Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Liam tidak tahu sejak kapan Anna berubah menjadi tidak sabaran dan mudah marah. Efek karena mengandung anaknya sungguh membuat sikap Anna berubah besar, ia juga tidak bisa menyalahkan karna bukan keinginan Anna merasakan semua itu. Dan kini Anna masih menatap Liam kesal karena merebut nasi goreng yang sangat ia inginkan.
“Kembalikan, Liam.. Aku lapar!” Anna terus menarik tangan Liam, ia tidak perduli rasa lapar telah membuatnya berubah seolah menjadi monster.
Sungguh Anna sangat lucu bagi Liam seolah seseorang yang sudah lama sekali tidak makan. “Masih sangat panas, An. Kau mau lidahmu terbakar?” Sangat lembut Liam mengatakannya agar Anna tidak salah paham lagi.
Langsung ekspresi wajah Anna yang penuh kekesalan tadi berubah menjadi merasa malu. “Bagaimana lagi, aku sudah sangat lapar. Ini juga terjadi karena kau lama sekali pulang, anakmu juga tidak bisa makan kalau tidak nasi goreng itu.” Anna mengomel jadinya.
“Hem, begitukah? Jadi, aku yang salah atas semua ini?”
“Ya! Masih tanya lagi?” Jawab Anna cepat, ia memaksa Liam untuk duduk di bangku sebelahnya. “Kembalikan, aku sangat lapar..”
“No, biarkan aku menyuapiamu. Aku tidak mau anakku didalam perut sana terbakar karna Ibunya memakan yang masih panas seperti ini.” Tolak Liam dengan penuh kelembutan, ia tidak ingin dibantah lagi.
Anna juga tidak kuasa menolak, rasa lapar di perut lebih besar dari pada apapun. Jadinya Anna hanya bisa duduk diam menantikan suapan nasi goreng dari mantan suaminya. Sambil setiap suapan yang masuk kedalam mulutnya Anna terus memikirkan sebenarnya untuk apa nasib seperti ini terjadi.
Susah payah Anna melupakan Liam bahkan sampai membutuhkan waktu satu tahun. Untuk menjalani kehidupan seperti biasa dan tenang, tapi disaat Anna mendapatkan ketenangan justru malah bertemu kembali dengan Liam. Tercipta sesuatu kesempatan singkat yang malah membuat mereka kembali dekat, Anna tidak mengerti mengapa Tuhan memberi takdir seperti ini padanya.
“Rasanya mirip?” Tanya Liam disaat semua nasi goreng sudah habis Anna makan, memberikan segelas air putih pada wanita cantik tersebut.
“Mirip, kau memasaknya dengan sangat baik. Terimakasih sudah menuruti kemauan kali ini, maaf merepotkan.” Jawab Anna, ia menunduk hormat pada Liam yang masih terus menatapnya intens.
Banyak sekali pertanyaan yang sangat ingin Liam dengar jawabannya dari Anna. Tapi, Liam tahu melontarkan satu pertanyaan saja justru membuat keadaan tenang menjadi kacau.
“Tidurlah, sudah larut malam. Tidak baik bagi ibu hamil tidur terlalu larut malam, kau tahu itukan?”
Anna mengangguk pelan, ia bangkit dari duduknya sambil sesekali melirik Liam yang masih juga menatapnya.
“Hem, ada yang ingin aku katakan padamu.. Ah tidak tidak, lebih ke sebuah permintaan.” Anna kembali duduk, ia dan Liam saling tatap sekarang.
“Permintaan, apa?”
Anna ragu mau mengatakannya, ia terus mengigit bibir bagian bawah memikirkan mau mengatakannya atau tidak. Tapi, Anna sudah tidak tahan terus berada diposisi ini. Apa salahnya mencoba dulu, kalau Liam mengizinkan justru ia senang kalau tidak yasudah Anna akan mencoba menerima semuanya.
“Aku bosan seharian hanya duduk diam saja, Liam. Jadi, izinkan aku bekerja_”
“Bekerja? Tidak boleh, Anna.”
“Dengar dulu..” Spontan tangan Anna memegang kedua tangan Liam diatas meja, tidak sadar jika Liam terkejut akan itu. “Bekerja di Apartemen saja, nanti ada karyawanku yang mengambil sketsa yang dibuat. Sisanya mereka yang akan melakukannya, aku hanya melukis saja.” Jelas Liam sedetail detailnya.
Liam menatap Anna sangat serius, mencari celah kebohongan yang mungkin saja Anna lakukan. Tapi, tidak ada. Malah Liam menemukan tatapan penuh permohonan seolah jika Liam menolak maka Anna akan mati.
“Aku tidak mau kau kelelahan, lalu karna itu anakku dalam bahaya. Ingat, sekarang tidak hanya ada dirimu melainkan ada anakku.” Setelah mengatakan itu Liam bangkit berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring.
Ntah penolakan atau apa Anna belum mengerti tapi berhasil membuatnya kebingungan. Dalam keadaan seperti ini Anna terus mengigit bibir bawahnya terkadang mengigit kuku tangannya sendiri. Merasa mendapatkan alasan yang sangat kuat Anna langsung bangkit menghampiri Liam yang sibuk mencuci piring.
“Tidak, aku tidak akan kelelahan. Hanya menggambar sketsa saja, ayolah.. Ini hobiku, Liam dan juga mata keuanganku.” Anna terus merayu, disaat Liam mematikan kran wastafel barulah Anna sedikit menjauh dari pria itu.
Cara Liam melepaskan sarung tangan sehabis mencuci piring membuat jantung Anna berdebar kencang. Bisa saja pria itu marah besar karena terus memaksa dan merengek atau justru sebaliknya.
“Sudah aku katakan bukan, kau tidak perlu bekerja atau memikirkan keuanganmu. Aku akan membayar lebih atas semua ini, jadi tidak perlu khawatir apapun.” Liam tetap berdiri tegak kepada keputusan awal.
Anna tahu sangat sulit merayu Liam, dengan cara apapun tidak akan mudah. Tapi, Anna adalah tipe manusia yang tidak mudah menyerah. Apapun akan ia lakukan asal mendapatkan hasil yang sangat ia inginkan, Anna berjuang sekali lagi dengan cara memakai nama sang bayi.
Disaat Liam berjalan menuju ruang tengah mematikan televisi yang terus menyala maka pada saat itu Anna terus mengikuti. Tiba-tiba saja langkah Liam terhenti dan langsung berbalik badan hingga membuat Anna terkejut. Hampir saja terjatuh untung saja Liam menarik tangan Anna hingga tubuhnya jatuh bertabrakan pada dada bidang Liam.
“Aaaaaaaa!” Anna sedikit menjerit, ia hampir saja terjatuh karena kecerobohannya.
Kedua mata indah Anna terpejam, ia merasa posisi yang sangat dekat dengan Liam. Memberanikan diri membuka mata, sungguh terkejut karena ternyata berada didalam pelukan Liam.
“Hati-hati, Anna. Kau hampir saja terjatuh tadi, apa kau mau membahayakan bayiku?” Tanya Liam penuh kemarahan, bahkan memberikan tatapan mata yang sangat tajam pada Anna yang masih terkejut.
“Kau tiba-tiba berbalik badan, jadi aku terkejut..” Alasan yang cukup jujur tapi tidak akan membuat Liam percaya, terbukti pria itu langsung melepaskan Anna untuk menjauh darinya.
“Tidak ada alasan apapun yang bisa aku terima agar kau bekerja, An. Teruslah berjuang buktikan jika kau memang mampu untuk melakukan sekaligus, baru aku bisa setuju.” Ucap Liam penuh ketegasan, ia berjalan menaiki tangga meninggalkan Anna yang masih terdiam dengan semuanya.
Merasa tidak diberi kesempatan sedikitpun membuat Anna kesal, Diam-diam ia terus memaki dan bahkan seolah-olah melempar Liam dengan bantal sofa.
“Dasar egois!”
“Aku tahu apa yang kau lakukan, An. Cepat naik, jika dalam lima menit kau tidak menyusu… Aku yang akan menggendong mu nanti!” Ucap Liam dari kejauhan sana yang masih didengar jelas oleh Anna.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...