Akademi Debocyle adalah akademi yang paling luas, bahkan luasnya hampir menyamai kota metropolitan. Akademi asrama yang sangat mewah bagaikan surga.
Tahun ini, berita-berita pembunuhan bertebaran dimana-mana. Korban-korban berjatuhan dan ketakutan di masyarakat pun menyebar dan membuat chaos di setiap sudut.
Dan di tahun ini, akademi Debocyle tempatnya anak berbakat kekuatan super disatukan, untuk pertama kalinya terjadi pembunuhan sadis.
Peringatan : Novel ini mengandung adegan kekerasan dan kebrutalan. Kebijakan pembaca diharapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garl4doR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Di atas padang rumput yang disinari rembulan malam dingin, pertarungan masih terus berlanjut menguras stamina dan merusak alam sekitar sebab sebagian besar kerusakan dari proyektil magis yang nyasar.
Ravi meluncurkan sabetan dari rantai dengan pemberat di ujungnya, sekali lagi Alvaro harus mundur ke belakang untuk menghindari jangkauan serangnya. Para siswa eksekutif tidak bisa membantu ravi untuk mengalahkan Alvaro akibat senjatanya yang melambangkan mesin penghancur tak bertuan.
Alvaro mencoba memahami pola seranga Ravi sambil mengeluarkan daggernya, dia sepertinya melihat celah lebar dari senjata tersebut. Ia menerjang ke depan selagi rantai sedang di tarik. Akan tetapi...
Bola besi yang menjadi pemberat rantai meluncur dari samping Alvaro, itu adalah ujung satunya yang sedari tadi di sembunyikan oleh Ravi. Sepersekian detik saja kalau Alvaro terlambat bola besi itu akan bersarang di kepalanya, untungnya refleks yang sangat cepat berhasil membelokan arah bola besi itu keatas.
Melihat itu, Ravi melompat ke belakang untuk mendominasi jarak dan pertarungan. Ia segera memutar kedua ujung rantai secara bersamaan membuat perlindungan. Ia tahu Ravi tidak akan membiarkan celah seperti tadi terbuka lagi.
Dengan kedua ujung rantainya yang berputar seperti angin puyuh, Ravi menciptakan perlindungan sempurna yang sulit ditembus.
"Aku tidak akan main-main lagi, Alvaro," ujar Ravi dengan nada penuh kemenangan. Cahaya dari rantai itu memantulkan sinar bulan, memberikan kesan bahwa ia adalah predator yang siap mencabik-cabik mangsanya.
Namun Alvaro hanya tersenyum kecil. Ia menggenggam dagger-nya erat, menyalurkan energi magis ke dalam bilahnya hingga mulai berpendar dengan gemerutuk petir biru. "Kita lihat seberapa kuat pertahananmu, Ravi."
Alvaro menghentak tanah dengan keras, mengakibatkan ledakan debu untuk mengaburkan pandangan Ravi. Dalam sekejap, ia melompat ke udara, berputar cepat, dan melemparkan dagger-nya langsung ke pusat perlindungan Ravi.
Dagger itu memantul dengan keras, namun tidak sia-sia. Ravi sedikit goyah akibat benturan energi dari dagger tersebut. "Itu saja yang kau punya?" Ravi menantang, tetapi senyumnya memudar saat melihat Alvaro sudah meluncur dari sisi lain, menggunakan momentum lompatan sebelumnya.
Dengan kecepatan luar biasa, Alvaro menyerang menggunakan dagger kedua yang ia tarik dari pinggangnya. Kali ini ia menargetkan rantai itu sendiri, mencoba memotong salah satu ujungnya. Ravi dengan cepat menarik rantai ke arah samping, tapi ujungnya tersangkut pada dagger yang dilempar Alvaro sebelumnya.
"Terjebak?" Alvaro menyeringai, memanfaatkan momen tersebut untuk menyerang langsung. Namun Ravi, dengan gesit, memutar tubuhnya sambil mencabut rantai yang tersangkut, menciptakan gelombang energi yang meledakkan tanah di sekitar mereka.
Alvaro terdorong mundur, tetapi tetap sigap berdiri.
Ravi meludah ke tanah."Kau pintar, Alvaro. Tapi sepertinya kau lupa sesuatu," ujarnya sambil memberi sinyal kecil ke arah Zaela.
Dari kejauhan, Zaela yang telah mengalahkan Gale mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Sebuah berlian bercahaya muncul di udara, lalu berlian hasil energi Zaela meluncur langsung ke arah Alvaro, memaksa siswa itu untuk menghindar.
"Alvaro Si Pembuat Onar, kau sudah kalah," kata Ravi, sambil berjalan perlahan ke arahnya.
Gale terkapar di bawah kaki Zaela, sekujur tubuhnya memar dan terdapat beberapa luka sayat. Hans lebih parah, ia sudah terikat tak sadarkan diri dengan luka-luka berat.
Alvaro mendecak, ia juga mulai kehabisan mana kalau begini terus.
Ravi memutarkan rantai dengan pemberatnya menunjukan seringaian merendahkan. "Sejak awal kau memang bukan tandingan kami," Bola besi itu melesat tepat mengarah ke tubuh Alvaro dan mengenainya, Alvaro terpental beberapa langkah ke belakang.
"Al!" Seru Gale yang menyaksikannya, akan tetapi ia segera di injak oleh Zaela menyuruhnya untuk diam.
Ravi menghela nafas panjang, ia merasa ini semua sudah berakhir. Lamat-lamat ia menatap tubuh Alvaro yang tak bergerak. Menurutnya perlawanan ini terlalu cepat dan tak alami. Pasti ada sesuatu.
Benar saja, gemerutuk petir biru muncul di telapak tangan Alvaro yang tepat sedang memegang bola besi itu. Mata Ravi membulat sempurna seraya memandang wajah Alvaro yang tersenyum seperti serigala yang berhasil menjebak mangsa.
Sengatan petir yang membuat tubuhnya mengejang serta pandangan berkunang-kunang menyambutnya secara tiba-tiba. Menyambar, menghantam tubuhnya seperti ledakan seribu bara api yang menyusup ke tulang-tulang. Dunia seolah terhenti, membeku dalam sekejap kilat yang menyilaukan. Rasanya seperti dihantam palu raksasa dari dalam tubuh sendiri, setiap saraf menjerit, setiap otot memanas dan meledak. Waktu kehilangan makna, satu detik terasa seperti keabadian, penuh dengan rasa sakit yang tidak bisa bayangkan oleh orang normal.
Ia merasa tubuhnya seakan melayang terbang sebelum akhirnya menyetuh tanah secara kasar, pada akhirnya semuanya menjadi gelap.
Alvaro bangkit masih dengan gemerutuk petirnya seakan menunggu sesuatu.
Zaela yang menyaksikan Ravi yang tumbang tampak tak gentar sedikitpun, setidaknya sebelum Gale membalikan tubuhnya sambil membawa pedang logam di kedua tangannya.
"Ender Slaughter!" Seru Gale menyebutkan nama teknik serangnya. Teknik ini mampu melancarkan sepuluh tebasan dalam waktu yang sangat singkat.
Zaela refleks melindungi tubuhnya dengan dinding berlian. Serangan Gale yang satu itu terkenal sebagai serangan pengakhiran, teknik itu biasanya dapat menembus pertahanan sekaligus menyerang orang yang bertahan. Akan tetapi logam bukan tandingan berlian.
Dinding berlian menghilang menjadi serpihan magis yang segera terbang ke awan. Akan tetapi Gale sudah tak ada disana, begitu juga Alvaro. Tersisa Hans yang tidak sadarkan diri sambil terikat dan dijaga beberapa siswa eksekutif.
Beberapa siswa eksekutif yang terkejut mencoba mencari ke dalam hutan hitam. Akan tetapi Zaela menghentikan percobaan mereka.
Zaela menghela nafas sambil mengeratkan topinya, ia mengambil ponselnya lantas menelpon seseorang. "Target utama lepas, Gale juga berhasil kabur, Ravi kalah dan membutuhkan Healer tingkat tinggi, banyak anggota yang tumbang dan kita hanya dapat kroco. Misi kali ini berakhir buruk." Lapornya singkat dan segera menutup telepon.
Ia berbalik melangkah pergi, para anggota eksekutif juga mundur mengikuti Zaela. Ravi di tandu anggota eksekutif dan Hans diseret dengan kasar.
Zaela mengerutkan keningnya merasa tertantang, "Alvaro." Ia menggumamkan nama itu. Menyisakan rasa gatal ingin menghancurkan sosok pembuat onar itu.
***
Di akar pohon raksasa hutan hitam, Alvaro meletakan tubuh Gale disana. Pemuda itu punya kekuatan yang berbeda dari yang lain, ketika semua hal berbau magis menggunakan mana untuk mewujudkannya Gale malah memakai stamina. Membuatnya tak bisa bertarung terlalu lama.
Gale bisa menciptakan barang apapun tanpa materi penggantinya, satu-satunya hal yang menjadi ganti adalah staminanya sendiri. Pedang logam tadi adalah contoh kekuatan Gale, ketika barang yang diciptakan tidak diperlukan maka barang itu akan terbakar api hitam dan menghilang.
"Kau tidak bisa menyembuhkan diri?" Tanya Alvaro setelah menjatuhkan diri di sebelahnya.
"Stamina ku habis total, teknik tadi adalah stamina terakhirku." Gale menggeleng, "bahkan untuk melek saja aku sudah tak sanggup." Memang sedari tadi mata Gale terpejam.
Alvaro meringis, "tak apa asal jangan tidak sanggup untuk bernafas lagi. merepotkan aku ke depannya."
Gale hanya tertawa kecil.
Alvaro mengambil ponsel di saku nya. Dan mengetik pesan pada anggota Fluttergeist yang lain.
Aku, Gale dan Hans di serang anggota eksekutif saat di ruang aman, Hans tak beruntung berakhir tertangkap. Untuk beberapa hari kedepan kami akan bersembunyi dahulu.
Kalian waspadalah dan hindari siswa eksekutif sekuat tenaga. Hindari distrik enam karena anggota eksekutif masih mondar-mandir disana. Kami akan kembali setelah pulih, take care.
Alvaro menatap lamat-lamat layar ponselnya, menghirup nafas dengan panjang. Kirim.