Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.Naya Sedih
Hari ini tidak seperti hari biasanya, melalui lirikan mata, Raya menanyakan kepada Rafael, kenapa Naya terlihat seperti murung dan sedih.
Ketiga orang ini sekarang sedang makan di ruang makan setelah mereka pulang di jemput oleh supir dari kantor Aaron. Naya tampak tidak semangat sama sekali sejak baru keluar dari gerbang sekolah, sampai saat ini di ruang makan.
Gadis kecil itu tampak murung dan menutup mulutnya rapat-rapat. Biasanya Raya akan senang jika tidak mendengar ucapan yang tidak mengenakan dari Naya.
Tapi sekarang ini tampak berbeda, Naya terlihat sedang sedih dan Raya merasa lebih baik mendengar suara Naya yang berisik daripada Naya yang seperti ini.
Sementara Rafael yang sejak tadi di tanya melalui lirikan matanya, hanya mengangkat bahu dan menggelengkan kepala sambil memakan makanan di depannya.
"Naya kenapa? kok mukanya murung?" tanya Raya yang memberanikan diri untuk bertanya.
"Nggak usah sok baik! nggak usah nanya-nanya!" jawab Naya jengkel.
Raya hanya mendengus, mendengar jawaban Naya yang sangat ketus. Sepertinya ia salah karena bertanya pada Naya saat ini.
Beberapa saat kemudian, Naya membanting sendok ke meja makan lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Raya dan Rafael di ruang makan.
"Naya lagi kenapa sih?" tanya Raya yang masih penasaran pada Rafael.
Rafael yang sedang menguyah makanannya, buru-buru minum air, karena mendengar pertanyaan dari Raya. Ia melihat sekeliling, takut Naya masih ada dan mendengarnya.
"Hari Senin depan, di sekolah mau ada acara lomba-lomba," jawab Rafael yang malah membuat Raya jadi semakin penasaran.
"Malah makan lagi! ayo ngomong, Naya kenapa bisa murung begitu!" ucap Raya agak jengkel, karena melihat Rafael malah lanjut makan dan berhenti bercerita.
Rafael tersenyum sambil menunjukan giginya. Ia memang sengaja membuat Raya menjadi lebih penasaran.
"Iya deh, iya," ucap Rafael menaruh sendok dan garpu.
"Tadi kata ibu guru di sekolah, nanti kita disuruh datang sama orang tua masing-masing, katanya mau ada lomba-lomba gitu. Nah, Naya maunya papa datang ke sekolah kita, tapi Naya juga tau papa nggak akan mau datang, papa sibuk terus di kantornya, jadi nggak pernah ke acara yang ada di sekolah kita, biasanya kita datang sama nenek kalo ada acara-acara atau rapat di sekolah," ucap Rafael menjelaskan panjang lebar.
Setelah mendengar penjelasan Rafael, Raya mengangguk, ia baru paham sekarang kenapa Naya kelihatan murung sejak tadi. Ternyata Naya ingin Aaron ikut ke sekolah mereka saat acara lomba itu, tetapi ia berpikir papanya nggak mungkin mau ikut.
"Gimana, kalau Raya bisa bujuk papa kalian ke acara sekolah kalian nanti, Naya mau kan jadi temannya Raya!" ucap Raya pada Naya di depan kamarnya.
Saat ini Raya datang ke kamar Naya dan Rafael untuk membuat Naya tidak murung dan sedih lagi.
Dan tanpa diduga, Naya yang biasanya selalu mengusir dan mengucapkan kata-kata pedas, mau mendengar Raya yang datang ke kamarnya.
"Udah Naya bilang, papa nggak akan mau datang!" ucap Naya, ia sama sekali tidak percaya kesepakatan yang di ucap oleh Raya akan berhasil.
"Tapi Naya, kata kak Raya, kita harus coba tanya dulu baru bisa tau papa mau ikut apa nggak," ucap Rafael meyakinkan Naya.
Suasana hati Naya semakin buruk karena Rafael yang membela Raya, tapi ia akhirnya juga merasa apa yang dikatakan Rafael benar.
"Kalau tetap nggak bisa gimana?" ucap Naya akhirnya terbujuk juga.
"Naya boleh minta di masakin apa aja ke Raya!" jawab Raya dengan senyuman.
Naya akhirnya menerima jabat tangan Raya, dengan pemikiran masing-masing yang berbeda.
Raya merasa punya keharusan untuk mengembalikan Naya yang ceria dan membuat Rafael senang, karena ia yakin Rafael pasti juga ingin papanya yang datang ke acara sekolah mereka bukan neneknya.
Raya merasa, ini adalah kesempatan yang bagus untuknya dan Naya agar bisa berteman dan bisa akrab dengan Naya, agar mereka bisa menjadi seperti keluarga yang normal. Ia hanya harus membujuk Aaron agar mau menemani Naya dan Rafael ikut ke sekolah mereka.
Dengan itu, Raya mempunyai tekad untuk membujuk Aaron bagaimanapun caranya.
Aaron harus mau datang, karena ini bukan hanya untuk kebahagiaan Naya dan Rafael, tapi juga untuk kebahagian keluarga ini.
Raya pun mulai memikirkan, apa yang harus ia lakukan untuk membujuk Aaron agar mau menemani Naya dan Rafael ke acara sekolah mereka berdua.