Sebuah kisah fiktif yang menceritakan tentang keserakahan dan ketidakpuasan manusia terhadap apa yang dimilikinya
harta dan kekuasaan adalah tujuan manusia saling bermusuhan dan juga saling bersaing untuk mendapatkan yang terbaik
namun ada hal yang tak pernah disadari luka dan korban dari keserakahan manusia itu sendiri akan kembali dan membawa petaka kepada keluarga maupun diri sendiri
hanya cinta yang mampu meluluhkan segalanya dan membuat perjalanan hidup menjadi makin berarti
cinta yang hadir perlahan akan membawa kebaikan dalam hidup manusia yang tulus mencintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 21
"ada apa kek?" arsen yang tiba-tiba diminta sang kakek untuk menghadap ke ruangan kakek tamrin
arsen pulang dari kantor langsung mendatangi kakeknya dengan segera, karena pasti ada hal yang penting untuk dibicarakan
"duduk sen" kakek tamrin meminta arsen duduk dikursi depan sang kakek
"maaf menggangumu malam-malam begini" kakek arsen menyodorkan sebuah kertas untuk arsen lihat dan baca isi didalamnya, arsen melakukan perintah kakeknya dan membaca satu-persatu poin yang ada didalam kertas tersebut
"kapan kek?" arsen selesai membaca dan menanyakan pada kakek tamrin
"setelah kamu menikahi joana, dan daren sudah bisa mengelola perusahaan tanpa ayah dan kamu" kakek tamrin menjawab pertanyaan arsen
"bagaimana?"
"hm, atur saja sesuai yang kakek inginkan, tapi saya ingin pernikahan dengan joana untuk satu atau dua tahun kedapan. daren juga masih belum menguasai banyak hal diperusahaan saat ini" arsen meminta agar pernikahan dengan joana ditunda lebih dahulu
"kamu ngga akan ingkar janji bukan?" kakek tamrin meragukan arsen yang sepertinya tak ingin segera meninggalkan perusahaan dan menikah dengan joana " ada rencana lain?" tuduh kakek tamrin pada arsen yang dikhawatirkan menghianatinya kelak
"saya selalu menepati janji saya selama ini kek, tunggu saja sampai daren siap dan saya akan melepaskan apa yang saya genggam saat ini. dan satu hal jangan ingkari janji kakek
dan satu hal kakek jangan menggali lagi bangkai puluhan tahun lalu, saya harap kakek tetap menyimpannya rapat atau baunya akan tercium nanti" arsen membalas tuduhan kakeknya dengan kata yang membuat kakek tamrin terdiam
"jangan mengancam kakekmu, kamu tahu apa akibatnya" kakek tamrin mulai tersulut emosi
"dan jangan ganggu apa yang saya cintai" balas arsen pada kakeknya tanpa rasa takut
"sepertinya semua sudah selesai kan kek, arsen permisi dulu" tak mau lebih lama lagi melihat wajah asli sang kakek yang tak diketahui banyak orang bahkan keluargnya, namun arsen yang paling tau sepak terjang sang kakek dalam mendapatkan kekuaasaan atau hartanya
arsen meninggalkan ruangan kakeknya dan menuju kamarnya, merasa tak tenang lalu arsen menghubungi farel
"rel, apakah semua masih aman?" arsen menghubungi asistennya
"aman pak, tak ada yang tahu sampai saat ini" jawab farel
"bagus, jangan sampai lengah!" ucap arsen lalu memutuskan panggilan telfonnya pada farel, karena badannya yang gerah sepulang kerja arsen membersihkan diri terlebih dulu sambil berendam menghilangkan pikiran yang terus menganganggunya
arsen membuka ponselnya dan entah apa yang dipikirkan karena tiba-tiba ingin saja melakukan hal yang menghibur dirinya
arsen menghubungi widya untuk menanyakan bagaimana kabar anaknya yang dirawat dan bilang akan datang ke rumah sakit saat ini, padahal sudah jam tujuh malam saat ini dan arsen tetap kekeh ingin menjenguk anak widya
dengan pakaian santai namun rapih dan sangat wangi arsen keluar dari rumah dan sebelumnya menyampaikan pada art nya jika arsen tak makan malam dirumah kali ini karena ada pekerjaan dadakan
dengan kecepatan tinggi arsen mengendarai mobil tanpa supir menuju sebuah tempat dan bukan rumah sakit tujuan pertamanya.
"dimana?" tanya arsen menghubungi seseorang "ganti baju dan keluar, lima menit saya tunggu" arsen memutuskan panggilan telfonnya
dan menunggu orang yang dihubunginya keluar menghampirinya
"ada apa pak?" shila masih mengenakan baju tidur santai dengan segera keluar gang kost nya dan menemui arsen yang menghubunginya tiba-tiba
"kenapa ngga ganti baju, buruan ganti bajumu dan ke rumah sakit" ucap arsen yang tak jelas membuat shila bingung
"bapak sakit? kenapa kesini" shila butuh kejelasan dari ucapan bosnya, bukannya kerumah sakit sendiri kenapa harus mengajak shila
"widya minta laporan catatanmu kemarin, dan sekalian jenguk anaknya" jawab arsen agar shila tak membuang waktunya sia-sia
"oh, sebentar saya ambilkan catatannya pak" shila membalikan badan
"bukan catatannya, maksud saya kamu harus ikut juga. buruan ganti baju saya tunggu lima menit sebelum jam jenguk selesai" arsen harus pelan-pelan jika menghadapi shila yang sedikit lemot dan lelet
"saya harus ikut juga pak" bukankah yang dibutuhkan hanya catatannya saja kenapa shila harus ikut juga pikir shila tapi tatapan arsen membuat shila takut, matanya hampir copot dari tempatnya jika shila tak menurutinya
"iya pak, sebentar saya ganti baju dan ambilkan catatannya" shila harus sabar karena tak lama lagi hanya satu tahun lagi kontraknya akan habis dan shila bisa cari pekerjaan baru atau pulang kekampung untuk membuka usaha
"sudah pak" shila bergegas ganti pakaian dengan cepat, hanya mengenakan kaos warna hitam dan rok selulut atas saran anisa tentunya
membuat shila terlihat begitu cantik saat ini
"buruan masuk mobil, mau jalan kaki" arsen membuat shila heran, kadang baik kadang galak apa maunya sebenarnya tak dapat ditebak
beberapa saat tiba dirumah sakit dan sebelumnya mampir ke toko buah untuk membeli parsel untuk anaknya widya, arsen dan shila langsung menuju kamar rawat anak widya karena dijemput di loby rumah sakit
"maaf pak jadi merepotkan" widya tak tahu jika bosnya akan menjenguk anaknya dan tak mempersiapkan apa-apa
"kakak" panggil Celo anak widya setelah melihat shila masuk kamar
"hei adik kecil, kamu hebat banget" shila masuk kamar disambut oleh anak widya yang langsung menyukai shila
melihat anak kecil yang harus melakukan operasi mengingatkan betapa sakitnya shila dulu juga pernah mengalami hal yang sama saat selamat dari kecelakaan mobil orang tuanya
"kakak, mau main?" celo begitu saja akrab dengan shila dan memintanya menemaninya bermain
"boleh, mau main apa" tanya shila yang juga menyukai celo bak adik kakak
sedangkan widya dan arsen sedang mengobrol dan widya memberanikan diri bertanya pada arsen " bapak ketemu shila dimana?" tanya widya
"itu, katanya bilang mau kasih catatan ke kamu padahal saya sudah bilang nanti saja saat kamu masuk kerja" ucap arsen mencari alasan
"oh, baik banget anak itu memang, kalau saya punya adik pasti saya jodohkan dengan shila" ucap widya melantur
"iya, sudah malam wid, sebaiknya saya pulang kamu rawat saja dulu anakmu sampai sembuh baru kembali ke kantor" ucap arsen tiba-tiba perhatian pada bawahannya
"terima kasih pak" ucap widya takut ini hanya mimpi saja
"shila, ayo pulang biar celo istirahat" ajak arsen
"bunda mau sama kakak" ucap celo yang tak mau ditinggal oleh shila dan memegang tangan shila
"sayang, kakak shila harus pulang nanti kalau celo udah sembuh kita main lagi oke" ucap shila memberikan pengertian pada celo yang merengek padanya
"bener ya kak" celo meminta shila mengaitkan tangan untuk berjanji padanya
"janji" shila tersenyum manis pada celo dan melambaikan tangannya, juga berpamitan pada widya dan mengikuti langkah arsen yang cepat menuju parkiran mobil
"kita makan dulu" ucap arsen yang belum makan malam sepulang kerja tadi
"saya mau makan sama teman saya pak di kost" shila menolak ajakan arsen karena anisa pasti menunggunya untuk makan bersama
"aduh, aduh perut saya sakit karena siang tadi tak disiapkan makan" arsen menyentuh perutnya dan mengeluhkan sakit
memang siang tadi shila telat membelikan makanan untuk arsen karena sibuk mengobrol dengan daren di kantin kantor
" bapak pura-pura kan? saya ngga tertipu" ucap shila yang tahu bosnya sedang menyindirnya padahal sudah meminta maaf dan membelikan makan setelahnya, tapi malah tak dimakan oleh arsen yang membuat shila masih kesal, kini arsen mengungkitnya lagi
"ini beneran, magg saya kambuh. ambilkan obat dikotak itu" arsen merintih kesakitan saat ini dengan tangannya yang masih memegang perut
"pak beneran pak, yang mana obatnya" shila membuka kotak obat kecil dalam mobil arsen dan melihat obat yang ada gambar lambungnya lalu memberikan pada arsen
"ini minumnya pak, bapak mau makan apa ayo kita makan dulu" shila ketakutan melihat arsen tampak pucat dan merintih kesakitan
hal yang sama sekali belum pernah shila lihat pada arsen yang selalu tampak sehat dan juga tak pernah mengeluh selama ini
"sudah reda pak?" shila memeriksa kening arsen dengan tangannya
namun tangannya malah tertarik arsen dan apa yang terjadi?
shila jatuh tepat diatas tubuh arsen karena tak bisa menahan tarikan tangan arsen yang kuat
"kamu mau buat saya makin sakit?" arsen menyadarkan shila
wajah shila dan arsen hampir tak berjarak saat ini
"maaf pak, maaf" shila berusaha bangun namun tangan arsen malah mengerat dan membuat shila memeluk tubuh arsen
"sebentar saja" arsen memejamkan matanya dan meminta shila tetap diam meski terus memberontak
shila yang pasrah karena tak mampu melawan dan beberapa saat arsen membuka matanya dan juga pelukannya
"maaf" ucap arsen
shila kembali ke tempat duduknya dan tak berani berbicara apa-apa
arsen melajukan mobilnya pelan mengantarkan shila pulang, dalam perjalanan mampir kesebuah restoran untuk membeli makanan
tak ada obrolan apapun sampai shila turun dari mobil dan pulang ke kost nya, arsen masih terdiam dan langsung pulang ke rumah untuk beristirahat