Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Masa iya sih maling?" Berkat rasa penasaran yang mengisi hatinya, Ayuna lantas semakin mendekat ke arah pintu tersebut dan mulai membukanya dengan sangat perlahan sembari memberanikan diri.
"HEH! KAMU MAU MENCURI YA?!" Dengan kedua mata yang masih menutup rapat, Ayuna mengarahkan telunjuknya kesembarang arah.
Tak ada suara yang bisa ditangkap oleh rungu Ayuna seolah ruangan ini tidak dihuni oleh siapapun, yang mana membuat Ayuna segera membuka kedua matanya dengan sangat perlahan.
"Ya ampun!" Bukan pencuri yang Ayuna temui, melainkan sosok Ibra yang sedang menatap ke arah dirinya dengan tatapan aneh. Sumpah mati, Ayuna malu sekali.
"Anu, maaf Pak. Saya kira tadi ada orang asing masuk ke ruangan ini terus mau mencuri, saya nggak tau kalau ternyata Pak Ibra yang lagi olahraga di sini." Ayuna kepalang panik sehingga ia menjelaskan maksud kedatangannya yang tiba-tiba dengan begitu cepat.
"Kalau begitu saya keluar dulu ya Pak, selamat menikmati waktu berolahraganya." Ya, memang sudah seharusnya Ayuna segera meninggalkan tempat ini daripada nanti ia malah membuat Ibra semakin membenci dirinya.
"Ayuna." Sebelum kaki kiri Ayuna keluar dari ruangan yang terang itu, suara Ibra terdengar dari belakang sana. Mau tak mau membuat Ayuna mengurungkan niatnya untuk keluar dan berbalik menghadap pada Ibra.
"Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" Bagi Ibra sendiri, ia merasa aneh ketika ada yang memanggil dirinya dengan sebutan Pak saat dirinya sedang tidak bekerja. Tapi biarlah, Ibra tidak akan melarangnya.
"Tolong ambilkan minuman untuk saya." Tak ada konfirmasi yang Ayuna berikan, gadis itu malah berjalan lurus menuju pintu masuk.
"Tidak perlu keluar, di pojok sana ada lemari pendingin. Kamu bisa ambil air yang ada di sana saja." Seolah mengerti kemana Ayuna akan pergi membuat Ibra kembali membuka mulutnya.
"Oh, iya Pak." Kenapa sekarang Ayuna jadi terlihat seperti orang bodoh sih? Kenapa harus tergagap juga?
Pertama-tama, Ayuna berusaha mencari lemari pendingin yang Ibra maksudkan. Setelah menemukannya barulah ia berjalan menuju benda itu dan membukanya.
Betapa terkejutnya Ayuna saat melihat isinya yang dipenuhi oleh banyak sekali minuman dan beberapa makanan dingin. Mungkin Ibra cukup sering menghabiskan waktunya di tempat ini.
"Ini Pak." Satu botol air mineral sudah Ibra terima, pria itu lantas duduk di salah satu kursi dan mulai menenggak air mineral itu dengan rakus.
Sebenarnya Ayuna sangat ingin bertanya kenapa Ibra melakukan olahraga malam-malam begini, namun ia kembali teringat kalau Ibra itu sangatlah sibuk. Jadi wajar saja rasanya kalau pria itu melakukannya saat malam sudah tiba.
"Malam ini saya tidur di kamar kamu." Sungguh Ayuna tidak akan menyangka kalau kalimat seperti itu yang keluar dari mulut Ibra setelah pria tersebut menghabiskan minumannya.
"Ya?" Bukannya Ayuna tidak mendengar, hanya saja ia terlampau terkejut sampai membutuhkan konfirmasi ulang dari orang yang bersangkutan.
"Lara ingin kita tidur berdua malam ini." Ah benar juga, tidak mungkin Ibra mau begitu saja tidur di kamar yang sama dengannya.
"Tenang saja, saya hanya akan tidur dan tidak akan melakukan apapun." Benar, apa yang bisa Ayuna harapkan dari Ibra yang jelas-jelas membenci dirinya.
"O-oh iya, Pak. Kalau begitu saya pergi dulu, Bapak bisa langsung masuk ke kamar saya nanti. Permisi." Kalau Ibra akan tidur bersama dirinya malam ini, maka Ayuna harus tidur lebih awal lagi agar ia tidak kesulitan untuk tidur nanti karena terlalu berdebar
......................
Ayuna benar-benar melakukan seperti apa yang ia inginkan semalam. Sungguh, Ayuna saja tidak tahu pukul berapa Ibra memasuki kamarnya.
Tetapi yang jelas ketika dirinya bangun tadi, Ayuna bisa melihat sosok Ibra yang masih tertidur pulas di atas sofa sana. Iya, Ibra tidak tidur di atas ranjang bersama dengan dirinya, melainkan di atas sofa yang bahkan lebih kecil jika dibandingkan dengan tubuh Ibra sendiri.
Sekarang ini Ayuna sedang sibuk merias dirinya sendiri di depan cermin, sebisa mungkin ia bergerak dengan cepat karena mulai merasa tidak nyaman berada di kamarnya sendiri.
Pergerakan tangan Ayuna kontan saja berhenti saat ia mendengar erangan tertahan yang berasal dari balik punggungnya. Itu pasti suara Ibra yang sedang berusaha mengumpulkan kesadarannya.
Benar saja dugaannya, sekarang Ibra terlihat sedang duduk di sana dengan keadaan mata yang masih separuh terbuka.
"Selamat pagi, Pak Ibra." Suara lembut Ayuna berhasil menarik perhatian Ibra sehingga kini pria dewasa itu tengah menatap lurus pada punggung sempit Ayuna.
"Ya, pagi." Kenapa tidak ada yang memberitahukan pada Ayuna kalau suara lelaki yang baru bangun tidur itu bisa membuat hati kecilnya tergelitik.
"Saya siap-siap dulu." Kepala Ayuna hanya mengangguk pelan lalu setelahnya Ibra benar-benar pergi dan meninggalkan Ayuna seorang diri di sana.
Tunggu sebentar, sepertinya ada sesuatu yang aneh. Kenapa Ibra malah melakukan laporan dulu pada Ayuna? Padahal ia bisa saja langsung pergi tanpa mengatakan apapun.
Ah sudahlah, lebih baik Ayuna segera menyelesaikan riasannya dan turun ke bawah. Siapa tahu dia bisa membantu pelayan yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
Dapur adalah tujuan Ayuna yang selanjutnya, sepasang kaki pendeknya lantas terus saja melangkah melewati beberapa lorong yang akan mengantarnya ke dapur.
"Iya deh kayanya, perempuan yang kemarin dibawa sama Nyonya Lara tuh simpenannya Tuan Ibra." Senyuman Ayuna yang sejak tadi terlihat langsung luntur begitu ia tidak sengaja mendengar kalimat yang ditujukan untuk dirinya itu.
"Gila aja kalo beneran kaya gitu, baik banget Nyonya tuh. Harusnya kan dilabrak aja ya bukannya malah dibawa ke rumah sini, diviralkan sih kalo perlu."
"Mungkin Nyonya Lara memang sengaja bawa dia ke sini karena beliau mungkin tau kalau umurnya udah nggak lama lagi."
"Maksud kamu, perempuan itu nanti bakalan nikah sama Tuan Ibra kalo Nyonya udah nggak ada."
Apa-apaan ini? Kenapa mereka mengatakan hal itu? Ayuna dibawa ke rumah ini bukan sebagai penggantinya Lara atau sebagai simpanannya Ibra.
Ayuna datang ke sini hanya karena dirinya sudah dibayar untuk menjadi Ibu pengganti. Apa yang mereka katakan tadi tidak benar sama sekali.
Ayuna memang hanya gadis miskin, tetapi ia tidak serendah itu sampai mau menjadi simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Tidak, Ayuna bukan orang yang seperti itu.
"Kamu butuh sesuatu?" Tubuh Ayuna otomatis terlonjak saat bahunya mendapatkan satu tepukan pelan.
"Anu, nanti tolong bilang ke Mba Lara kalau saya harus berangkat lebih awal. Terima kasih." Tidak peduli dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya, Ayuna segera berbalik dan meninggalkan pelayan yang tadi bertanya padanya begitu saja.
Hatinya sangat sakit. Selama ini Ayuna memang sudah tahu kalau orang-orang yang bekerja di rumah ini pasti sangat tidak menyukainya. Namun, Ayuna tidak tahu sama sekali kalau dirinya dicap seburuk itu oleh mereka semua.
Sepertinya Ayuna memang dilahirkan untuk terus merasakan kesedihan selama hidupnya, karena sampai usianya yang sekarang pun Ayuna tidak mengerti kebahagiaan itu seperti apa rasanya.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/