Grizella yang sangat menantikan ulang tahun ke 6 nya di hari itu, malah menjadi hari dimana adik yang sangat ia sayangi meninggal dunia, menjadikan papa dan mama Grizella tidak lagi menyayanginya, bahkan mereka membenci Grizella, hanya karna satu kesalah pahaman yang tidak ia perbuat.
Sampai dimana Grizella yang sedang di hukum oleh keluarganya dengan di tinggalkan di gubuk kecil yang ada di tengah hutan.
Disana, Grizella bertemu dengan Clarissa, yang akan mengubah semua kepribadian buruk Grizella saat ini.
Tetapi, Clarissa yang sudah membangun kepribadian Grizella menjadi lebih kuat dan sudah banyak berjasa padanya, malah pergi meninggalkan Grizella untuk selamanya.
Clarissa meninggalkan banyak kenangan, jasa, dan organisasi mafia yang sudah ia bangun.
Karna Clarissa sang pemimpin sudah tidak lagi memimpin organisasi itu, Grizella lah yang menjadi orang kepercayaan Clarissa untuk menggantikannya, menjadi the next Queen.
ikuti kelanjutan ceritanya yukk (つ≧▽≦)つ
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deby Dindarika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 Menyuntikkan
Kring kring kring ....
Bel pertanda telah usainya kegiatan belajar mengajar berbunyi, suara yang sangat dinantikan seluruh siswa siswi DIAMOND HIGH SCHOOL akhirnya mereka dengar.
Begitupun di kelas 11 IPA 1 yang kini hanya menyisakan Grizella dan Nathaniel di dalam sana, mereka sengaja menunggu semua orang keluar lebih dulu agar tidak berdesakkan.
Sekarang Grizella berada di jalan menuju parkiran, ia tidak bersama Nathaniel karna Nathaniel ijin untuk menemui Jaygar dan yang lainnya terlebih dahulu.
"Shit, kenapa matahari sangat terik," umpat Jaygar yang baru keluar bersama Jack dari kelasnya.
"Lo gak lupa kan?" tanya Jack sembari membenarkan tali sepatu, menanyakan apa Jaygar tidak lupa akan suatu hal.
"Hem."
Jaygar berjalan mendahului Jack yang masih membenarkan tali sepatunya.
Jaygar dan Jack berjalan menelusuri koridor untuk mencari dimana letak toilet yang mungkin ada di dekat sana.
"Ada orang?" ucap Jack ketika sudah menemukan dimana letak toilet, Jack memastikan bahwa tidak ada satu orang pun disana selain mereka berdua.
Setelah memastikan bahwa sudah tidak ada orang lain selain mereka, Jaygar dan Jack membuka tas masing masing, mengeluarkan wadah berbentuk persegi panjang.
Mereka mengeluarkan suntikan dan satu botol kaca berisikan cairan berwarna bening.
"Kau masih ingat cara memakainya?" tanya Jack yang sedang menatap pantulan wajahnya di cermin yang ada di hadapannya itu, sedikit menoleh kearah Jaygar yang sedang mengambil cairan di dalam botol kecil dengan suntikan nya.
"Hem."
Jack melihat suntikan Jaygar sudah terisi, tapi dirinya belum sama sekali melakukan apapun, ia pun segera melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Jaygar baru saja.
Setelah cairan bening itu berada di dalam suntikan, mereka berdua perlahan menyuntikkan nya ke lengan masing-masing.
Jaygar dan jack tidak merasakan sakit sama sekali, mereka sudah sering disuntikan berbagai macam cairan dengan warna yang berbeda-beda saat mereka masih menjalani eksperimen di laboratorium.
Jaygar dan Jack yang merasa kehausan pun membuka botol mereka masing-masing, meneguk minuman yang berisikan darah itu dengan nikmat.
"Ah ... kenapa minuman ini sangat menyegarkan?"
ucap Jack menghela nafas, ia heran dengan rasa darah tersebut, meskipun meneguknya sedikit, rasa segar langsung menjalar didalam tenggorokannya.
"Cabut," ajak Jaygar segera keluar dari toilet setelah membereskan barang yang tadi ia keluarkan.
Jaygar dan Jack berjalan menyusuri koridor, menuju parkiran motor mereka.
"Kalian sudah melakukannya?" tanya Ganendra kepada Jaygar dan Jack, Ganendra datang bersama yang lainnya, mereka bertemu di jalan menuju parkiran.
"Sudah," jawab Jack
Mereka berenam melanjutkan langkahnya menuju parkiran, mereka berencana mengunjungi markas terlebih dahulu, ingin melihat apakah ada perubahan disana selama 1,5 tahun ini.
Setelah sampai di parkiran, kini hanya tinggal menarik pedal motor mereka.
"Chloe?" tanya datar Jaygar kepada Nathaniel yang berada di sebelahnya.
"Eh iya, Chloe dimana?" celetuk Fairel seketika ingat jika sekarang mereka punya Chloe.
"Chloe pulang duluan, katanya nanti dicariin ayahnya kalo pulang telat," Jawab Nathaniel cepat saat melihat tatapan tajam dari Jaygar yang ditujukan padanya.
"Cih ... si bajingan itu?" Ganendra menimpali ucapan Nathaniel yang memberitahu bahwa Grizella tidak ingin Maxim mencarinya karna ia pulang terlambat.
"Kita ke markas, siapa tau Chloe disana," ajak Steven, mengajak mereka untuk segera menarik pedal gas dan menuju markas.
Enam motor Ducati Panigale V4 dengan berbagai macam modifan masing-masingnya, kini membelah padatnya jalan, jalan terasa sangat lebih padat karna saat ini merupakan waktu anak sekolahan bubar dan orang dewasa pulang dari pekerjaannya.
mereka berenam menerobos teriknya matahari sore ini, meskipun jam sudah menunjukkan pukul 04.05, tapi teriknya matahari masih menyinari bumi, membuat penglihatan menjadi silau jika mendongakkan kepala kearah langit.
Untungnya mereka sudah menyuntikan cairan yang bisa membuat mereka tahan akan matahari, setidaknya mereka bisa bertahan selama 7 jam setelah pemakaian cairan itu.
...****************...
Cklek.
Suara pintu rumah yang Grizella buka.
Rumah mewah bernuansakan coklat putih dengan desain modern itu kini Grizella masuki.
Rumah yang selalu membuat luka di hatinya, rumah yang dulu terasa hangat kini menjadi dingin baginya, rumah yang tidak tersedia kasih sayang untuknya, rumah yang hanya sekedar nama, rumah yang tidak bisa disebut rumah.
Rumah yang biasanya dijadikan tempat untuk kita pulang dan beristirahat itu tidak bisa membuat Grizella nyaman didalamnya, dia sendirian di rumah itu.
Grizella berjalan ke arah dapur dan menyimpan tempat makan kotor yang tadi ia bawa, isinya sudah sangat kosong, tidak ada satu remeh pun didalam kotak makan itu, karna semua ludes dimakan Nathaniel tadi siang.
Grizella juga sekalian mencuci kotak makan kotor itu, agar tidak ada wadah yang kotor disana, sebab semuanya sudah bersih.
"Aduh Non, kebiasaan deh, biar Mbak aja sini" tegur Bi Surti salah satu pelayan di rumah itu, Surti yang melihat Nona muda nya mencuci wadah pun segera ingin mengambil alih sabun dan wadah itu dari tangan Grizella.
"Gak usah Bi, cuman ini doang kok," ucap Grizella menjauhkan wadah dan sabun itu dari tangan Bi Surti yang ingin mengambil alih.
"Harusnya ini tugas Bibi Non."
"Gapapa Bi, ini udah selesai kok," ucap Grizella langsung menyimpan wadah yang sudah bersih itu ketempatnya.
"Oh iya, kok Non tumben sudah pulang?" tanya Bi Surti.
"Cafe lagi tutup Bi, jadi aku gak kerja." jawab Grizella
"Yasudah kalo gitu, sekarang Non istirahat ya."
"Iya Bi."
Grizella menyambar tas nya yang berada di atas kursi, ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Heh Lo."
Grizella yang sudah didepan pintu kamar dan ingin membuka pintu itu pun menghentikan tangannya ketika mendengar suara yang seperti memanggil dirinya, ia membalikkan badan ke arah seseorang yang memanggilnya
"Kenapa Lo bikin keributan di kantin hah?" tanya nyalang Ken kepada Grizella.
"Aku gak bikin keributan kok," jwab Grizella sembari menundukkan kepalanya.
"Terus Lo tadi ngapain? Malu maluin tau gak?" lanjut Ken lalu pergi setelah mengatakan itu, seperti hanya ingin memberitahu bahwa Grizella membuat Ken malu.
Ucapan Ken tadi seperti seseorang yang tidak tahu akan kebenaran hal yang dirinya ucapkan, padahal seharusnya Ken juga mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Grizella mendongak dan melihat Ken sudah tidak ada di tempatnya.
"Gak jelas” gumam Grizella pelan, lalu kembali berbalik membuka pintu dan memasuki kamarnya.
Grizella menyimpan tas ketempatnya, membuka sepatu dan melepas kaus kakinya, lalu membantingkan tubuhnya keatas kasur Queen size itu, sambil merentangkan tangannya dan menghadap ke atas langit langit kamar.
Grizella melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher jenjangnya, dan membuka satu kancing atas seragam sekolah itu agar lebih leluasa untuk bernafas.
Grizella membenarkan posisi tangan yang tadinya terlentang menjadi meletakkan telapak tangan itu dibawah kepalanya.
Grizella masih menatap langit-langit kamar, sembari di dalam pikiran itu memutar kembali hal-hal menyedihkan yang terjadi dalam hidupnya.
"Gue udah pulang, ke rumah ini, tapi gue gak ngerasain kalo gue udah pulang," lirih Grizella, tanpa sadar ia meneteskan satu titik air mata, jatuh ke pipinya begitu saja.
Grizella yang tidak ingin larut dalam kesedihan pun kini bangun dari posisinya saat ini, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
...****************...
..."Rumah ini bukan rumah untukku, melainkan tempat yang perlahan akan membunuhku."...
...-Grizella Groe....
__
__
__
Wait for the next part~