Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Praduga
Part 34
"Settt. Jangan berteriak, semua aktifitas dan percakapan kita terekam cctv," Malika kembali berbisik seraya meletakkan telunjuk dibibirnya, lalu memindai ruangan.
Spontan Kayesa menutup mulut dengan kedua tangan. Dada Kayesa seketika menyesak, terbayang kembali kejadian tadi malam saat Zafran menggigil kesakitan.
"Apa itu salah satu ciri-cirinya," batin Kayesa, tiba-tiba bulu romanya merinding.
"Kalau itu ciri-cirinya. Kenapa Zafran seperti orang kesakitan." Kayesa jadi tak habis pikir.
"Kamu dapat rumor ini dari mana?" Tanya Kayesa ingin tahu.
"Semua orang kantor tahu. Rumor ini sudah tidak rahasia lagi. Kata orang-orang. Sebelum dapat mangsanya, tuan Zafran akan bersifat baik dan sangat manis. Dan...." Malika tidak meneruskan ucapannya, dia sengaja mengantung omongannya, agar Kayesa penasaran.
"Dan apa!" Tanya Kayesa serius.
Malika menarik nafas panjang, lalu meneruskan ucapannya.
"Dan... Setelah itu dia akan memperlakukan pasangannya dengan sadis. Makanya sampai sekarang dia tak punya istri, karena tidak ada wanita yang mau dengannya," jelas Malika, masih berbisik. Kayesa menahan nafas, saat mendengar penjelasan Malika.
"Apa iya. Zafran sesadis itu?"
"Entahlah. Yang ku dengar dari orang-orang seperti itu," ungkap Malika seraya mengangkat bahunya.
"Tapi Alena sangat menginginkan menjadi istrinya."
"Itu bisa saja sebagian dari permainannya. Dia dan Alena bekarjasama untuk pencitraaan, agar kebusukannya tidak tercium oleh orang lain dan dia bisa mencari mangsa lebih banyak." Malika berspekulasi.
"Oh Tuhan." Kayesa meraup habis wajah dengan kedua tangannya.
"Apa jangan-jangan Zafran juga menderita Pedofilia penyakit gangguan seksual yang memiliki ketertarikan seksual terhadap anak-anak di bawah umur. OMG," gumam Kayesa pelan, tapi ekspresinya sangat kaget, seketika dia terbayang wajah Kiano putranya.
"Kenapa kamu bisa berpendapat seperti itu. Esa?"
"Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba tuan Zafran sangat menyukai Kiano. Anakku," jawab Kayesa berbisik.
"Astagfirullah! Yang benar. Sa?"
"Iya," ujar Kayesa mengangguk.
"Ya Tuhan. Kamu harus hati-hati. Jangan sampai putramu jadi korban."
"Iya. Aku harus segera menjauhkan Kiano dari tuan Zafran." ujar Kayesa.
Percakapan bisik-bisik Kayesa dan Malika cukup alot dan panjang, banyak kemungkinan-kemungkinan yang bergentayangan di benak Kayesa. Salah satunya dia harus membuat jarak antara Kiano dari Zafran.
"Kalau begitu, kamu pikirkan baik-buruknya. Aku tidak ingin kamu dan anakmu tersakiti oleh laki-laki sadis seperti tuan Zafran," ujar Malika lalu ke luar dari ruangan Zafran.
Sepeninggalan Malika, pikiran Kayesa tertuju ke Kiano putranya. Kayesa mengambil ponselnya, lalu menelepon Maeka menanyakan tentang keberadaan Zafran saat menemui Kiano tadi pagi.
"Baik-baik saja. Nya! Tidak ada yang aneh," ujar Maeka dari sambungan telepon.
"Kenapa nya? Apa nyonya mencurigai sesuatu?" Tanya Maeka ingin tahu, karena tak biasanya Kayesa secerewet ini.
"Tidak! Hanya ingin tahu saja," jawab Kayesa.
"Mana Kiano?"
"Kiano. Bunda nyari," terdengar teriakan Maeka dari sambungan telepon.
"Kiano sayang." Kayesa mengganti panggilan biasa dengan video call.
"Bunda! Tadi ayah belikan banyak jajanan." tanpa ditanya dan dipinta. Kiano bercerita tentang kebaikan Zafran.
"Terima kasih nggak tadi sana ayah?" Kiano mengangguk.
"Kiano lagi main apa itu?" Tanya Kayesa saat Kiano memberi wortel pada kelinci.
"Kelinci. Comelkan bunda," ujar Kiano mendekatkan wajah kelinci ke layar ponsel.
Kayesa mengira, kalau Kiano sedang bermain ke rumah tetangga. Menurut cerita Maeka dua rumah dari rumah sewaan Kayesa ada tetangganya yang memelihara kelinci. Maeka sering mengajak Kiano main ke sana, selain Kiano suka bermain dengan kelincinya, ada juga anak tetangganya itu, yang seumuran Kiano.
Kayesa menutup teleponnya setelah sepuluh menit berlalu. Dan berpesan pada Kiano agar kelincinya dijaga dengan baik.
Sejenak Kayesa bermenung, dia memikirkan bagaimana caranya menjauhkan Kiano dari Zafran. Kiano sudah terlanjur dekat dengan Zafran. Tadi saja tanpa diminta, dengan bangga Kiano menceritakan kebaikan Zafran.
"Apa ku tinggalkan saja kota ini," batin Kayesa. Berkali Kayesa mengusap wajahnyan. Hari ini dia kehilangan gairah untuk mekakukan apa pun.
Dreet... Dreet... Dreet, getaran ponsel membuyarkan lamunan Kayesa. Dia menatap layar ponsel yang menyala. Lama ditatapnya, hingga panggilan berakhir. Masuk panggilan kedua.
"Angkat. Tidak." Gumamnya, lalu meraih ponsel, menggeser gagang telepon berwarna hijau, menerima panggilan dari Zafran.
"Sa! Jika kamu masih ngantuk dan lelah. Kamu rehat saja, jika butuh sesuatu telepon saja Ruhi," ujar Zafran lalu memutuskan hubungan teleponnya.
Kayesa menarik nafas panjang, lalu menelan salivanya kasar. Dia tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran Zafran. Yang terkadang sangat manis dan terkadang juga bengis.
"Aku harus keluar dari ruangan ini. Pindah rumah, agar Zafran tidak menemui Kiano lagi," hanya itu yang ada dipikiran Kayesa sekarang, seraya meraih tas tangannya, lalu beranjak menuju pintu.
"Ya Tuhan. Zafran kan sudah merubah parwordnya," gumam Kayesa setelah memasukkan angka-angka pasword lama.
"Apa ku tanya saja dengan Zafran," batin Kayesa, seraya menyandarkan punggungnya ke daun pintu, lalu dia mengusap habis wajahnya.
(Tuan! Aku mau keluar cari makan. Lapar! Tolong paswordnya) kayesa mengirim pesan ke Zafran via whatsapp.
Semenit, lima menit, hingga lima belas menit, pesan yang dikirim Kayesa masih centang dua abu-abu.
"Dia pasti sengaja mengambaikan pesanku," batin Kayesa, sudah berkali-kali mengecek layar ponselnya.
Seperdua puluh menit kemudian. Pesan yang dikirim Kayesa sudah centang biru, itu artinya Zafran sudah membuka dan membaca pesannya. Dari layar aplikasi whatsapp, terlihat di sana Zafran sedang mengetik.
(Tekan saja tombol hijau di samping pintu sebelah kiri) pesan balasan dari Zafran.
"Ah... Ternyata gampang. Sudah tidak pakai pasword lagi, hanya tekan tombol." Kayesa beranjak mencari tombol hijau di sebelah kiri.
Klik... Kayesa menekan tombol warna hijan, dan menatap ke arah pintu, hampir lima menit Kayesa menunggu, tak ada tanda-tanda pintu terbuka.
"Non Esa. Ini menu makan siangnya." Terdengar suara dari tombol hijau yang ditekan Kayesa tadi, kemudian dinding tombol hijau terbuka selebar dua puluh centi meter dan paket menu makan siang muncul.
"Ku kira tombol hijau mengeluarkan pasword, ternyata mengeluarkan menu makan siang."
Setengah malas, Kayesa meraih nampan berisi nasi ramas dan dua botol air mineral. Lalu meletakkannya di meja sofa. Kayesa tidak berselera sama sekali untuk menyantap makan siangnya, yang ada di benaknya sekarang, pulang dan pindah rumah.
Kayesa tidak menyentuh makanan itu, dia malah merebahkan tubuhnya di atas sofa, pikiran kembali pada rumor yang baru didapatnya dari Malika.
"Apa iya Zafran mengidap penyakit sadisme seksual," batin Kayesa, mencari-cari bagian mana kejadian yang menunjukkan, kalau Zafran memiliki ciri mengidap penyakit itu.
Untuk mencari informasi tentang penyakit itu, Kayesa membrowsing di google. Dia mulai membaca wacana tentang penyakit sadisme seksual.
"Sadisme mirip dengan psikopat, sadisme adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang merasa senang dan sangat puas ketika melihat orang lain kesakitan atau menyakiti orang lain. Perilaku sadisme itu merasakan kepuasan ketika dia menyakiti atau melukai orang lain, bahkan menyadari bahwa si korbannya merasakan sakit."
Setelah membaca wacananya. Kayesa menghubungkan prilaku Zafran malam itu. Tidak ada tanda-tanda ke arah itu, yang Kayesa lihat, malah Zafran yang merasa kesakitan.
Perasaan Kayesa menjadi ambigu antara percaya dan tidak dengan rumor yang disampaikan Malika. Memikirkan itu menbuat Kayesa lelah. Kayesa bangkit dari duduknya, sejenak dia melupakan tentang Zafran.
"Mungkin sebaiknya kuselidiki dulu kebenarannya," batin Kayesa, lalu menutup pikirannya tentang Zafran.
Untuk menghilangkan suntuk. Kayesa menggeser layar ponselnya, membuka aplikasi whatsapp. Kembali melakukan video call dengan Maeka. Saat video call terhubung ternyata Kiano sedang makan siang.
"Kiano! Kamu makan siangnya di mana. Nak?" Tanya Kayesa saat melihat ada meja makan dan menu yang serba mewah.
"Kiano lagi di lumah oma maliyan (di rumah oma Maryam) bunda," jawab Kiano seraya mengunyah makanannya.
"Oma Maryam. Siapa itu?" Tanya Kayesa lagi.
Klik... Tiba-tiba pintu terbuka, Zafran masuk. Belum sempat Malika menjawab pertanyaan Kayesa. Kayesa sudah mengakhiri video call.
"Udah dulu ya sayang. Dadah." Kayesa melambaikan tangan ke arah layar ponsel.
"Kenapa belum makan?" Zafran menatap Kayesa intens.
"Aku tak mau makan. Aku mau pulang," ujar Kayesa, lalu meraih tas dan berjalan ke arah pintu.
Tit... Tit... Zafran menekan remote kontrol, pintu tertutup kembali. Kayesa menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Dengan wajah dibuat garang, Kayesa membalikkan tubuhnya menghadap kearah Zafran.
"Apa maksud Tuan, membuat saya begini? Apa Tuan memang senang melihat aku tersakiti dengan perbuatan Tuan?" ujar Kayesa dengan mata tajam menatap ke arah Zafran.
"Aku..."
"Tidak usah memberi penjelasan. Aku sudah tahu semua. Tuan mengidap penyakit Pedofiliakan," ucap Kayesa lanyang.
"Hah!"
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.