NovelToon NovelToon
CINTA DI LUAR NASKAH

CINTA DI LUAR NASKAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa / Enemy to Lovers / Slice of Life / Kekasih misterius
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Agura Senja

Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.

Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.

Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.

Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?


Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sampai Jumpa, Paman!

Kaca tebal yang memisahkan antara ruang tamu dan ruang keluarga itu hanya berfungsi dari satu sisi. Seperti sekarang, Alexa dan Alena bisa melihat semua hal yang terjadi di ruang tamu karena kaca itu memang digunakan untuk memperhatikan sikap sang tamu terlebih dulu sebelum menemuinya.

"Aku ingin lihat wajahnya dari posisi sebelah sana," ucap Alexa saat seseorang yang sedang diperhatikannya jarang menoleh ke kanan, menghadap ke arah kaca.

"Kenapa Papa duduk di sofa yang itu? Kenapa tidak sebelah sini agar Tuan Edgar juga menghadap ke sini?" Alena mengeluh, kecewa dengan pilihan posisi sang ayah.

"Kenapa ya, ada orang setampan itu? Aku yakin usianya bukan tiga puluh, kan?" Alexa bertanya entah pada siapa.

"Seingatku usia Raymond dua puluh sembilan tahun ini. Kalau Tuan Edgar menikah di usia 25 tahun juga, berarti saat ini dia lebih tua dari Papa. Tapi, kenapa dia lebih tampan?" Alena menimpali, menatap penuh kagum.

"Usia mereka sama."

Jawaban dari suara lain itu membuat Alena dan Alexa yang sedang menatap penuh minat pada Edgar langsung menoleh. Serra sudah duduk di sebuah sofa tunggal, menyesap teh yang entah sejak kapan sudah disediakan pelayan.

"Lima puluh? Tapi, usia Raymond dua puluh sembilan, lho, berdasarkan informasi dari media. Kalau tidak ada kebohongan dengan usia Raymond, itu berarti Tuan Edgar menikah saat masih dua puluh tahun?"

Serra meletakkan cangkir tehnya, alisnya saling bertaut mendengar keraguan putrinya. Tentu saja ia mengerti maksud Alena. Untuk seseorang yang terlahir sebagai sendok emas, apalagi pewaris perusahaan besar, pasti sangat sibuk dan tidak akan sempat menikah di usia semuda itu.

"Mama juga menikahi Papamu saat baru menginjak dua puluh tahun," ucap Serra mengingatkan.

"Itu, kan, karena Papa menjebak Mama sampai hamil, jadi kalian terpaksa menikah."

Serra tersenyum, lebih seperti ringisan. "Tidak terpaksa, Alena, pernikahannya hanya dipercepat."

Alena mengendikkan bahu. Baginya sama saja. Dia sudah sering mendengar kisah percintaan orang tuanya. Katanya Vincent dan Serra memang sudah bertunangan sejak usia Serra masih lima tahun. Jarak lima di tahun di antara mereka membuat orang tua memutuskan untuk tidak mempertemukan Serra dan Vincent sampai usia Serra delapan belas. Lalu dimulailah kesabaran Vincent.

Alena masih tidak percaya ayahnya memberi obat bius di minuman Serra, menidurinya dan membuat surat keterangan hamil palsu agar ibunya mau segera menikah. Nyatanya semua itu hanya jebakan dan kebohongan. Jangankan hamil, Vincent bahkan tidak pernah menyentuh Serra sama sekali.

"Untung saja Bibi memang mencintai Paman, ya? Coba kalau tidak, setelah tahu dijebak dan dibohongi, kalau tidak cinta, pasti sudah terjadi perang dunia." Alexa ikut menimpali tanpa mengalihkan tatapnya dari pria di ruang tamu.

Serra bersedekap, bibirnya terkulum. "Sebenarnya Mama sudah tahu kalau Papamu berbohong. Sejak awal, ketika bangun di sampingnya dalam keadaan berantakan, Mama tahu sudah dibohongi."

"Aku belum pernah dengar bagian ini!" Alena dan Alexa berseru bersamaan, suaranya cukup keras hingga membuat dua pelayan yang berdiri di sudut memegang dada, terkejut.

Serra tertawa melihat antusiasme dua putrinya. Yah, sebenarnya itu adalah rahasia yang rencananya akan ia sembunyikan hingga mati. Tapi, sepertinya tidak apa-apa mengatakannya pada dua bocah yang kini netranya berbinar penuh antisipasi.

"Bagaimana Mama mengetahuinya? Kalau sejak awal tahu, kenapa mengikuti permainan Papa?" Alena mendesak agar ibunya segera bercerita. Terlihat kekanakkan memang, tapi sejak mendengar bagaimana orang tuanya memutuskan menikah, Alena sedikit kesal karena menganggap ibunya mudah dibohongi. Tapi, apa sekarang? Sudah tahu sejak awal?

"Hmm ... bagaimana mengatakannya, ya? Pokoknya Mama tahu tidak terjadi apa-apa malam itu. Kalian juga mempelajarinya dari guru kalian tentang tanda-tanda setelah melakukan hubungan intim, kan? Mama juga mempelajarinya sejak anak-anak sampai muak rasanya. Saat itu Mama menyadari bahwa Tuan Vincent itu tidak melakukan hal yang dia ceritakan. Lalu, kenapa Mama diam saja?" Serra terdiam, mengingat kembali alasan yang membuatnya diam dan pura-pura berhasil dibodohi. Senyumnya mengembang lebar.

"Jangan bilang sebenarnya Bibi yang menjebak Paman? Tidak mungkin, kan?" Alexa menatap ragu, pasalnya senyum cantik yang ditampilkan Serra terlihat menakutkan. Ia dan Alena sangat paham bahwa ada sesuatu di balik senyum seperti itu.

Serra mengangguk tanpa beban. "Ada banyak rubah betina yang mau merebut tunanganku. Maksud Mama, wanita mana yang mau melewatkan pria tampan, seksi, dan merupakan putra sulung Waxton Group? Padahal Mama yang berniat menjebak Papamu dan memaksanya bertanggung jawab, tapi malah dia duluan yang menjebak. Yah ... itu kan, namanya keuntungan."

Alena menepuk dahi. Ia pikir sikap tegas, licik dan menakutkan ibunya tercipta sejak menikah dengan ayahnya karena hidup sebagai istri dari pewaris Waxton Group pasti tidak mudah dan banyak tekanan. Nyatanya malah sudah sifat bawaan lahir.

Alexa hanya bisa tersenyum, mencoba menghilangkan rasa iri setelah mendengar cerita Serra. Wanita itu selalu merasa cemburu setiap kali Vincent dan Serra menceritakan bagaimana mereka akhirnya menikah. Alena beruntung karena bisa mendengar kisah orang tuanya.

Berbeda dengan Alexa yang bahkan tidak pernah tahu siapa, di mana dan bagaimana rupa ayah kandungnya. Sejak Alexa mulai memahami arti kehadiran orang tua, bahwa harus ada seseorang yang dipanggil 'Papa', wanita itu tidak pernah bertanya.

Alexa tidak pernah berani menanyakannya saat tidak ada satu pun orang yang membicarakan tentang ayah kandungnya. Ah, pernah satu kali Alexa bertanya pada ibunya, bermodalkan nekat. Usianya sebelas tahun saat akhirnya memiliki keberanian. Hanya saja wanita itu melihat sesuatu yang tidak pernah dia harapkan dari ibunya.

Valisha menangis. Netra yang selalu menatap teduh itu terlihat hancur dan dipenuhi kesedihan yang Alexa tidak berani artikan karena terlihat menakutkan. Hanya karena bertanya keberadaan lelaki berstatus ayahnya, Alexa membuat semestanya menangis.

Sejak itu Alexa tidak pernah menunjukkan ketertarikan terhadap siapa pun ayah kandungnya. Lagipula dia memiliki Vincent, kakak kandung ibunya yang tidak membedakan kasih sayang antara Alena dan Alexa.

"Hey, si Paman sudah mau pulang?!"

Alexa terhenyak dari lamunannya, langsung menoleh kembali ke arah kaca saat Alena berteriak. Netra wanita itu melebar.

"Aku belum puas melihat wajahnya!" seru dua wanita itu bersamaan, membuat Serra menghela napas sekali lagi.

"Ya ampun, Tuan Edgar punya plagiatnya tidak, sih? Raymond itu sama sekali tidak mirip. Aku ingin melihat Tuan Edgar versi muda. Duh, membayangkannya membuat jantungku nyaris jatuh!"

Alexa mengangguk setuju. Yang sama dari penampilan Raymond dan pria yang katanya ayah kandungnya itu hanya rambut hitamnya. Raymond memiliki iris sebiru langit, sedangkan Edgar terlihat memesona dengan bola mata sehitam arang.

"Dilihat bagaimana pun mereka memang tidak mirip. Sepertinya Raymond itu anak pungut, mungkin ditemukan di bawah jembatan di suatu tempat."

"Alexa," panggil Serra pelan, mengingatkan perkataan wanita yang langsung tersenyum seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada, meminta maaf atas kalimatnya yang asal.

"Ah, dia benar-benar pergi!" Alena merengut saat Edgar mulai melangkah keluar dari ruang tamu menuju pintu utama bersama Vincent.

"Sampai jumpa, Paman! Ayo bertemu dalam keadaan lebih baik, saat aku tidak di rumah!" seru Alena dan Alexa bersamaan, tangan dua wanita itu melambai riang meski tidak ada gunanya karena Edgar sama sekali tidak tahu.

Serra yang kembali menyesap teh menghela napas pelan. Dasar anak-anak centil!

1
Anawahyu Fajrin
aku tunggu selanjutnya ya,,, up yg banyak ya Thor😍😍
Agura Senja: Akan up setiap hari ya~~ terima kasih sudah membaca 😍
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
Raymond luar biasaaaaa
Anawahyu Fajrin
jangan bilang....
Anawahyu Fajrin
ceritanya bagus banget Thor,,bikin nagih
Agura Senja: Makasih sudah mampir dan kenalan dengan Alexa~ 🫶
total 1 replies
Lestari Andrian
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!