Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerai
Setelah mendapatkan restu dari Zulaikha, Agustine merasa di atas angin. Ia melihat Wilda datang ke restoran itu, menghampiri Nurjannah yang masih terlihat marah dan kesal. Wilda dengan lembut membujuk ibunya untuk pulang, mengajaknya menjauhi keributan yang terjadi.
Namun, kehadiran Wilda justru memicu amarah Agustine. Ia melihat ini sebagai kesempatan emas untuk melampiaskan dendamnya pada wanita yang telah merebut Arya darinya. Dengan langkah angkuh, Agustine menghampiri Wilda dan Nurjannah.
"Lihatlah, siapa yang datang? Si miskin yang sok kaya ini ternyata masih berani muncul di hadapan kita," kata Agustine dengan nada sinis.
Wilda dan Nurjannah terkejut mendengar perkataan Agustine. Mereka tidak menyangka wanita itu akan berani menghina mereka di depan umum.
"Agustine, apa maksud kamu?" tanya Wilda dengan suara bergetar.
"Maksud saya? Tentu saja saya ingin menunjukkan siapa kalian sebenarnya. Kalian itu hanya orang miskin yang tidak pantas berada di tempat mewah seperti ini," jawab Agustine dengan nada merendahkan.
Nurjannah yang tidak terima anaknya dihina, langsung angkat bicara.
"Agustine, jaga bicara kamu! Jangan mentang-mentang kamu sudah mendapatkan restu dari Zulaikha, kamu jadi besar kepala seperti ini," kata Nurjannah dengan nada marah.
"Memang benar apa yang dikatakan Agustine. Kalian itu memang orang miskin. Lihat saja, pakaian kalian saja lusuh seperti itu," sahut Zulaikha dengan nada sinis.
Ia masih dendam pada Nurjannah karena telah mempermalukannya di depan umum tadi.
Wilda dan Nurjannah hanya bisa terdiam mendengar hinaan dari Agustine dan Zulaikha. Mereka merasa sangat malu dan sakit hati.
"Kalian tidak pantas berada di sini. Sebaiknya kalian pergi saja dari sini," usir Agustine dengan nada kasar.
Dengan berat hati, Wilda dan Nurjannah akhirnya pergi dari restoran itu. Mereka tidak ingin memperpanjang masalah dengan Agustine dan Zulaikha.
"Ya Allah, kenapa mereka begitu jahat pada kita?" kata Wilda sambil menangis.
Nurjannah memeluk anaknya dengan erat. Ia berusaha untuk menenangkan Wilda. "Sudah, Nak. Jangan menangis. Kita tidak boleh kalah dengan mereka," kata Nurjannah dengan nada tegar.
"Tapi, Bu, mereka sudah menghina kita," kata Wilda.
"Biarkan saja mereka berkata apa yang mereka mau. Yang penting, kita tidak seperti mereka. Kita harus tetap kuat dan sabar menghadapi semua ini," kata Nurjannah.
Wilda mengangguk pelan. Ia tahu ibunya benar. Ia harus tetap kuat dan sabar menghadapi semua cobaan ini.
"Ayo, Nak. Kita pulang saja," ajak Nurjannah.
Wilda dan Nurjannah kemudian berjalan pulang dengan hati yang sedih dan terluka. Mereka tidak menyangka akan diperlakukan seperti itu oleh Agustine dan Zulaikha.
****
Malam itu, Arya pulang ke rumah dengan perasaan lelah setelah seharian bekerja. Ia tidak menyangka akan mendapati ibunya, Zulaikha, sedang asyik berbincang dengan Agustine. Keduanya tampak akrab dan sesekali tertawa, membuat Arya sedikit heran.
"Ibu, Agustine, ada apa ini?" tanya Arya dengan bingung.
Zulaikha dan Agustine yang menyadari kedatangan Arya, langsung menghentikan obrolan mereka.
Zulaikha kemudian menghampiri Arya dan berkata dengan nada serius, "Arya, Ibu ingin bicara sesuatu yang penting dengan kamu."
Arya mengangguk dan mengikuti ibunya ke ruang keluarga. Agustine juga ikut serta, duduk di sofa sambil tersenyum sinis.
"Arya, Ibu sudah memutuskan. Kamu harus segera menikahi Agustine," kata Zulaikha tanpa basa-basi.
Arya terkejut mendengar perkataan ibunya. Ia tidak menyangka ibunya akan secepat itu mengambil keputusan.
"Tapi, Bu, bagaimana dengan Wilda?" tanya Arya dengan nada khawatir.
"Wilda? Sudahlah, lupakan saja wanita mandul itu. Dia tidak pantas untuk kamu. Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik, yang bisa memberikan kamu keturunan," jawab Zulaikha dengan nada merendahkan.
"Tapi, Bu, Arya masih sangat mencintai Wilda," kata Arya dengan nada memohon.
"Cinta? Cinta itu tidak bisa memberikan kamu anak, Arya. Kamu harus realistis. Agustine yang bisa memberikan kamu keturunan," kata Zulaikha dengan tegas.
Arya terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia sangat mencintai Wilda, namun di sisi lain, ia juga ingin memiliki keturunan.
"Arya, Ibu mohon, jangan kecewakan Ibu. Ibu hanya ingin kamu bahagia," kata Zulaikha dengan nada memelas.
Arya menghela napas panjang. Ia merasa sangat tertekan. Di satu sisi, ia ingin memenuhi keinginan ibunya, namun di sisi lain, ia tidak ingin kehilangan Wilda.
"Baiklah, Bu. Arya akan menikah dengan Agustine," kata Arya dengan berat hati.
Zulaikha tersenyum puas mendengar jawaban Arya. Ia kemudian menoleh ke arah Agustine dan berkata, "Agustine, kamu sudah dengar sendiri, kan? Arya sudah setuju untuk menikah dengan kamu."
Agustine tersenyum sinis. Ia kemudian menghampiri Arya dan berkata, "Terima kasih, Arya. Aku janji akan membuat kamu bahagia."
Arya hanya bisa terdiam. Ia merasa seperti tidak memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Ia merasa seperti boneka yang dikendalikan oleh ibunya dan Agustine.
Malam itu, Arya tidur dengan hati yang hancur. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti tanpa Wilda. Ia sangat mencintai wanita itu, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dengan takdir yang telah digariskan untuknya.
****
Sidang kedua perceraian antara Arya dan Wilda akhirnya digelar. Hanya pengacara Wilda yang datang mewakili Wilda. Ketidakhadiran Wilda tentu saja menimbulkan pertanyaan dan spekulasi dari berbagai pihak. Arya yang hadir di persidangan terlihat bingung dan khawatir. Ia tidak tahu mengapa Wilda tidak datang. Apakah wanita itu masih marah padanya? Atau mungkin ada hal lain yang membuatnya tidak bisa hadir?
"Yang Mulia, klien kami, Wilda, tidak bisa hadir karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan," kata pengacara Wilda kepada hakim.
Hakim mengangguk mengerti. Ia kemudian menanyakan kepada Arya, apakah ia ingin tetap melanjutkan proses perceraian ini atau tidak.
Arya terdiam sejenak. Ia masih ragu dengan keputusannya. Di satu sisi, ia ingin segera menyelesaikan proses perceraian ini, namun di sisi lain, ia masih berharap Wilda akan berubah pikiran dan mau kembali padanya.
"Saya serahkan semuanya kepada pengacara saya, Yang Mulia," jawab Arya akhirnya.
Pengacara Arya kemudian menyampaikan kepada hakim bahwa kliennya ingin tetap melanjutkan proses perceraian. Hakim kemudian memutuskan untuk menunda sidang ini hingga minggu depan. Setelah sidang selesai, Arya menghampiri pengacara Wilda. Ia ingin menanyakan mengapa Wilda tidak hadir.
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa memberitahukan alasan ketidakhadiran Wilda. Itu adalah rahasia klien kami," jawab pengacara Wilda dengan sopan.
Arya menghela napas pasrah. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia hanya bisa menunggu hingga sidang selanjutnya.
****
Setelah melalui persidangan yang panjang dan melelahkan, akhirnya hakim resmi memutuskan Wilda dan Arya bercerai secara negara. Palu hakim diketuk, menandai berakhirnya ikatan pernikahan yang pernah terjalin di antara mereka.
Arya terlihat murung dan lesu. Ia tidak menyangka rumah tangganya akan berakhir seperti ini. Meskipun telah berulang kali disakiti dan dikhianati, jauh di lubuk hatinya, Arya masih menyimpan harapan untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Wilda. Namun, takdir berkata lain. Berbeda dengan Arya, Wilda justru terlihat bahagia. Ia merasa lega dan bebas setelah resmi bercerai dari Arya. Selama ini, ia hidup dalam tekanan dan ketidakpastian. Kini, ia bisa memulai hidup baru yang lebih baik, tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam. Sidang perceraian ini menjadi lembaran baru bagi kehidupan Wilda dan Arya. Keduanya harus menerima kenyataan pahit ini dan belajar untuk menjalani hidup masing-masing. Meskipun berat, mereka harus tetap tegar dan kuat menghadapi cobaan ini.
"Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita berdua," gumam Wilda dalam hati. Ia percaya, di balik setiap kesulitan, pasti ada hikmah yang tersembunyi.