Unwanted

Adrian makan sambil melamun, ia nampak sedang memikirkan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dan tidak di pahami oleh dirinya sendiri. Anna menyetuh tangan Adrian yang membuatnya tersadar. Ia tersenyum pahit pada Anna dan kembali makan.

 Setelah selesai makan, Anna pergi keluar untuk membeli sesuatu, dan saat itu ia menelpon Izel. “Hallo? Bagaimana?” tanya Adrian pada izel di telpon.

 “Aku sedang menuju kafe itu.”

 “Oke, pastikan mereka tidak menemui seseorang. Jangan sampai Trisha dan Freya melihatmu. Jika ada sesuatu segera hubungi aku.”

 “Baiklah, jangan Khawatir.”

Adrian mengakhiri pembicaraan singkat itu. Hatinya sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

 Disisi lain Trisha dan Freya menikmati kopinya, mereka memperhatikan setiap orang yang memasuki cafe itu. “Apa kau serius kau ingin bertemu dengannya?” tanya Freya untuk meyakinkan Trisha. “Aku takut terjadi apa pun denganmu mendengar keluarga suamimu itu sangat ketat. Biarkan aku yang berbicara dengan William, aku akan menyuruhnya untuk pergi meninggalkanmu.” tambah Freya.

 “Aku akan menemuinya sendiri, aku yang akan memintanya untuk pergi. Jika bukan aku yang bicara dengannya, dia tidak akan pernah pergi dari hidupku.” Kata Trisha. Tidak lama kemudian, William pun datang. Freya beranjak lalu menghampiri William yang hampir menuju meja mereka. “Kau hanya bicara dengannya, jangan buat dia dalam masalah, mengerti!” Ancam Freya lalu pergi.

 William duduk di hadapan Trisha, lalu memegang tangannya, namun Trisha segera  menghempaskan tangan William. “Trish, kau baik-baik saja?” tanya William.

 “Kau bertanya apa aku baik-baik saja, setelah kau datang kerumah suamiku? Kau membuatku dalam hal yang sulit, Will. Aku tidak mengerti apa yang kau lakukan.”

 “Tapi Trish-”

 “Biar aku pertegas! Hubungan kita sudah berakhir, oke. Aku pernah memberimu kesempatan untuk kita kembali bersama, tapi semuanya sudah hilang. Kau yang membuang kesempatan itu! Kau! Bukan aku.”

 “Aku minta maaf Trish, berikan aku kesempatan sekali lagi.”

Trisha menunjukan cincin y ang melingkar di jari manisnya. “Kau lihat ini? Aku sudah menikah, aku sudah menikah will. Aku tidak memiliki kesempatan apa pun lagi untukmu. Semuanya sudah-”

 “Nona muda!”

Trisha tiba-tiba menoleh pada seseorang yang memanggilnya, suaranya terdengar familiar. Itu suara Izel. Ia berjengit, wajah Trisha memucat dan tatapan Izel nampak bengis menatap Will. “Nona aku datang untuk menjemputmu.”

 Trisha langsung bangkit dari duduknya, ia takut jika Adrian mengetahui ini juga. “Baik-”

Tapi William menjegalnya. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi Trish!”

 “Tutup mulutmu! Jangan pernah tunjukan dirimu lagi di hadapanku.” Kata Trisha.

 “Tidak Tris-”

Izel maju berdiri tepat di hadapan William. “Apa urusan anda dengan Nona kami?” tanya Izel. Trisha memijat keningnya yang terasa pening. “Izel, ayo. Biarkan dia. Freya menunggu di luar” Kata Trisha.

Trisha segera menghampiri Freya yang sudah menunggunya di luar cafe, lalu Izel datang dan membukakan pintu untuk mereka.

 Dalam perjalanan pulang, Trisha hanya terdiam, begitu pun juga dengan Freya yang sangat mengkhawatirkan saudaranya itu. Sesampainya di baseman apartemen. Freya dan Trisha keluar dari mobil, lalu mereka berpelukan, Trisha menangis dalam pelukan Freya.

 “Jika ada sesuatu hubungi aku,” bisik Freya.

 “Baik.”

 “Apa dia melakukan kekerasan fisik padamu?”

 “Tidak, dia tidak seperti itu.” 

Freya melepaskan pelukannya dan menyeka air mata Trisha dengan ibu jarinya. “Kau harus kuat, Trish.” kata  Freya, Trisha hanya mengangguk. Setelah itu Trisha kembali kedalam mobil, dan mobil itu kembali melaju pergi. Freya hanya terdiam, tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan baru Trisha yang bagaikan seekor burung yang di simpan didalam sangkar.

...○...

Adrian yang sedang asik bercumbu dengan kekasihnya di ruang tengah tiba-tiba mendapatkan pesan dari Izel, begitu ia membaca pesan itu. Ia langsung beranjak dan bergegas pergi, Namun Anna segera menghadangnya. “Jangan pergi. Aku mohon.” Tatapan Adrian berubah, ia menatap Anna dengan dengan tajam. Ada kemarahan di dalam tatapannya.

 “Aku harus pergi sekarang!”

 “Kenapa? Apa maksudmu harus pergi?”

 “Ada hal yang mendesak-”

 “Jangan pergi Aku mohon!”

Adrian melepaskan pelukan Anna. “Anna! Aku tidak ingin marah padamu, aku tidak ingin menyakitimu. Oke!”

Adrian pergi meninggalkan Anna begitu saja. Adrian Sampai di rumah saat matahari sudah tenggelam, dan jam makan malam sebentar lagi dimulai. Adrian masuk kedalam rumah dengan tergesa-gesa dan di sambut oleh ibunya, Esme.

 “Kenapa kau baru pulang, sementara istrimu dari tadi sore sudah pulang? Jangan katakan kau pergi ke rumah Anna?”

 “Bukankah pernikahan ini atas kehendak keluarga? Bukankah ibu mengatakan, tidak akan ada yang berubah dalam hidupku? Ibu sudah berjanji padaku.” bisik Adrian yang tengah meredam emosinya itu. Esme hanya terdiam tidak berkutik, dan Adrian pun segera pergi untuk bersiap makan malam.

 Adrian masuk kedalam kamarnya, dan ia mendapati istrinya yang tengah duduk di tepi tempat tidur sambil melamun. “Apa kau menungguku?” Tanya Adrian sambil tersenyum. “Iya.” sahut Trisha sambil menunduk. Adrian mengambil pakaian ganti dan langsung mengganti pakaiannya. “Apa Hangoutnya berjalan lancar? Apa yang kalian lakukan?”

 Trisha berjengit, Adrian menghampiri Trisha sambil mengancingkan pakaiannya. Mata Adrian berkilat amarah saat menatap Trisha. “Apa yang kau lakukan disana? Hanya hangout? Minum Kopi? Atau bertemu seseorang?”

 Adrian mengangkat dagu Trisha dengan tangannya. “Apa hanya kau dan Freya saja yang ada disana?”

Trisha terdiam.

 “AKU BERTANYA PADAMU! JAWAB AKU! APA HANYA KAU DAN FREYA ATAU KAU ADA SESEORANG YANG MENEMUIMU?!” Adrian berteriak dihadapan wajah Trisha sampai nafas Trisha tercekat. 

 “A-adrian, tenang-”

 “KENAPA AKU HARUS TENANG? KATAKAN KENAPA AKU HARUS TENANG?!” 

Trisha hanya terdiam saat melihat Adrian yang tengah marah padanya. “Apa kau menganggapku bodoh? Apa kau melakukan otakmu untuk melakukan sesuatu dibelakangku? Kau pikir kau siapa, Trisha?!” Tambahnya.

 Trisha tersulut oleh kata kata Adrian “Bicaralah dengan normal, Adrian! Semua ini terjadi karenamu! Dan kau yang membuat aku melakukan semua ini!” Tegas Trisha. Situasi mulai memanas antara mereka. Trisha berusaha menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Adrian, ia tidak ingin menunjukan dirinya yang lemah.

 “APA YANG MEMBUATMU MELAKUKAN INI, TRISH? SEJAK AWAL PERNIKAHAN INI APA AKU MEMAKSAMU UNTUK MELAKUKAN SESUATU? KATAKAN!”

 “Pernikahan? Kau mengungkit pernikahan kita? Apa kau lupa siapa yang memilih aku?”

 “OHOOO! Aku akan kehilangan kendari diriku, karena semua ini.”

 “Dengar, kau tidak mengerti! Aku harus menemuinya, menegaskannya agar dia tidak mengganggu hidupku lagi!”

Adrian mendekat pada Trisha dan mencengkram bahunya cukup kuat. “Aku bertanya apa dia mengancammu, kau mengatakan tidak. Kau tidak ingat perkataan di mobil? Aku bilang tidak ada pertemuan lagi antara kau dan mantan pacarmu itu, dan kau menjawabnya oke. Tapi kau malah bertemu langsung dengannya.”

 Trisha tidak bergeming menatap kedua bola mata Adrian yang berkilat ke marahan atas dirinya “Apa kau merindukan mantan kekasihmu itu, Trish? Apa kau sangat merindukannya? KATAKAN!”

 Trisha menepis tangan Adrian dari bahunya, lalu tersenyum sinis meski matanya sudah berderai. “Lalu bagaimana dengan dirimu, yang selalu pergi menemui Anna sepanjang waktu? Apa kau sangat merindukannya?” kata Trisha.

 “TRISHA! APA KAU MENCOBA MEMBUATKU HILANG KENDALI? Aku sudah jujur sejak hari pertama kita menikah, sementara kau menyimpan kebohong padaku. Kau pergi dengan saudaramu dan melakukan hal-hal di balakangku, benar?”

 “Apa kemarahanmu ini karena aku berbohong padamu? Hah? Kalau begitu jangan membuatku untuk melakukannya, jangan membuatku berbohong! Aku ini bukan tawananmu!” Trisha tersulut amarah. “AKU BUKAN MAINAN YANG KAU SIMPAN DI KAMARMU UNTUK DIMAINKAN BERSAMA KELUARGAMU! ”

 “DIAM!!!” Adrian membentak lalu mengambil gelas dan memecahkannya di hadapan Trisha. Nafas mereka berdua tersengal-sengal. Dan Sampai mereka berdua terdiam akhirnya, mencoba menenangkan diri mereka masing-masing.

...○○○...

To Be Countinue...