Gadis muda, bernama[Resa anggraini], yang haus kasih sayang dan perhatian,pertemuan dia dengan seseorang yang bernama [Hari ramadhan],berusia 32 tahun mempersatukan dua insan itu dalam sebuah ikatan di usianya yang masih 18 tahun.Konflik muncul ketika [Resa] berusaha menemukan kebahagiaan dan kasih sayang dalam pernikahan tersebut,berawal dari perkataan frontal gadis itu membawanya pada takdir yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
babb 17 Ungkapan penyemangat
Pikiranku menerawang pada masa lalu, berusaha menghilangkan rasa trauma dalam diri ini. Namun, apa yang aku alami malah menjadi mimpi buruk. Apalagi jika mengingat tentang orang tuaku. Bukan karena mereka tidak peduli, namun keadaan yang mendesak.
Kala itu, Bapak sangat kerepotan antara kerja, menjaga 4 anak, dan harus bolak-balik menjaga Ibu yang sering keluar-masuk rumah sakit. Itulah alasan Bapak harus menitipkan aku dan Tina pada ibunya, sedangkan Teh Rima tetap di rumah karena sudah bisa membantu pekerjaan rumah dan bergantian menjaga Dian kalau-kalau Bapak pergi ke rumah sakit.
Setelah beberapa kali dirawat, keadaan Ibu tak kunjung membaik. Bukan hanya karena penyakitnya saja, tapi Ibu mengalami tekanan batin. Kelakuan Nenek yang sering membuat kondisi Ibu makin drop, ditambah lagi keluhan-keluhan dari suami adiknya tentang tingkah lakunya yang kurang baik menjadi beban pikiran Ibu juga. Bahkan, kata orang-orang, Ibu pernah nekat mau bunuh diri.
Bapak kewalahan karena tak mungkin harus membawa Dian sambil bekerja, sementara Teh Rima pergi sekolah. Apa lagi, tak ada yang bergantian menjaga Ibu saat berada di rumah sakit. Dengan terpaksa, Bapak menitipkan Dian di rumah ibunya bersama aku, dan Tina dibawa pulang oleh Bapak.
"Bagaimana keadaan istrimu nak" Tanya Nenek saat bapak berkunjung kerumah nya
"keadaanya makin drop mak,aku kewalahan harus bekerja sambil menjaga anak anak dan meninggalkannya di rumah sakit sendirian,aku akan kembali pada sore harinya setelah pulang bekerja,lalu meninggalkan rima bersama dian dirumah,tapi rima sering mengeluh gak bisa menjaga adiknya saat aku tinggalkan ke rumah sakit karena selalu rewel"keluh bapak pada nenek,dengan suara parau aku lihat matanya berembun, badannya bergetar tangannya masih melingkar memeluk badan mungil yang tertidur di pangkuannya,Nenek menepuk-nepuk pundak bapak untuk memenangkannya.
"Subhanallah,kasian kamu nak repot sendiri,rima juga pasti kesusahan menjaga dian yang masih kecil apalagi tak mendapatkan asi dari ibunya,lalu kemana keluarga istrimu,apa mereka tak datang membantu" Kata nenek prihatin
"Untuk sekedar menjenguk pun tak ada mak,kalau gak ada upahnya mah mana mau mereka bantu jagain,keadaan istriku makin drop juga karena pengaruh mereka mak" Jelas bapak
"Astaghfirullah,ya robbi,emak gak menyangka mereka seperti itu, yang sabar nak semoga istrimu segera sehat kembali,untuk sementara biarkan dian tinggal di sini dulu sampai kondisi istrimu membaik,biar kakak mu ikut menjaganya, kami tak bisa pulang pergi menjenguk ke kota setiap saat karena terkendala jarak"
"Iya mak,terimakasih, maaf lagi lagi aku merepotkan mu, Tina akan saya bawa pulang biar Rima ada temannya di rumah,saya titip Resa sama Dian di sini,nanti setiap seminggu sekali saya akan kirimkan susu untuk Dian kesini".
" Iya nak gak apa apa, emak ikhlas menjaga mereka di sini,setidaknya sedikit mengurangi beban pikiran mu" Ujar Nenek kepada bapak.
Setelah beberapa bulan kemudian, Bapak datang mengantarkan susu dan uang jajan buat aku, tapi juga membawa kabar tentang kepergian Ibu. Mengapa harus secepat ini? Aku belum siap kalau harus kehilangan Ibu untuk selamanya. Aku sudah mengalah untuk tetap tinggal bersama Nenek agar Bapak bisa lebih fokus menjaga Ibu, namun nyatanya Allah berkehendak lain.
Saat itu, aku hanya bisa menangis tersedu-sedu meratapi kepergiannya. Beberapa kejadian di masa lalu masih terus menghantui sampai sekarang. Dulu, aku sempat berpikir hidup ini tak berarti lagi. Perasaan yang membelenggu raga ini sulit untuk dijabarkan dengan kata.
Rasa nyaman tinggal bersama Nenek, tapi jauh dari jangkauan orang tua.Lalu, saat ikut tinggal bersama keluarga baru Bapak, aku merasa asing, seolah tak menganggap kehadiranku. Lalu, aku ikut Bibi, adik dari almarhum Ibu, namun lagi-lagi aku malah mendapat perlakuan tidak adil dan kekerasan fisik.
Mau tak mau, akhirnya aku lebih memilih ikut Bapak lagi, meski gak pernah di-manja dengan kasih sayang dan kemewahan. Kalau lagi pengen sesuatu pun, aku harus usaha sendiri.
*****
Pagi hari yang cerah, meskipun tak secerah hatiku, namun melihat keusilan kakak beradik di depan sana membuatku sedikit terhibur.
"Is..." desis Dian merasa kesal sambil menggaruk kepala.
"Kenapa kamu?" tanya Tina.
"Ini soal matematikanya sulit, teh. Mana waktunya udah mepet lagi, aku lupa ngerjain PR semalam," jawab Dian.
"Coba liat, ah gampang atuh itu mah. Logikanya gini, teteh punya uang 7 ribu, di pinta kamu 2 ribu, jadi sisanya berapa?" tanya Tina.
"Lima ribu," jawab Dian.
"Cepat banget lu kalau masalah uang," canda Tina. "Tapi jawabannya salah."
"Bener dong, ini kan 7 ribu, aku pinta 2 ribu, sisanya tinggal 5 ribu," bantah Dian.
"Yeh nggak dong, kan nggak teteh kasih, jadi jawabnya tetap 7 ribu," jawab Tina.
"Ini sih bukan pelajaran matematika, teh, tapi sosiologi," sindir Dian.
"Eh buset, ko sosialita?" tanya Tina.
"Iya kan, pelit," jawab Dian.
Hahahaha, dasar usil, gumam Resa menggelengkan kepala. Tina hanya cekikikan mendengar keluhan sang adik.
"Eh Dian, teteh punya tebak-tebakan. Kalau kamu bisa jawab, uang ini jadi milik kamu," ajak Tina.
"Apa?" tanya Dian.
"Lemari, lemari apa yang bisa di saku in?" tanya Tina.
"Mmmm, apa yah? Kayanya gak ada deh, lemari kan gede, mana bisa di masukin saku?" pikir Dian sambil mengetuk-ngetuk pensil pada kepalanya.
"Ada, Ian, bisa jawab gak?" tanya Tina.
"Apa sih, takluk deh. Aku gak tahu," jawab Dian.
"Beneran gak tahu, nih?" tanya Tina memastikan lagi.
"Nggak," geleng Dian dengan wajah polosnya.
"Jawabannya, lemaribuan," ucap Tina diiringi tawa jahilnya.
***
Di tempat lain seorang pemuda sedang berusaha menyemangati dirinya yang sedang galau.mengalihkan pikirannya dengan membaca Al-quran.
Ini adalah ungkapan yang menyemangati ku,yang setiap hari ku sampaikan pada Allah dalam bentuk DOA
Ya Alloh aku titipkan semua urusanku kepadamu,hatiku,masa depanku,rezekiku,kedamaianku,agamaku & berikanlah apa yang engkau kehendaki, buatlah aku ridho terhadap apa yang engkau takdirkan kepadaku
"Seandainya kamu tahu,gimana rasanya berat memperjuangkan mu Res" Gumam Hasan yang sedang duduk merenung di teras rumah temannya
"Bro,ini bukan Hasan yang aku kenal loh,biasanya,ramai sekali bicaramu.masih kepikiran tentang yang semalam? " Tebak Aceng yang meliat temannya hanya diam tak bersemangat setelah selesai menutup Al-Quran nya.
"Hmmm" Jawab Hasan menganggukkan kepala
"Biasanya aku yang PHP-in cewek ceng.nah sekarang kebalik.nasib.nasib"
"Ikhlas'in aja bro,serahin sama Allah,kalau jodoh gak akan kemana ko"
"Sedang aku usahakan.tapi tidak aku paksakan.karena takdir tuhan yang menentukan.tapi sebelum janur kuning melengkung,gak ada salahnya aku perjuangkan " Jawab Hasan menyemangati dirinya sendiri sedangkan aceng hanya menganggukkan kepala sembari menepuk-nepuk pundak temannya itu
"Kenapa gak nge chat dia lagi?? " Tanya Aceng yang melihat hasan hanya Memandang lekat layar ponsel yang sedang di scroll nya
"Aku sadar diri,jika pesanku saja membuatnya tak tenang.lebih baik saat ini aku tak mengganggunya" Ucap Hasan sambil mengusap tengkuknya merasa gusar
"Good.tegar sekai hatimu,memang ketika seseorang menginginkan kamu dalam hidupnya,dia akan menempatkan mu di hatinya,kamu tidak perlu bersaing dengan siapapun untuk mendapatkan ruang itu, dia sendiri yang akan menjadikan pemenangnya"Kata Aceng memberi semangat,dengan menepuk pundaknya.
"Hemmm,jika punya kendala,allah punya kendali,yakin saja jika Alloh sudah ikut andil,maka tidak ada kata mustahil" Bijak Hasan
"aku salut deh sama kang hasan.mampu melampaui potensi dirinya" Puji Sabila yang menguping pembicaraan kedua pemuda itu.
"Iya,usahanya pasti ekstra tuh.berjuang keras.beda sama kamu,yang tampang sempurna! kerjaan mu rebahan doang.tapi mimpi setinggi langit "ejek Aceng pada adiknya
"Lah akang udah umur segitu.masih begitu begitu aaja" Usil sabila menimpali ejekan sang kakak
"Jangan salah ya, aku juga punya prestasi terbaik tau"
"Apa?? "
"Juara satu dalam nge jomblo"
"Hahaha...bisa aja.berasa ngeledek diri sendiri itu mah" usil sang adik mentertawakan nasib kakaknya.