Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.
Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.
"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAWARAN PERGI
Hidung mancung Adler dan napasnya mengelitik di lehernya. Itu membuat rasa mengelitik yang aneh di perut dan pahanya. Edith mendorong dagu Adler dari lehernya. "Kenapa kau begini?"
"Tidak mau." Ucap Adler semakin memeluk Edith dan menengelamkan wajahnya di bahunya.
"Haaa sialan. Kenapa aku harus selalu seperti ini?" Ucap Edith menjambrak rambut kecokelatan Adler bagian belakang agar Adler melepaskannya.
"Adler..., Aku harus beres-beres. Cepat lepaskan aku" Ucap Edith berusaha menarik kepala Adler yang keras.
Adler tidak mendengarkan ucapan Edith. Dia menarik napasnya panjang-panjang, memejamkan matanya, merasakan perasaan sejuk dan aroma manis yang menenangkan itu. "Aku menyukai ini...." Ucap bibir Adler.
"Menyukai??" Perlahan pikiran Adler kembali. Aroma manis itu, menggambarkan siluet Edith diimajinasinya.
"Apa yang kau sukai?" Suara Edith membuat Adler membuka matanya lebar-lebar. Kulit halus yang manis, menempel di hidungnya. Kedua tangannya membekap tubuh mungil itu. Adler mengangkat kepalanya, melihat ke arah wajah pemilik tubuh itu. Edith menoleh Adler dengan raut bingung. "Hei, apa yang kau sukai?" Tanya Edith sekali lagi.
Adler langsung mengangkat kedua tangannya dan mendorong Edith dengan memegang kedua bahu Edith. Edith menatap Adler dengan wajah bingung, seperti dia sedang melakukan sesuatu yang salah.
Adler mengalihkan pandangannya dan mundur ke belakang. Dia menarik tangannya dan menutup mulutnya dengan tangan kanannya. "Ah, kau salah dengar. Anggap saja ini tidak pernah terjadi" Ucap Adler sambil berdiri.
NYUUUUTTTT!
Dada kirinya terasa sesak dan nyeri. Dia kembali duduk berjongkok di depan Edith.
"Terserah. Hei, apa yang sebenarnya terjadi dengan Tuan Muda? Kenapa kau malah enak di sini?" Tanya Edith.
Adler melihat sekitarnya. Dia tidak merasakan sihir di dekatnya. "Aku sudah tidak bisa lagi hidup tanpa seorang healer untuk menahan kekuatanku" Ucap Adler.
"Hah?!!" Edith tidak mengerti apa yang Adler katakan.
Adler menatap Edith perlahan. "Uwwa! Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Edith sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
Adler melihat ke sisi lain. "Aku sudah tidak bisa berada di dekat Pangeran Ash lagi. Edith, kau ingin kabur dari sini kan? Apa kau bersedia ikut denganku? Hanya kita berdua, pergi dari sini. Ke tempat yang jauh, ke tempat yang lebih tenang, jauh dari jangkauan Kerajaan Benerick, dan di luar Negri Isadora" Ucap Adler menatap Edith sambil memeluk lututnya yang dia tekuk.
Tentu saja itu terdengar sangat tidak masuk akal bagi Edith. Dan mencurigakan. "Kenapa kau mengajakku?" Edith tau bagaimana karakter Adler di dalam Novel yang selalu berada di sekitar Ash. Namun, kali ini Adler malah berniat menjauh dari Ash.
"Aku tidak bisa hidup tanpa seorang healer" Jawab Adler.
"Aku bukan healer" Jelas Edith.
Adler terdiam. Dia tiba-tiba mengeluarkan pedang berukuran kecil dari tangan kanannya. "Apa yang mau kau lakuk-"
"CRAT!"
Adler melukai telapak tangan kirinya hingga berdarah.
"Aneh! Apa yang kau lakukan???!!!" Edith menarik tangan Adler yang terluka. Luka itu menutup perlahan setelah mendapatkan sentuhan dari Edith.
Adler sudah lama tidak pernah melihat orang yang khawatir dengannya. Edith meraih rok hitam yang dia gunakan dan menutup telapak tangan Adler yang berdarah. Adler memegang tangan Edith yang menutup lukanya dengan kain seragamnya itu.
"Jangan ditutupi. Lihatlah..." Ucap Adler menunjukkan telapak tangannya yang bersih, tanpa luka sedikit pun.
Edith melongoh melihat telapak tangan itu. "Jangan sampai Ratu tau. Jika dia tau, kau tidak akan bisa pergi dari sini" Ucap Adler.
Edith sudah bisa membayangkan bagaimana dirinya akan dijadikan babu Ratu jika alur Novel ini berubah. Dia meringis lebar dan menepuk bahu Adler.
"Haha, aku memang mau keluar dari sini. Tapi, aku tidak bisa kabur secara terbuka" Ucap Edith.
Adler menatap wajah Edith. "Aku sudah tidak mendapatkan tempat lagi di sini. Jika aku membawamu, ku harap kau tidak keberatan jika harus ada di sisiku" Adler menempelkan pipinya di lututnya. Dia mengulurkan tangan kanannya pada Edith.
"Imprint. Kau tau istilah itu?" Tanya Adler pada Edith.
Edith melihat telapak tangan Adler yang gemetar. "Ya. Aku tau tentang itu" Jawab Edith.
"Aku ingin kau dan aku menjalin hubungan itu. Dengan begitu, aku bisa membawamu pergi. Jika tidak, aku khawatir akan membahayakanmu jika terlalu lama di sekitarku" Adler berharap dengan Imprint, Edith bisa membantunya mengendalikan sihir miliknya. Jika keduanya terhubung, itu akan meringankan Adler dalam pengendalian sihirnya.
"Aku dan kau? Tapi, kau bukanlah seorang hunter. Kau hanya Pengawal biasa" Ucap Edith.
"Aku bukan manusia. Aku seseorang yang terlahir sebagai Iblis" Adler masih mengulurkan tangannya. Mata Adler uang berwarna emerald perlahan berubah menjadi merah. Begitupun dengan telinganya yang runcing.
"Aku bisa menyembunyikan wujud asliku karena aku bisa mengendalikan kekuatanku. Tapi, sekarang berbeda. Aku merenyerap Iblis yang ada di tubuh Pangeran Ash. Crizen adalah pemberontak. Pangeran Ash terluka karenanya. Dia sudah mengacak-acak ingatan Pangeran Ash. Aku khawatir jika sesuatu yang berbahaya akan terjadi tak lama lagi. Oleh karena itu, Aku mengajakmu pergi dari sini sebelum prediksiku benar-benar terjadi"
Sekali lagi, dia mengulurkan tangannya kepada Edith.
Edith tidak menyangka mendengar hal ini dari Adler. Crizen menjadi penghianat, itu sangat tidak bisa Edith terima. "Jelas-jelas Crizen adalah orang yang paling berpengaruh dalam perkembangan Ash. Bagaimana dia bisa menjadi pemberontak. Dan Ash yang kehilangan ingatannya? Apa hal itu yang membuat kepribadian Ash berubah 180° dari yang ku lihat? Jika benar, maka pantas. Ash yang ada di novel adalah sosok yang seram. Sedangkan Ash yang ku temui beberapa waktu yang lalu. adalah sosok yang lembut dan penyayang. Aku tidak mau mati untuk yang kedua kalinya. Apa ini batu loncatan untukku agar bisa menjalani kehidupan yang layak?" Edith menatap telapak tangan Adler.
Dia menatap Adler perlahan. Adler sudah manatapnya sejak lama.
"Bagaimana proses imprint Iblis?" Tanya Edith sambil meletakkan tangannya di atas telapak tangan Adler.
Adler tersenyum tipis. "Bagaimana aku mengatakannya? Imprint tidak bisa dilakukan secara paksaan ataupun terburu-buru. Harus ada kenyamanan pada kedua belah pihak. Mungkin, akan ada skin-ship atau sedikit hubungan intim. Setelah itu, akan ada perasaan senang yang biasanya kalian sebut dengan gair-"
"Tidak perlu kau lanjutkan, aku sudah bisa menebaknya" Edith merasa malu dan memotong penjelasan Adler.
Adler tersenyum kecil. "Aku akan memberimu waktu untuk berfikir. Sampai nanti malam. Sekarang, aku sangat lelah. Aku pinjam kasurmu, aku mau tidur" Adler melepas tangan Edith dari gengamannya dan berjalan ke arah kasur Edith kemudian menjatuhkan tubuhnya di ranjang itu. Adler langsung pulas begitu wajahnya mengenai bantal.
Edith menyentuh dadanya yang berdebar. "Aku melihat adanya harapan. Kurasa, jika dengan Adler semuanya akan baik-baik saja. Dia pintar mengendalikan dirinya. Baiklah, waktunya menyiapkan barang yang harus ku bawa"