NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:714
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lemme work Lemme Focus

Tok tok tok...

Klek

Rachel masuk dan kembali menemukan presensi ibu, anak, dan seorang gadis cantik yang sedang terlihat berkeliling di ruangan kerja mereka yang luas itu.

"Wahh lagi rame ya, maaf... ", Rachel menjadi tidak enak dan hendak menutup kembali.

"Ngga papa Hel, masuk aja."

Lalu Rachel masuk membungkukkan badannya beberapa kali dan duduk di mejanya.

"Tumben kamu betah punya partner se ruangan." Tanya Margareth.

"Rachel cepat tanggap. Program, sama estimasi juga ngajarnya lebih cepat, beda sama asisten yang lain." Jawab Vano tenang, Rachel juga tetap diam di mejanya tanpa menyahut apapun.

"Ohh.. Bagus deh kalo gitu. Itu apa Hel?". Tanya Margareth melihat paper bag super besar dibawah meja Rachel.

"Bantal, Bu."

"Wahhh pacar kamu romantis banget ya, perhatian banget. " Seru Bella dari sudut lain.

"Hehehe... Itu kakak saya mba. Memang kelakuannya agak random."

"Oh.. Maaf, aku kira pacar kamu."

"Rachel punya pacar ngga? ", tanya Margareth.

"Oh... Ngga bu. Ribet, ngga ada gunanya juga." Timpal Rachel.

"Uhhkkkk.. Uhhhukk.... " Vano batuk tiba-tiba, tersedak air liurnya sendiri.

Bella langsung sigap berlari ke pantry mengambil air minum dan memberikannya kepada Vano.

"Udah enakan?", tanya Bella dengan wajah yang agak kuatir pasalnya karena tersedak itu wajah Vano berubah jadi seperti kepiting rebus.

"Ohh... Iya makasih." Jawab Vano masih datar seperti sejak awal.

"Ma... Ngapain sih nanya privasi orang lain. Udah selesai cross check kan? Kami mau kerja dengan tenang."

"Ngusir nih... ", ledek Margareth.

"Mah, please. Target aku sama Rachel hari ini belum approve."

"Iya iya.. Mama sama Bella pergi dulu. Rachel.... ".

"Iya Bu, mbak, hati-hati di jalan." Balas Rachel sambil membungkukkan badannya dengan hormat melihat Margareth dan Bella keluar.

🍀🍀

"BUKAN PUNYA RACHEL... itu nama kontak baru, atau kontak lama yang kamu ubah?".

Rachel diam, ia hanya terus fokus pada pekerjaannya tanpa mengindahkan Vano.

"RACHEL....!!!!! ".

"Iya Pak direktur besok saya resign tenang aja, ngga usah pakai tenaga dalam."

"RACHEL...!!! "

"Jangan keras-keras pak direktur, nanti satu numbers jadi tahu hubungan tidak penting ini." Jawab Rachel dengan sangat tenang.

Detik itu juga kesabaran Vano habis sepenuhnya. Rachel menghentikan pekerjaannya ketika mendengar Vano menekan tombol-tombol telepon.

📞 Halo, Mikhaela. Jangan kasih izin siapapun untuk naik ke lantai 4. Siapapun, selama sisa hari ini.

Deg

Jantung Rachel berdegup kencang ketika telepon itu ditutup.

"Apaan jir? Dia mau ngapain? ", tanya Rachel dalam hati, ia mulai deg-degan padahal belum terjadi apapun.

Brakkkkk....

Semua yang ada di meja Rachel jatuh ke lantai tanpa terkejut ketika Vano menyapunya dengan kasar. Rachel hanya mampu membulatkan matanya, tidak sempat berteriak atau berpikir. Mulutnya bahkan menganga, sisi apa lagi yang ditunjukkan Vano kali ini.

"Kakak mau apa?", tanya Rachel takut.

"Coba ngomong resign sekali lagi?".

Rachel terdiam.

"Coba ngomong Rachel... ".

"Buat apa di omongin? Besok prakteknya." Jawab Rachel lagi dengan tenangnya meski sebenarnya ia sudah takut.

Tok tok tok...

Bugh... Bugh... Bugh...

Ketukan di pintu itu semakin keras. Vano geram bukan main, kenapa Mikhaela sama sekali tidak paham kalimatnya ditelepon tadi? Lalu dengan kasar ia membuka pintu itu..

Tung....

Sebuah panci teflon ukuran kecil mendarat sempurna di kepala Vano. Rachel sampai menganga.

"Aduh.... "

"Syukurin... ", timpal pak Khael masuk begitu saja ketika pintu terbuka. " Nak Rachel, boleh tinggal kami berdua sebentar... ", tanya pak Khael ramah.

Rachel hanya membulatkan matanya, berusaha menguasai kembali pikirannya. " Oh.. I-iya pak."

"Haduh... Begini memang ya kalau berurusan sama direktur yang langsung bego kenal cinta." Celetuk pak Khael lagi sambil memandangi semua barang yang jatuh.

"Paak.... ", suara Vano terdengar marah dicampur merengek, membuat Rachel heran. Ia menatap Vano sejenak lalu pergi.

"Woah... Ternyata diatas kak Vano masih ada pak Khael." Batin Rachel.

🍀🍀

"Kalau cinta itu dijaga, ditanya maunya apa, bukan di bentak-bentak, dikasarin, bego." Sembari merapikan barang yang terjatuh akibat ulah Vano.

"Bapak ngapain sih kemari?".

"Ngga sengaja tadi, denger kamu nelepon admin dibawah, nyuruh ngga boleh ada yang naik, mau ngapain coba? Dia bukan punya kamu, lebih tepatnya belum. Jangan sembarangan."

"Bapak masih marah?", tanya Vano akhirya sembari membantu Pak Khael.

"Marah kenapa?".

" Ya karena itu."

"Karena kamu omelin bapak, ngancurin rak, karena ketakutan lihat pacarmu terluka begitu kan?".

"Bapak tahu dari mana kami pacaran? ", Vano mulai terperangah.

"Kamu bisa bohongin bu Margareth, tapi kamu ngga bisa bohongin bapak nak. Kamu tumbuh besar kebanyakan bapak yang urus. Jadi sebelum kamu ngomong, isi otakmu sudah bapak scan duluan. "

"Dih, pede. "

"Tapi dia gadis baik-baik. Wajar kamu begitu. Indah banget kan rasanya punya seseorang di pihak kita? Gimana hangatnya ketika ada yang ngawatirin kita?".

Vano terdiam mendengar semua perkataan Pak Khael. Pria tua itu paham sekali bagaimana posisi Vano, bagaimana ia sangat mendambakan Rachel, bagaimana ia ingin terus bersama wanita itu, bagaimana ia takutnya ketika Rachel terluka, dan was wasnya ketika kesayangannya itu agak susah memberi kabar.

"Vano cinta dia pak. Banget. Ngga mau berbagi dia dengan siapapun."

"Pelan-pelan nak. Perempuan itu semakin dikekang, semakin mudah terlepas. Dia berbeda, jangan samakan dengan siapapun yang pernah kamu kenal. Jangan menebak-nebak. Utarakan. Komunikasi itu penting sekali."

"Aah pak.... ", rengek Vano sambil memeluk Pak Khael.

"Aishhh.. Lepas... Bapak geli liat kamu begini."

"Makasih pak dan Vano bener-bener minta maaf... Vano ketakutan pak waktu itu."

"Iya bapak paham. Mau se tua apapun kamu, buat bapak kamu tetep anak kecil yang sering ngadu ke kantor OB hanya karena dilarang menggambar sama mamanya dan se berarti apa gadis itu buat kamu."

"Dia gak gadis lagi pak, Vano yang unboxing." Dengan pedenya.

Plakk.... Satu geplakan mendarat di kepala belakang Vano.

Kira-kira pak Khael nggeplaknya begitu ya gess ya

🍀🍀

Rachel hendak kembali ke kantornya dan tidak sengaja berpapasan dengan pak Khael didepan lift.

"Pak? Udah mau balik? Ini saya baru bawain kopi." Sambil menyodorkan satu untuk pria senja itu.

"Makasih kopinya nak Rachel. Umm... Untuk hari ini, anggap ngga kejadian apa-apa ya. Jangan sampai ketahuan yang lain kalau saya dekat dengan Vano. Sampaikan juga ke mba admin itu, bapak tahu kalian sahabatan."

"Iya, pak."

"Tolong jaga dia ya, dia dingin begitu karena terlalu lama sendirian, tidak pernah ada yang dia jaga sebelumnya. Jadi sekalinya dia punya alasan buat bisa bahagia jadi aneh begitu. Tolong di maklumi ya nak Rachel. Makasih kopinya. " Rachel hanya terdiam mencoba memahami kalimat pendek yang pak Khael ucapkan barusan.

Perlahan Rachel membuka pintu, pria kesayangannya terlihat merebahkan diri di sofa panjang. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, semua barangnya yang jatuh berhamburan sudah di tata tapi kembali seperti semula. Ia mendekat dan berlutut di lantai, mensejajarkan tingginya dengan Vano yang terlelap itu.

Ia mengelus rambut kecoklatan itu, bagaimana bisa pria seindah ini bisa ia miliki hatinya? Bahkan kadang-kadang ia tidak yakin pada apa yang terjadi.

Ia menempelkan bib!rnya perlahan ke bib!r Vano. Pria itu masih terlelap dengan tenang.

"Aku cinta kamu, Ayaang." Bisiknya.

Keesokan harinya...

Ia belum ada bertemu sekalipun dengan Vano pagi ini. Ia datang lebih awal pagi ini dan langsung menuju gudang Ws. Di sana ia sibuk menata rak Ws yang kemarin dibelinya. Jam makan siang sudah hampir tiba, tapi Vano tidak ada sama sekali mengabarinya apapun.

🍀🍀

Di kantin yang luas itu sudah terhidang makanan di setiap meja untuk semua staf numbers. Semua orang berkumpul, Rachel muncul dan duduk di sudut bersama Mikhaela dan anggota-anggotanya seperti biasa.

Vano melangkah dan berdiri di tengah-tengah ruangan yang luas itu, ia membungkukkan badannya 90° ke depan dan meminta maaf atas kelakuan kasarnya tempo hari.

"Teruntuk semua staf, baik pengajar, asisten, dan semua orang yang merasa tersinggung akan kelakuan saya tempo hari. Saya benar-benar minta maaf, tidak bermaksud membeda-bedakan, itu saya memang benar-benar panik. Dan untuk pak Khael saya benar-benar minta maaf Pak, dan terima kasih banyak sudah bersama numbers hampir 20 tahun ini, maka dari itu tolong terima permintaan maaf saya, dan Khusus untuk pak Khael, saya akan menaikkan Gajinya dua kali lipat, dan untuk semua cleaning service akan saya sediakan makan siang setiap harinya terhitung mulai hari ini, dan juga alat kebersihan yang baru, yang lebih canggih, yang memudahkan pekerjaan mereka.

Dan satu lagi, tolong jangan sebarkan rumor yang tidak berdasar antara saya dan asisten kepercayaan saya Rachel Capistran, dia dan saya adalah tim yang baik, dia cepat tanggap, cepat belajar, itu yang saya suka dari dia. Tidak menutup kemungkinan asisten pengajar yang lain juga bisa berada di posisinya sekarang. Tidak terkecuali, Jadi silakan bersaing. Itu orangnya ada disana, agak kecil memang, tapi tidak apa, silahkan jika ada yang bisa mengalahkan dia."

Lalu ruangan itu di penuhi gelak tawa.

"Gua di roasting anjir... ", celetuk Rachel, rekan se mejanya juga menertawainya habis-habisan.

🍀🍀

Sejak permintaan maaf resmi itu suasana di numbers membaik. Rachel tidak lagi digunjingkan atau dijauhi, semuanya berjalan kembali seperti sedia kala. Hubungannya dengan Vano juga berjalan dengan baik, sejauh ini rahasia mereka aman-aman saja di tangan Mikhaela dan pak Khael.

Namun numbers sedang mengalami masa sulit, hampir setengah siswa numbers berhenti. Estimasi penurunan pun melebihi yang sudah digambarkan, tentu saja ini berdampak buruk bagi Citra numbers. Rachel sedang berada di samping Vano untuk memeriksa beberapa file.

Ia merasa kuatir melihat wajah pacarnya yang biasa cerah dan berseri itu berubah menjadi kusam, bahkan kantung matanya juga tercetak dengan jelas. Tapi setiap harinya Vano tidak lupa menyambutnya dengan senyum seolah ia tidak punya beban sama sekali.

"Kak, ini file yang kamu minta. Udah aku sortir semua kamu tinggal cek sama tanda tangan."

"Iya, Ayaang. Makasih."

"Kamu kok jelek banget sih sekarang? ", menatap Vano lekat-lekat.

"Emang kenapa kalau jelek? Mau diputusin gitu? ", tanya Vano sambil menarik Rachel ke pangkuannya, dan membombardir pipi mulus wanita kesayangannya itu dengan banyak kecupan kecil.

"Mungkin."

"HEH...! ".

"Aku kuatir kak. Kamu akhir-akhir ini kurusan tau ngga. Kantong mata kamu gede, setiap hari muka kamu lesu. Aku tahu Numbers lagi ngga baik, tapi bukan berarti kamu juga ikutan kan? Kalo kamu ngga baik-baik aja, yang benerin nanti siapa?".

"Ngomelnya nanti aja ya Yaang... "

Samar-samar keduanya mendengar langkah kaki dan kompak mengatur posisi masing-masing.

Duakkkk.... Margareth membuka pintu dengan kasar, dan melemparkan ipad berisi grafik Numbers dengan penurunan yang tajam. Rachel sungguh terkejut dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"APA NIH APA... APA INI VANO....!!!! ".

"Mah... "

"KAMU SEBENARNYA KENAPA HAH?!! WAKTU MASIH MAMA YANG PEGANG NUMBERS NGGA ADA SEJARAHNYA NURUN SE TAJAM INI VANO...!!! ".

"Kita bisa omongin ini dirumah mah... ", mohon Vano pengertian mamanya, apalagi didepan kekasihnya itu ia di bentak-bentak seperti ini.

" RACHEL.... KALIAN BERDUA KENAPA?!!! ".

"MAH... Rachel ngga ada sangkut pautnya, jangan bawa-bawa dia! Kita omongin ini di rumah."

"PERCUMA... VANO... Kenapa kamu ngga ada peningkatan sama sekali? Ngga pernah kasih yang terbaik, mama betul mati akal liat kamu!!! ".

"Maa.... ", nada suara Vano mulai meninggi sementara Rachel sudah membeku membisu di belakang Vano.

"Untuk sementara kosongkan posisi direktur, selama sebulan penuh kamu mikir, Terserah kamu mau tinggal di mana mau di rumah mau di apartemen kamu itu urusan kamu. Pikirin cara memperbaiki kekacauan yang sudah kamu buat!".

"Sebulan? Mah... Apa Menurut mama itu nggak keterlaluan?? "

"Keterlaluan apanya ? kamu yang keterlaluan."

"Nggak segitunya juga dong mah.!!! "

"REVANO !!! Ini keputusan semua petinggi numbers, bukan keputusan sepihak dari mama. Paham kamu?! Siap atau enggak tolong diri kamu sendiri. urus diri kamu sendiri!!! ".

"Jadi maksud Mama selama sebulan itu Rachel kerja sendiri begitu?! ".

"Iya, itulah gunanya tim." lalu tanpa memperdulikan jawaban Vano lagi, Margareth langsung keluar.

Vano terpaku, wajah yang Rachel bilang selalu terlihat lelah itu kembali menunjukkan ekspresi datarnya. Tiba-tiba Vano merasakan ada genggaman hangat yang memeluk tangan kanannya, Rachel sama sekali tidak berani menatapnya Ia hanya menunduk dan terdiam.

"Filenya udah aku terima, Yaang. Kamu boleh balik bekerja. Atau kalau kamu mau ke gudang WS juga nggak apa-apa."

"Kok jadi ngusir sih? Aku kan maunya di sini." tolak Rachel.

"Tumben? Biasanya kalau disuruh ke gudang WS kesenangan sendiri. Tapi jujur Yaang, aku pengen sendiri sekarang. Bisa kan? ".

"Nggak bisa, aku nggak akan pergi. Aku mau di sini, pokoknya mau di sini", putus Rachel.

"Aku nggak papa Ayaang, cuma lagi pengen sendiri aja."

"Sebulan penuh kamu bakal jadi pengangguran, aku yang bakal jagain kamu, hidupin kamu, pastiin kamu makan yang sehat, terus.... Apalagi ya... ".

"Ya ampun sayang... Hidupku ngga se menderita itu... ", kekeh Vano.

Lalu tanpa aba-aba apapun, Vano kembali menarik Rachel ke pangkuannya. Tersenyum melihat sosok cantik di hadapannya ini. Manik mereka bertemu, dan Vano mendaratkan b!b!r nya di ranum plum Rachel, dan tangan putih pucat itu dengan lancangnya melepas satu persatu kancing blazer Rachel.

Rachel hanya pasrah mengikuti permainan Vano, instingnya mengatakan disaat seperti ini Vano mungkin butuh sesuatu untuk mengalihkan pikirannya yang sedang kalut itu. Numbers sedang anjlok, semuanya hampir berantakan, tapi semuanya disalahkan kepada dirinya. Dan Rachel....

Rachel memberikan dirinya sebagai pengalihan untuk Vano, si kesayangannya itu, kenyamanan yang hanya ia berikan pada Vano.

"Ka Vanmmpphhh.... "

"Diam Yaanghh... Lemme work, lemme focus... "

Lalu sudah bisa ditebak, ruangan yang tidak bisa dimasuki sembarang orang itu pun penuh dengan erangan dan suara cinta mereka berdua, di meja kerja Vano yang sudah tidak beraturan itu.

.

.

.

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!