Aku Masih Perawan

Tanpa rasa ragu dan malu, Rahma menyambar ceri Vino yang merah. Rahma menautkan ceri miliknya kepada Vino. Vino yang sedari tadi tercengang dengan apa yang Rahma lakukan kepadanya, akhirnya ia mulai mengikuti permainan yang Rahma ciptakan.

"Aku akan melakukannya malam ini, bila ini mau kamu Nia!" Lirih Vino dalam hati.

Vino memainkan ceri merah yang sudah di umat oleh Rahma, walau ini kali pertama bagi Rahma tapi ia berusaha untuk bisa melakukannya demi ingin mengetahui jati diri Vino sebenarnya. Vino mundur selangkah demi selangkah demi untuk bisa membawa Rahma di atas kasur. Ia berusaha menuruti apa kemauan sang istri saat ini, walau dalam hatinya sangat bertentangan.

"Aku akan melihat kebenaran kamu kak Vino." Ucap Rahma dengan penuh amarah yang memuncah dalam dirinya tatkala kini tubuhnya berada di atas tubuh Vino yang sudah membawanya ke atas kasur.

Malam menunjukan pukul dua dini hari, suasana semakin dingin tapi tida dengan mereka berdua, Rahma membuat kegilaan pada dirinya sendiri walau sebenarnya hatinya terluka dengan kenyataan yang harus ia hadapi. Sedangkan Vino sedang mengendalikan dirinya untuk bisa terlihat sempurna di mata Rahma, agar tidak ada kecurigaan di hati Rahma, dengan ia meyakinkan Rahma bahwa ia akan membuat Rahma menjadi wanita yang seutuhnya dalam hidupnya.

Rahma membuka kerudung instannya persis di hadapan Vino, yang selama ini bekum pernah melihat kecantikan Rahma tanpa kain penutup kepala yang sering ia gunakan. Satu persatu Rahma melepas apa yang ada di kepalanya lalu ia pun meletakkannya dengan sebarang di ikuti dnegan rompi berbahan satin yang sudah menutupi baju kebangsaan para wanita untuk menggoda kejantanan para suami.

Mata Vino terbelalak, wajah Rahma yang putih kemerah merahan begitu memancarkan kecantikan Rahma dengan rambut panjang di bawah bahu sedikit hitam menyapa pipi Vino, hingga ia menyibak sedikit rambut Rahma yang ada di atas pipinya. Vino menyaksikan setiap gerakan yang Rahma lakukan malam ini, ia tidak menyangka bahwa Rahma akan senekat ini malam ini kepadanya. Yang bisanya Vino selalu menghindar untuk melakukan hubungan suami istri terhadap Rahma, namun malam ini seperti nya ia tidak dapat mengelak ataupun beralasan lagi.

"Kenapa, kaget ya kalau Nia bisa senekat ini?" Ucap Rahma saat telunjuk tangannya menyentuh dahi, hidung, dan kedua bibir Vino dengan begitu lembut dan menggoda.

Mungkin bila laki laki lain dan normal mereka yang akan menggantikan peran utama dalam urusan ranjang, tapi tidak dengan Vino, ia malah tercengang dengan apa yang Rahma lakukan. Vino berusaha menguasai dirinya namun amarah dalam hatinya sudah terbakar ketika ia melihat Rahma sudah melempar rompi yang tadi menutupi bagian dada Rahma hingga kini terekspos lah dua gundukan karena kain baju tidur yang Rahma gunakan begitu transparan.

Vino mencoba bangkit dan akhirnya ia menindih Rahma dengan begitu cepat. Rahma tersenyum semirik saat melihat apa yang Vino lakukan terhadap dirinya.

"Ini kan yang kamu mau dariku? malam ini aku akan melakukannya dan lihat saja Nia, mulutmu akan terbungkam, saat aku sudah mengikuti apa keinginanmu!" Ucap Vino dengan amarah namun pikirannya masih berada di dalam kamar 201. Ia tidak bisa menghilangkan apa yang sudah ia lakukan selama enam bulan pernikahan nya di luar sana, keasikannya dengan seseorang melemahkan keperkasaannya sebagai seorang laki laki.

"Lakukanlah, bila kamu bisa?" Tantang Rahma dengan wajah tak bersahabatnya.

Mungkin kenyataan yang pahit yang membuat Rahma tidak menikmati setiap sentuhan yang Vino lakukan saat ini, ia hanya ingin membuktikan apa yang sudah ia terima selama ini. Ia mengharapkan laki laki yang salah dalam hidupnya, angan angan nya menikah dengan cinta pertamanya yang kebanyakan orang merasa bahagia tapi ternyata tidak dengan dirinya.

Vino sudah menyelusup kan wajahnya ke bahu Rahma mencoba untuk mencumbu Rahma, namun dirinya seperti perang bathin. Hingga akhirnya Rahma membisikan sesuatu di telinga Vino.

"Tunjukkan kejantanan mu, kak Vino Subagyo... tunjukan rasa cintamu malam ini, bila kamu adalah pria normal." Ucap Rahma yang sejak tadi menahan apa yang ingin ia katakan pada laki laki yang kini ada di atas tubuhnya.

Deg

Jantung Vino seakan terhenti saat mendengar apa yang barusan Rahma katakan.

"Apa maksud kamu berkata seperti itu kepadaku, Nia?" Ucap Vino dengan marah dan ia bangkit dari tubuh Rahma.

Rahma tersenyum semirik, melihat kemarahan pada diri Vino yang tak terima dengan apa yang Rahma katakan barusan.

"Aku tahu siapa kamu kak Vino?... kamu menikahi ku hanya sebagai tameng akan jati dirimu sebenarnya... kau penyuka sesama jenis kan? dan mengapa kakak tega menjadikan aku sebagai tameng dari kepribadianmu yang mungkin orangtua dan semua orang tidak mengetahuinya... pantas saja selama enam bulan ini kakak selalu menghindari ku di saat malam hari, dan perjalanan bisnis itu adalah kebohongan belaka, demi untuk memenuhi hasrat dan pengakuan kakak menikah dengan laki laki.. Iya kan_!" Ucan Rahma terhenti saat tangan Vino melayang di pipi Rahma.

Plak... plak

Bukan hanya sekali Vino menampar wajah Rahma tapi sampai dua kali. Hingga membuat Rahma tercengang dengan apa yang Vino lakukan kepadanya. Walau sejak awal Rahma sudah mempertimbangkan hal ini sebelum nya. ia tahu Vino pasti akan marah besar saat Rahma tahu akan kebenaran tentang diri Vino yang ia katakan.

"Marah... silahkan... tampar lagi kalau maj, dan pukul aku sepuas hati kak Vino, karena hati Nia sudah terlanjur sakit dengan semua manipulatif yang kakak berikan selama pernikahan ini, kak... JAHAT... JAHAT kamu kak!" Tangis Rahma pecah, dan ia menangis persis di hadapan Vino dengan tangan yang memegang tangan Vino seraya menuntun tangan Vino untuk memukulinya.

Vino diam tak bergeming, ia sckok saat melihay foto dirinya bersama dimas berserakan di atas lantai.

"Jadi Rahma sudah tau siapa aku? jangan sampai ia membongkar ini kepada mamah dan papah." Lirih Vino saat ini ia melihat Rahma yang sudah tidak karuan.

Vino mencengkram bahu Rahma dengan begitu kuat. Hingga tubuh kecil Rahma hampir saja jatuh bila Vino tidak menahannya.

"Hahahaha... akhirnya kamu tahu siapa aku, hah... kenapa kamu mau bilang ke semua orang siapa aku, atau kamu juga mau mengekspos semua ini ke media sosial biar nama kamu Viral... iya." Vino menahan amarahnya tapi akhirnya semua itu ia lampiaskan dengan membawa Rahma ke atas kasur kembali.

Bruk

Vino menjatuhkan tubuh Rahma ke atas kasur dengan kasar. Rahma yang kaget akan perlakuan Vino membuat dirinya bangun dan bersandar di kepala tempat tidur dengan kaki di teluk serta jari tangan yang ia gigit karena rasa takut saat melihat wajah buas Vino di hadapannya.

Vino menarik kaki kiri Rahma, sehingga Rahma berteriak ketakutan, entah apa yang akan Vino lakukan kepada dirinya saat ini.

"Aku akan membuat kamu tidak melupakan malam ini sampai kapan pun, Nia." Ucap Vino dengan mata penuh amarah dan bara api di dalam hatinya seakan sudah membakar amarahnya menjadi semakin menyala.

Rahma yang ketakutan hanya bisa pasrah dengan apa yang akan Vino lakukan kepadanya. Rahma berusaha untuk menghindari apa yang akan Vino lakukan kepadanya dengan ia mencoba sekuat mungkin melepas cengkraman tangan Vino di kakinya. Namun kekuatan Vino lebih kuat berkali lipat dari Rahma, sehingga Rahma tidak dapat mengindari cengkraman itu. Vino menari kedua kaki Rahma. Saat Rahma sudah dekat ia menarik rambut Rahma dengan begitu kuat.

"Gue peringatkan sama elo, kalau lo coba coba berani mengungkap ini semu ke nyokap dan bokap gue... Gue pastiin hidup elo gak akan tenang. Hah... dan satu lagi, gue gak akan ceraikan elo sampai kapanpun, dan gue pasti in elo akan jadi jadi janda seumur hidup, kalau elo berani bongkar tentang gue kesemua orang terutama orangtua gue... kalau elo mau ikut permainan gue, gue pastiin gue gal akan usik kehidupan elo. Ok... paham loe!" Ucap Vino yang berubah seratus persen menjadi laki laki seperti iblis di mata Rahma.

Rahma hanya menganggukkan kepalanya untuk menyetujui apa yang Vino minta darinya. Saat ini ia menjadi wanita yang tak berdaya, bibirnya yang sudah terasa perih akibat tamparan yang Vino lakukan dikedua pipinya, belum lagi luka memar di kedua pergelangan kakinya akibat cengkraman keras dari tangan kekar Vino.

"Seminggu lagi elo akan terima surat cerai dari gue, kalau elo ikutin apa yang gue katakan sama elo.... jangan pernah usik macan yang sedang tidur Rahmadhania... wanita bego yang dengan mudahnya terperangkap oleh seorang Vino Subagyo. hahahaha." Vino tertawa dengan kemenangan, yang bisa membuat Rahma yang dikenal sedikit tomboy saat sekolah dulu, ternyata tidak bisa berkutik dengan sebuah alasan cinta.

Rahma masih ketakutan saat Vino pergi meninggalkan kamar tersebut. Rahma menekuk kedua kakinya sambil merenungi apa yang sudah terjadi di dalam kisah cinta dan rumah tangganya.

"Mengapa takdir mempermainkan perasaan dan kehidupan ku dengan begitu mudah... aku mencintai laki laki yang salah, haruskah aku seperti ini. Tidak, tidak, tidak Rahma, kamu bukan wanita lemah. Kamu tidak boleh menyerah dengan kehidupan yang harus kamu jalani... di luar sana mungkin masih ada yang lebih dari kamu." Ucap Rahma pada dirinya sendiri.

"Ahhhh... bodoh, bodohnya kamu Rahma." Terima Rahma sambil mencabik cabik selimut dan sepre yang ada di sisinya. "Aku benci kamu kak Vino... aku benci laki laki seperti kamu... aku lelah Yaa Allah, aku sangat lelah dengan semua ini... mengapa, mengapa kak Vino tidak melenyapkan aku saja, agar aku tidak merasakan sakit, sakit ini dal hidupku." Rahma menjatuhkan dirinya di tempat tidur dengan mata yang sembab dan darah menetes di atas tempat tidur dengan sepre warna putih.

Jam menunjukan pukul empat pagi dini hari, mata Rahma belum juga bisa terpejam, saat ia mengingat kembali masa masa sekolah dulu, saat ia baru kali pertama melihat Vino di sekolah. Kenangan kenangan bersama Vino seakan menari di depan matanya, saat dimana Vino mengatakan bahwa ia, pun menyukai Rahma, saat mereka melakukan lamaran dan saat saat mereka di pelaminan. Kebersamaan itu masih hangat Rahma rasakan, tapi kenyataannya saat ini Rahma harus menemui mimpi buruk dalam perjalanan pernikahan.