ku nikahi." bisik Wiliam melepas semua pakaian Aurel.

Tubuh mulus nya gadis ini membuat Wiliam tak bisa berkata kata lagi, apa lagi masih segera dan empuk sehingga jiwa nya langsung membara siap menyantap hidangan yang baru saja dia dapatkan ini.

Cup, Cup.

"Oh wangi mu!" Wiliam benar benar mabuk kepayang di buat nya.

Dari paha hingga keperut Aurel semua nya di ciumi dengan buas, bahkan bibir yang terkatup rapat itu pun tak lepas dari sedotan nya yang sangat ganas, kaki gadis yang masih bersegel sudah di buka lebar dan siap di santap.

...****************...

Lim menghentikan mobil nya karena di depan sana ada segerombolan orang yang berwajah garang ingin menghadang, Vegas tertawa karena dia sudah menduga ini dari siapa. sekitar sepuluh orang yang datang sambil membawa senjata, kalau orang lain pasti akan sangat ketakutan melihat nya.

"Tetap di dalam mobil, Tuan." Lim mengambil senjata nya.

"Aku ingin olah raga juga, mari kita habiskan." Vegas tertawa puas.

"Hati hati, mereka membawa senjata tajam." Lim mengingatkan Tuan nya.

"Kau pikir aku ini selemah apa, Lim?" sewot Vegas tak terima karena Lim seolah memandang dia lemah di sini.

Lima cuma diam saja karena mau melanjutkan bicara pun tidak mungkin, mereka berdua keluar dengan senjata pistol di tangan. sedangkan lawan hanya bersenjatakan benda tajam, tentu saja mereka sudah pasti kalah senjata, yang pasti para preman ini tidak tau yang di hadapi nya bukan lah orang sembarangan di sini.

Dor, Dor.

Dua tumbang karena terkena tembusan peluru nya Vegas dan Lim, yang lain masih bersembunyi menunggu saat yang tepat. sedangkan Vegas sudah merangsak maju, tak suka sekali bila sedang gelut malah sembunyi sembunyi begini, berani menghadang maka harus berani juga menghadapi resiko nya.

"Keluar kau, Bangsat!" teriak Vegas sangat kesal.

Wuusssh.

Hampir saja Vegas kena sambaran parang tajam itu, tapi Vegas memang dengan cepat menghindari dan mencekal tangan tersebut.

Kraaak.

"Aaaarkkh!" preman menjerit karena pergelangan tangan patah, senjata tajam jatuh di aspal.

Dor.

"Aaahhhkk!" paha juga terkena tembakan sehingga dia tak bisa mau melarikan diri, jangan kan mau lari untuk menyelamat kan diri, mau berdiri saja tidak bisa.

"A-aku cuma di suruh, Tuan." preman memohon iba.

Duaaaak.

Tendangan Vegas menghantam kepala nya dan pingsan seketika, tinggal tujuh dan ternyata Lim sudah menghabisi tiga orang juga. sehingga total nya hanya empat, itu pun sudah gemetaran semua karena melihat teman teman bergeletakan di aspal.

KRAAAAAK.

"Eeegkk!" preman ketujuh menyusul karena leher di patah kan oleh Lim.

"Hahahaaa, hanya sebatas ini saja kemampuan preman yang di bayar nya." Lim terbahak bahak.

Dor, Dor.

"Kenapa di tembak semua, langsung mati lah mereka!" kesal Vegas menatap para musuh.

"Itu masih ada satu, main dengan dia saja." Lim menunjuk satu yang tersisa.

"Kemari kau!" Vegas memanggil satu yang badan nya paling besar.

"Ampuni saya, Tuan! saya cuma di suruh saja, tolong ampuni saya." hiba preman ini.

"Jangan kan kau, bahkan Wiliam saja tak akan ku ampuni." seringai Vegas membuat preman terkencing kencing.

"Potong saja kepala nya, lalu kirimkan pada orang yang menyuruh mereka." usul Lim.

"Kau selalu memberikan aku ide bagus!" Vegas langsung setuju.

Preman yang tersisa rasa nya mau pingsan setelah mendengar hal itu, bagai mana bisa kepala mau di potong. yang sudah mati tidak akan merasakan sakit, lalu bagai mana dengan diri nya yang masih sadar dan melek ini, habis lah sudah riwayat nya karena berani mengusik Vegas seperti ini.

Selamat pagi menjelang siang, Cinta ku.