Kumpulan Kisah horor komedi, kisah nyata yang aku alami sendiri dan dari beberapa narasumber orang-orang terdekatku, semuanya aku rangkum dalam sebuah novel.
selamat membaca. Kritik dan saran silahkan tuliskan di kolom komentar. 😘😘😘😘😘😘
Lawor di mulai!!! 😈😈😈😈😈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Suster Ngesot
Namaku Joni bukan Andrea, itu merek pasion rambut dari mamarika. Joni Kartolo, nama lengkap ku. Hidup di Desa Mulyorejo, berperan sebagai murid SD kelas lima yang tiga tahun tidak naik kelas. Gapapa kan ga naek kelas, namanya juga usaha, walaupun usaha kadang mengkhianati hasil. Kalaupun nanti ga naek kelas, dipastikan aku bakalan di suruh langsung kerja oleh bapakku.
Ngomongin bapak. Bapakku pernah bercerita sebuah cerita. Cerita yang sangat membagongkan, dimana aku baru saja di lahiran di salah satu rumah sakit peninggalan Belanda yang ada di Desa Pujon kabupaten Batu, Malang Jawa Timur.
Awalnya begini.
"Gimana Bu Bid? Bisakah istri ku lahiran di rumah kah?" Tanya bapakku yang bernama Buari, kepada bidan Desa.
"Tapi, Bu Sri, dia takut sakit. Kayaknya tidak bisa deh Pak Ri." Jawab Bu bidang yang bernama Narmi. "Sebaiknya, segera bawa Bu Sri segera di bawa ke RS. Wikarta Mandala. Disana inshaallah bakalan mendapatkan penanganan yang tepat."
"Baiklah, kalau begitu aku tak langsung cari carteran becak." Kata Bapakku.
"Iya Pak, lebih cepat lebih baik."
Nex
Singkat cerita, ibukku sudah berada di ruang bersalin. Sedangkan bapakku, dia berada di sampingnya sambil memegangi tangan ibukku. Hampir tiga jam ibukku berjuang untuk mengeluarkan aku dari alam rahim ke alam dunia.
Awalnya, ibukku baik-baik saja setelah melahirkan aku. Tapi, beberapa saat kemudian dia mengalami pendarahan hebat di area sensitifnya, sehingga membuat bapakku kalang kabut. "Suster, gimana ini?" Tanya bapakku sambil menunjuk-nunjuk ke arah selakangan ibukku yang dari sana mengalir darah segar.
"Astaga!" Dia langsung berlari entah kemana, namun lima menit kemudian dia sudah kembali dengan membawa dua teman dan satu troli penuh peralatan medis. "Pak Bu. Bu Sri kehilangan banyak darah. Kalau di biarkan begini, itu bisa membahayakan kesehatan beliau. Anda harus segera ke Bank Darah, untuk menebus darah di sana. Ini catatannya." Suster itu memberi selembar kertas kepada bapakku.
Bank Darah itu sangat jauh dari kabupaten Batu. Ada nya di pusat kota malang, tapi dengan kegigihan tekat bapakku, dia akhirnya berangkat malam itu juga. Butuh enam jam pulang pergi Batu pusat kota. Dan beruntungnya, ibukku bisa bertahan selama itu..
Nex
Ini adalah malam kedua ibukku nginap di rumah sakit. Kali ini, bapakku bisa menemani ibukku.
Lah, mulai dari sinilah, teror, dan kejadian tidak masuk akal dimulai.
Pada jam-jam tertentu, ada suster yang memeriksa keadaan ibukku. Jam itu sangat tidak wajar, jam setengah dua belas malam, dan jam tiga dini hari.
Bapakku yang awam soal begituan, dia hanya bisa memperhatikan setiap gerakkan sang suster. Menurut cerita bapakku, Suster itu selalu membuang muka ketika di lihat. Dan hanya mengguman saja ketika di tanya. Tapi, dia tidak menunjukkan hal-hal aneh selama memeriksa keadaan ibukku.
Nex
Hari pertama bapakku ikut menginap di sana telah berlalu, pagi-pagi, bapakku harus kerja membanting tulang. Dan bisa kembali ke RS. Wikarta Mandala ketika hari sudah hampir Isya, saat itulah dia....
Cerita Buari
"Duh, lampu gasnya kok malah bikin suram ya?" Aku berguman sambil memperhatikan sekeliling. "Di jakarta sudah ada listrik, di Surabaya juga. Kota malang kapan?"
Ada beberapa koridor di area dalam RS. Wikarta Mandala ini, dan lorong-lorong nya terhubung satu sama lain. Tapi, suasana malam hari ini berbeda dengan malam sebelumnya. Suasananya lebih mencekam dan hawanya lebih dingin. Ketika aku memasuki lorong yang menuju kamar istriku, aku mencium bau obat yang kuat. Saat aku memperhatikan sekeliling, ternyata ada suster sedang duduk di lantai sambil merapikan obat-obatan. Sepertinya dia dia menjatuhkan kotak obat dan membereskannya.
Aku tidak menghiraukannya, dan terus berjalan menuju ke kamar istriku. Karena dia sudah menungguku, dan aku yakin dia sedang membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Terlebih di suasana malam yang mencekam ini.
Dua menit aku menyusuri lorong, aku menemukan ada suster yang lain sedang duduk di lantai. Dia melakukan hal yang sama dengan suster yang tadi.
Ada apa sih dengan mereka? Kok bisa-bisanya mereka melakukan kecerobohan yang sama.
Bodoh ah. Istriku jauh lebih penting untuk di pikirkan.
Dua menit kemudian aku menyadari sesuatu....
Kamar istriku belum juga terlihat!!! Woy, ada apa ini?
Tapi, aku masih terus berjalan walaupun pikiranku di penuhi dengan segudang pertanyaan. Di ujung lorong sana, aku melihat ada suster lagi yang melakukan hal yang sama dengan kedua suster yang aku lihat tadi.
Kali ini, aku memberanikan diri dan mencoba untuk bertanya. "Sedang apa sus?" Tanyaku. "Dua suster yang ada di belakang juga melakukan hal yang sama. Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan?"
Suster itu tidak menjawab. Tapi, dari reaksinya yang berhenti memunguti obat-obatan yang berserakan, aku tahu kalau dia mendengar apa yang aku katakan.
"Suster?" Aku kembali bertanya. "Ada yang bisa aku bantu?"
Suster itu menoleh, tapi....
Matanya tidak ada!!!
"Gyaaaa!!!!" Aku berteriak dan berlari kencang menerobos kegelapan malam di lorong RS. Wikarta Mandala. Tapi, walaupun sudah membuat keributan dan berlarian di lorong itu, aku tidak mendapatkan teguran dari satpam, penjaga, Dokter, ataupun suster.
Lalu, di pintu yang aku yakin adalah pintu menuju kamar istriku. "Kenapa lari-lari Mas?" Tanya seseorang dari kegelapan ruangan yang aku masuki. Ruangan itu tidak memiliki penerangan sama sekali. Meskipun ruangan itu ada jendelanya, tapi entah kenapa dari sana tidak ada sedikitpun cahaya yang masuk. Biasanya, di mana saja, walaupun saat malam dan ruangan tidak ada lampu penerangan, ruangan itu masih terasa terang karena ada cahaya yang masuk melalui jendela. Ruangan ini tidak seperti itu.
"Aa.. Anu... Ada suster aneh di depan." Jawabku sambil mencari sumber suara yang mengajakku berbicara.
"Aku disini mas." Suara itu terdengar dari bawah salah satu ranjang yang ada di ruangan itu. "Disini. Kesini lah." Aku menurutinya. Ternyata, dia sedang duduk ngesot di bawah, secara perlahan dia menoleh ke arahku. Saat kami sudah berhadapan dengan sempurna. Dia... "Suster nya itu aku mas."
"Kyaaa...eh.. Gyaaaaa!!!!!" Aku berteriak lagi dan berbalik, berlari menuju pintu masuk tadi. Tapi.... "Lontong!!! Tolol.. Eh... Tolong!!!! Ada hantu!!!! Aku takut!!!" Pintu itu terkunci rapat. Tidak bisa di gerakkan sama sekali.
"Mas... Kenapa teriak?" Tanya suster duduk ngesot itu. "Katanya mau bantu beresin obat-obatan yang tercecer ini."
"Tiiiddaakkkk!!!! Tolong!!!! Tolong aku!!!!" Aku semakin histeris ketika suster itu ngesot ke arah ku. "Ada hantu!!! Hantunya ngesot!!!!" Hantu, eh. Setan itu sudah berada di bawah kakiku. Menarik-narik celanaku. Dan aku semakin histeria. Aku merasakan ada cairan hangat mengalir dengan deras dari arah belut ku.
"Mas... Tolong donk. Obatnya berserakan. Aku ga bisa lihat, katanya kamu mau nolongin aku." Dia memanfaatkan cengkraman tangannya yang ada di celanaku supaya dia bisa berdiri. Lalu saat wajahnya sudah saling berhadapan dengan wajahku. Aku tanpa sadar mendorongnya hingga dia terjengkang ke belakang.
Aku berbalik, dan mencoba membuka pintu tadi. Terbuka!!! Aku bebas!!! Dan di luar aku di sambut oleh seorang suster lagi. Bukan suster Ngesot tadi, tapi suster yang lain.