Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apartemen baru
Hari sudah mulai siang Ilham masih tetap berada di rumah ibunya Ayana, dia menunggu Ayana ikut pulang bersamanya.
Padahal Ayana jelas-jelas jengkel dengan kehadirannya, dia hanya ingin menikmati harinya bersama malaikatnya.
"Tuan yang terhormat, apakah tuan tidak ke kantor?" tanya Ayana penuh sindiran.
"untuk apa aku ke kantor dengan berdiam saja aku bisa menghasilkan banyak uang, aku akan pergi jika kau ikut pulang denganku."
"tapi saya hari ini mau menghabiskan waktu bersama ibu, dan saya terganggu kalau ada tuan"
Mengapa pedulikan aku, lakukan apa yang ingin kau lakukan nona, anggap saja aku sebutir batu."
"Batu besaar" dia bersuara pelan, dengan jutek Ayana meninggalkan Ilham.
Ilham yang mendengar Ayana hanya bisa tersenyum, lalu dia mengarah ke laptopnya mengecek beberapa perusahaan.
Dia terus memandangi gadis itu, karna pertama kalinya Ilham melihat dia mengenakan dress dari Levi's pendek, karna menutupi bodinya yang kini sudah membulat di bagian perut.
Hari semakin sore Ayana sudah benar-benar risih dengan Ilham dia juga kasihan kepada ibunya yang butuh istirahat karna sedari tadi hanya bercanda dengan Ilham, dia seperti orang asing di rumahnya sendiri.
Akhirnya mereka pulang tidak lupa dengan doa dari ibunya untuk kebaikan Ayana dan juga Ilham meminta doa yang sama.
Di perjalanan Ayana merasa aneh dengan jalannya kenapa berbeda arah dengan jalan biasanya.
"Mas, kita mau kemana, kenapa tidak lewat jalan yang biasa."
Ilham tidak bergeming dia hanya fokus menatap jalan sesekali sambil tersenyum.
Tuhan.. Ada apa dengannya, kenapa dia begitu menakutkan dengan senyuman seperti itu.
"mas" lagi dan lagi Ayana bertanya.
"Nanti juga kau akan tau."
"Menyebalkan."
Tidak bisa di tebak fikirannya.
mobil melaju di tengah keramaian kota, sampai pada sebuah gedung mewah dengan view yang mengarah ke laut, Ilham memarkirkan mobilnya di basement.
Lalu mereka naik lift untuk ke lobby, ternyata gedung ini adalah apartemen ternama di kota ini,
gedung yang banyak di minati, bahkan harganya sangat mahal.
Di dalam gedung ini juga sudah terdapat beberapa restoran, supermarket, dan boutique.
Ilham dan Ayana duduk di sebuah sofa di dalam lobby.
"Tutup matamu"
"Haaah" mata Ayana terbelalak.
"aku menyuruhmu tutup mata, kenapa kau malah menakuti ku."
"Oh, hehe, maaf," Ayana lalu menutup matanya.
"sekarang buka lah matamu"
Ketika Ayana membuka matanya dia terkejut mendapati Ilham sedang berlutut di hadapannya, sambil menyodorkan sebuah kotak merah beludru di hias pita berwarna silver.
"Apa ini mas?" sambil memegang kotak itu.
"Buka lah, kau akan mengetahuinya." Menyeringai,
"kunci apa ini" Ayana terheran sambil membolak-balikkan kunci itu.
"Nanti kau akan tau, itu sebagai permintaan maaf ku soal kemarin, mari ikut aku,"
Ilham membuka lebar tangannya mengisyaratkan agar tangan Ayana melingkari tangannya. Jalan bergandengan layaknya seorang pasangan.
Sampai pada satu pintu besar Ilham dan Ayana berdiri di sana, pintu itu bertuliskan no.23 presiden VVIP.
"Tutup matamu" pintanya lagi.
"Apa" lagi-lagi matanya terbelalak.
"kenapa setiap aku menyuruhmu tutup mata, malah membuka matamu lebar-lebar." Ilham .
"Eh hehe," lalu Ayana menutup matanya.
Ilham membuka pintu dengan sidik jarinya, pintu itu menggunakan 3 cara yaitu sidik jari, kartu, dan kunci.
"Buka matamu" sambil memapah Ayana masuk ke garis pintu.
Ayana membuka matanya, betapa terkagum nya dia melihat apartemen termewah di negri ini.
"Milik siapa apartemen ini mas" sambil melihat sekeliling isi rumah ini yang sudah full set, semua kebutuhan sudah ada di dalamnya.
"Ini milik ku, tapi mulai saat ini resmi menjadi milik mu." Ilham memeluk Ayana lekat. "ini hanya sekedar permintaan maaf ku atas kemarin, yang tidak menghargai perasaan mu."
"mas, aku bukan siapa-siapa di antara kalian, kamu dan mbak Marta memang seharusnya seperti itu, dan aku ga akan menerima apartemen ini, karna anak ini adalah anak kalian meskipun jalannya berbeda dari surat kontrak, dan setelah anak ini lahir aku bukan siapa-siapa lagi mas, aku akan pergi jauh dari kota ini seperti dulu kita hanya orang asing."
Ayana menitikkan air mata lalu segera menyekanya, agar Ilham tidak menyadari itu.
"anak ini resmi anak kita, bagaimana pun aku akan cari cara agar kita bisa bersama, membesarkan anak kita,"
Kini Ilham semakin mendekat dengan Ayana, meraih wajah Ayana lalu mencium bibir Ayana dengan sangat lembut, menggendongnya ke kamar utama yang sangat besar.
Menidurkannya di ranjang mewah, Ilham menginginkan hal lebih intim lagi, namun Ayana menolaknya.
" mas jangan seperti ini, bukankah aku termasuk selingkuhan? Dan aku tidak ingin di cap seperti itu."
Tapi penolakan Ayana tidak di gubrisnya ia malah semakin menjadi, bahkan tenaga nya jauh lebih kuat, Ayana tidak bisa berbuat apa-apa, berontak pun sudah tiada artinya.
"Sttttttt, kau bukan simpanan ku tapi kau kekasihku, aku akan secepatnya meresmikan hubungan ini,"
"mas, tapi aku punya cita-cita yang tinggi, meneruskan kuliahku, membuat ibu bangga dengan kerja kerasku."
"Bahkan aku tidak akan menghalangi mu untuk mengejar mimpi" Ilham masih terus menciumi Ayana dengan gairahnya.
Ayana terus mengecohkan Ilham dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang tidak masuk akal, agar Ilham tidak melanjutkan kegiatannya.
Tapi Ilham masih terus dengan kegiatannya tidak peduli sebanyak apa pertanyaan Ayana, karna kali ini dia benar-benar menginginkan kekasihnya.
wanita hamil itu sudah tak berdaya berontak pun hanya menghabiskan energinya, Ilham selalu menang dalam pacuannya, tenaga Ayana terkuras, tubuhnya lunglai kali ini Ilham memperlakukannya dengan buas.
Setelah selesai mereka berdua hanya berbaring di bawah selimut, Ilham memeluknya dengan erat sambil terus menciumi wajah gadis itu.
"terima kasih sayang, kamu telah mengandung anak ku, jaga baik-baik ya dua Abuzar kecil yang ada di perutmu,"
Dengan bangga dia menyebutkan kata itu, kini dia akan memiliki anak yang telah dia nanti untuk penerus tahta Abuzarine group.
"mas, sekarang sudah malam apa mas tidak mau pulang ke rumah?"
Ayana takut Marta mencurigainya
"Tidak, aku ingin di sini bersama mu, menemani mu sepanjang waktu,"
"jangan sekarang, nanti mbak Marta curiga, kamu pulang dulu saja,"
"Baiklah jaga dirimu baik-baik, jangan buka kan pintu untuk orang asing bahkan jika ada yang berkata temanku atau saudaraku."
"Baik mas," Ayana tersenyum manis di balik selimut yang hanya terlihat rambut dan wajahnya."
Ilham mencium rambutnya, keningnya pipinya, juga bibir Ayana tak ada satu pun yang tertinggal.
"aaakkhh," Ilham mengacak-acak rambutnya frustasi " bahkan aku bisa gila karna aroma tubuhmu, aku tak ingin jauh dari mu."
dengan berat hati Ilham pulang ke rumahnya, meninggalkan kekasih hatinya.
Ayana masih diam di atas ranjang tidak ada pergerakan sedikit pun, perutnya lapar tapi dia tidak memiliki baju di rumah ini.
"aduuuuh bagai mana ini, aku laper, gimana aku keluar rumah tidak ada baju."
Lalu dia bangun dari tempat tidur melihat baju nya berserakan, berfikir untuk memakainya kembali hanya untuk membeli makanan dan baju di lantai bawah.
Dia berjalan ke lobby melihat-lihat makanan yang enak di bayangannya, dia memilih restoran Nusantara yang menyajikan pecel ayam dan berbagai makanan Indonesia dan Ayana makan dengan lahapnya.
Kemudian dia berjalan menuju butik, pakaian yang biasa dia gunakan tidak ada di toko ini, di sini hanya menyediakan gaun-gaun mewah dan dress-dress, dia hanya membeli satu dress berharap besok Ilham akan membawakan semua barang-barangnya.