NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan dekati Devan!

"Makanannya nggak enak?" tanya Devan yang dari tadi memperhatikan Devi. Devi terlihat tak berselera makan. Dia yang biasanya makan dengan lahap walaupun hanya ada spageti buatan Devan di depannya, kini makan sangat pelan dan terlihat tak berselera.

Berkat pertanyaan Devan, Aira yang tadinya sibuk bermain ponsel langsung memperhatikan Devi dengan wajah sinis.

Membuat Devi makin sulit menelan nasi goreng kambing yang rasanya sangat enak ini.

'Aku bungkus aja kali ya? lanjutin makan di rumah, demi kesejahteraan bersama...' batin Devi.

Tak butuh penjelasan dari Devan, Devi tau jika gadis cantik yang duduk sangat rapat dengan Devan itu pasti pacarnya, atau calon istrinya di masa depan. Orang tua gadis itu juga terlihat akrab dengan keluarga Devan. Fix! mereka berdua pasti korban perjodohan keluarga besar mereka! persis kaya di film-fim itu, sesama orang kaya saling menjodohkan anak mereka.

Tapi untuk ukuran dua makhluk sempurna spek malaikat, mereka berdua benar-benar serasi. Tampan dan cantik dan yang pasti kaya raya.

Devi menundukkan kepala, merasa begitu kecil berada di tengah keluarga besar yang akan saling berbesanan itu.

"Tante ini siapa?!" tanya Aira tiba-tiba sambil menatap tajam ke arah Devi.

Tante?! ni cewek bener-bener ya! mau gue lakban mulutnya!

Devi tersenyum, dia tau jika gadis ini sengaja mengucapkan kata-kata yang membuat Devi berkecil hati, tapi bukan Devi namanya kalau langsung ciut.

"Usiaku baru 19 tahu, kita cuma beda beberapa tahun saja, jadi aku bukan 'tante', ya!" ketus Devi sambil menggigit sendok dengan keras.

"Oh, aku kira umurmu sudah 25 atau seumuran sama Kak Ivan," ucap Aira tanpa rasa bersalah.

"Kalau seumuran sama Kak Ivan, kenapa kamu panggil dia kak, sedang aku tante!" kesal juga Devi lama-lama.

"Ya kan Kak Ivan kakak ipar aku! masa aku panggil dia Om!" balas Aira kesal.

Devi terdiam, mencerna ucapan Aira. Apa tadi dia bilang? Ivan kakak iparnya? berarti Vinvin itu kakaknya? lho, bukannya Vinvin itu kakaknya Devan.

Devi mengernyit bingung, sesekali dia menatap Devan ingin bertanya tapi tak berani.

Eh, tunggu. Mereka bersaudara? berarti gadis ini dan Devan juga saudara dong?

Entah kenapa Devi merasa lega. Eh? kenapa dia merasa lega? kenapa memangnya jika gadis itu saudara ataupun pacar si Devan?!

Ahh! bisa gila aku!

"Anu Dev... aku pulang dulu aja, ya?" bisik Devi.

"Kenapa?" tanya Devan bingung, bahkan nasi gorengnya baru di makan sedikit.

"Katanya tadi laper? makananmu aja belum habis, kan?!"

"A-aku minta di bungkus aja sisanya..." ucap Devi sambil nyengir.

"ck! sana bilang Mama Minta kotak makan atau apa!" kesal Devan.

Devi memaksakan senyum dan beranjak dari duduknya. Dia berjalan menuju meja bar dan mendekati Luci yang tampak sibuk membersihkan meja dengan kain lap.

"Tante, bolehkan saya minta kotak kertas atau plastik untuk membungkus nasi goreng?"

"Kenapa? nggak habis? nggak enak, ya?" tanya Luci, kaget.

"Bukan! enak banget kok, cuma mau Saya lanjutin makan di rumah saja, takut ganggu Devan sama..." Devi tak melanjutkan ucapannya, dia hanya melirik ke arah meja Devan.

"Oh, gitu. Bentar ya, tante ambilkan wadah," Lucia bergegas masuk ke dapur untuk mengambil barang yang di minta Devi.

Sedang Devi menunggu dengan sabar, sambil sesekali melirik ke arah Devan. Dilihatnya Devan mengobrol santai dengan Aira, bahkan Aira terus memegangi lengan Devan yang berada di atas meja.

Mereka berdua terlihat sempurna, pasangan yang sangat sempurna.

Entah kenapa dada Devi terasa sedikit nyeri melihat pemandangan indah itu.

Kenapa? ahh, mungkin ini adalah bentuk rasa kecewa karena idolanya memiliki kekasih. Iya! Devi kaan mengidolakan Devan -sejak beberapa hari yang lalu- bahkan foto Devan terpampang di layar ponselnya.

"Oh! iya, bagaimana kabar ponselku yang rusak, ya?"

"Ini, Dev," Lucia memberikan kotak kertas berwarna coklat pada Devi dan Devi pun tersenyum seraya mengucapkan Terima kasih.

"Oh iya Tante, Saya sekalian pamit pulang, ya."

"Iya, Hati-hati ya."

Devi mengangguk sambil kembali tersenyum, lalu berjalan perlahan menuju meja nya.

"Dev, aku pulang dulu, ya," ucap Devi setelah selesai membungkus nasi goreng kambingnya.

"Sudah mau pulang?" Devan bangun dari duduknya, "Ya udah, ayo aku antar."

Devi menelan salivanya sambil melirik ke arah Aira. Dan seperti yang Devi kira, Aira kembali menatap dirinya dengaan sinis.

"Ah, hahaha... nggak usah Dev, aku bisa pulang sendiri. Kalian lanjutkan lagi saja ngobrolnya."

"Nggak perlu, nggak penting juga! tunggu sebentar, aku pamit ke Mama dulu!" Devan bergegas mendekati Lucia dan meninggalkan Devi dan Aira dalam suasana mencekam.

"Kamu, jangan berani suka sama Devanku!" ancam Aira sambil menatap Devi dengan tajam.

Devi hanya nyengir gugup. Ni anak kenapa sih?! aku suka pun, emangnya Devan bakal membalas perasaanku!

Tiba-tiba dada Devi kembali terasa nyeri.

Ada apa sih! denganku!

"Ayo!" ajak Devan saat sudah kembali ke meja mereka.

"Tapi..." Devi bergeming, dia melirik Devan dan Aira bergantian.

"Ck! ayo cepetan!" Devan langsung menarik tangan Devi dan menyeretnya agar berjalan mengikutinya.

Devi langsung menarik tangannya, malu karena banyak orang memperhatikan dirinya.

"Aku bisa jalan sendiri," ucap Devi.

"Kita ke rumahku dulu," ucap Devan sambil berjalan mendahului Devi.

"Kenapa?"

"Biar aku nggak jadi bohong ke Mama! kan tadi aku bilang mau les setelah ini!" ucap Devan acuh.

Devi mendesah, padahal dia sudah sangat lelah karena seharian ini sudah menemani Devan bermain.

"Nggak bisa besok lagi, ya?" keluh Devi.

"Besok aku ke luar kota setelah pulang sekolah. Ada syuting selama dua hari."

"Oh iya, besok kan jumat, berarti weekend ini kamu di luar kota? senengnya."

"Kamu mau ikut?" tanya Devan sambil menoleh ke arah Devi.

"Eh? ngapain aku ikut?"

"Siapa tau pengen ikut, di sana nanti bisa jalan-jalan," Devan mengambil helmnya dan dengan cepat memakainya lalu naik ke atas motornya.

"Ayo!"

Devi mencibir lalu naik ke motor Devan, kali ini dengan reflek dia melingkarkan tangannya di perut Devan karena teringat kejadian tadi saat Devan menancap gas dan membuatnya hampir terjungkal.

Lama di tunggu, Devan tak juga menjalankan motornya, hingga Devi menepuk pelan perut Devan.

"Ayo?"

"Oh, i-iya," Devan menjalankan motornya perlahan, keluar dari area parkir caffe dan menuju jalanan yang lumayan lengang karena saat ini sudah menjelang magrib.

"Dev, jalanan sepi, kok pelan banget bawa motornya?" tanya Devi.

"Eh? nggak apa-apa, biar aman," ucap Devan.

Devi mencibir, dan akhirnya melepaskan pelukannya di perut Devan. Ya kalau jalannya sepelan ini, Devi nggak merasa perlu memeluk Devan.

Devan mendengus sambil melirik tangan Devi yang sudah tak melingkari perutnya lagi. Lalu dengan tiba-tiba dia langsung menarik gas dengan kencang dan membuat Devi kembali tersentak dan hampir terjatuh.

"Devan!!!!" pekik Devi kesal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!