NovelToon NovelToon
Gadis Cantik Milik Tuan Mafia

Gadis Cantik Milik Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nouna Vianny

Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kencan Romantis

Saat hendak akan melangkahkan kaki nya keluar dari rumah Jen, hujan turun dengan sangat deras. Jhon pun terpaksa kembali masuk ke dalam, ia tidak ingin sampai di lokasi proyek dalam keadaan basah kuyup.

"Di luar sedang turun hujan, aku boleh kan masih tetap disini" tanya Jhon pada Jessica yang tengah sibuk dengan laptop nya.

"Aku kan sudah bilang, di luar mendung sebentar lagi akan turun hujan. Kau malah tidak percaya"

"Memang nya kau tidak dengar tadi saat di telepon? Tuan Glenn akan mengirim ku ke India jika aku membantah".

"Kau saja yang salah tanggap, jelas-jelas Tuan mu mengatakan jika kau kembali menertawakan nya, kau akan dikirim ke India".

Jhon mengedipkan mata nya berkali-kali, mengingat kembali ucapan Glenn saat panggilan video tadi.

"Apa iya?"

Jessica menjawab nya hanya dengan menaikkan kedua alis.

Jhon menjadi merasa diacuhkan karena Jessica, yang dari tadi sibuk dengan laptop nya. Karena penasaran ia pun berjalan ke arah wanita itu, dan duduk di sebelahnya. Jhon mengerutkan dahi saat melihat bahasa dan tulisan dari negara lain pada layar.

"Kau mengerti bahasa nya?" tanya Jhon sambil menoleh ke arah Jessica.

"Kalau aku tidak mengerti, aku tidak mungkin bisa diterima bekerja di perusahaan nya".

"Ku kira kau sedang akan menerjemahkan sebuah lagu dari negara tersebut".

Jessica menggelengkan kepala nya. "Ini yang disebut kerja remote, aku tidak perlu repot-repot untuk datang ke kantor. Cukup dari rumah dan cuan akan masuk ke akun rekening ku" terang Jessica yang begitu antusias menjelaskan nya.

"Oh begitu, jadi status mu apa kalau hanya bekerja remote begini?"

"Karyawan, tapi secara virtual. Kalau kau sendiri apa status mu di perusahaan mu bekerja?"

Nah kan! Jhon termakan umpan nya sendiri, kalau begini ia jadi bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia terang-terangan tentang tugas nya di dunia bawah.

"Aku, aku bagian pengawas?"

"Pengawas?"

"Iya, mungkin lebih tepatnya Supervisor"

"Bagus, apapun jabatan nya yang penting kita bisa mengerjakan nya dengan baik"

"Tentu saja".

Jhon kembali memerhatikan ke arah layar, meski ia tidak mengerti bahasa nya namun bisa ia tebak, jika Jessica tengah membuat iklan untuk brand ternama suatu baju yang berlambang sebuah bunga. Ia juga memberi aksen warna yang berbeda pada gambar tersebut.

Laptop di matikan, Jessica telah selesai dengan pekerjaan nya. Dan itu membuat Jhon heran.

"Sudah selesai pekerjaan mu?"

"Ya, memang nya kenapa?"

"Cepat sekali".

"Ya! Namanya juga kerja remote aku bisa mengerjakan nya seberapa lama aku mau" terang Jessica.

"Oh seperti itu".

Suasana pun mendadak hening, sementara hujan semakin deras di tambah petir dan juga angin. Jhon juga sebelumnya telah meminta izin kepada Glenn untuk tetap berada dirumah Jessica, sampai hujan itu reda. Dan Glenn mengizinkan nya. Ya! Daripada Jhon sakit dan lebih parahnya tersambar petir, lebih baik ia tetap berada di dalam rumah.

"Apa kau lapar lagi?" tanya Jessica yang memecahkan keheningan.

"Kau masih menyimpan makanan?"

"Bagaimana kalau kita membuat mie ramen pedas sambil menonton drama korea"

"Ah ide bagus!" ucap Jhon sambil menjentikkan jari nya.

Jessica bangkit dari duduknya, namun saat hendak akan melangkahkan lagi kaki nya, terdengar suara guntur dengan kilat yang begitu terang masuk ke dalam rumahnya.

Jessica yang takut akan suara keras seperti itu, memeluk Jhon yang juga ikut berdiri untuk ikut bersama nya ke dapur membuat mie. Gadis itu berteriak kencang. Sebelum hujan turun Demian pamit sebentar untuk bertemu dengan teman nya yang berada di depan gang. Mumpung ada Jhon yang menemani anaknya.

Jhon terperangah kaget saat wanita yang ia benci awalnya memeluknya dengan erat, tubuhnya gemetar dengan mata yang terpejam. Mau tidak mau Jhon pun membalas pelukan wanita itu.

"Hei tenanglah, kau tidak usah takut. Ada aku disini" Jhon mencoba menenangkan. Namun tetap saja kejadian tadi membuat jantung Jessica berdegup kencang.

Jessica sadar telah memeluk Jhon, ia pun melepaskan pelukan nya dan kembali duduk.

"Ini minumlah dulu" Jhon menyodorkan air putih dan meminumkan nya kepada Jessica.

"Terimakasih Jhon".

Tak hanya memberikan Jessica minum, Jhon juga mengelap keringat yang membasahi dahi wanita cantik itu. Wanita mana yang tidak akan terbawa perasaan jika di perlakukan seperti itu. Jantung Jessica juga mendadak berdegup kencang, bukan karena masih merasa kaget, namun merasakan sesuatu yang terjadi pada hati nya.

"Astaga! Kenapa jantung ku tiba-tiba berdegup kencang begini sih". Gumam Jessica dalam hati. Bahkan ia mengumpat dan mengancam dirinya sendiri, agar tidak sampai jatuh hati pada pria yang pernah menghancurkan pot bunga kesayangan nya ini.

Karena jarak mereka yang begitu dekat maka mau tidak mau, mata dan mata saling bertemu. Jika tadi jantung Jessica yang berdegup kencang, kini giliran Jhon yang merasakan itu.

"Oh Tidak, kenapa jantung ku mendadak berdegup kencang begini?" gumam Jhon dalam hati.

Ia berharap tidak sampai jatuh hati pada wanita yang pernah menampar nya itu. Namun jika sudah membahas masalah hati siapapun tidak bisa mengelak nya kan?

Jhon meraih dagu Jessica, perlahan ia mendekat untuk mengecup bibir wanita berlesung pipi itu.

Jessica memejamkan mata nya, sampai pada dimana kedua nya saling menempelkan bibir. Awalnya Jessica ragu untuk membuka mulut. Namun lama kelamaan ia terbawa suasana dan membalas setiap permainan bibir yang diberikan Jhon.

Wajah Jessica memerah saat Jhon mendorong pelan kepala wanita itu, dan menatap nya dengan intens "Wajah mu memerah" . Jessica memalingkan wajah nya saat Jhon mengatakan itu. Padahal ia tidak harus menjelaskannya secara detil, karena itu hanya akan membuat Jessica semakin malu.

"Ah, maafkan aku Jessica. Aku kelepasan " Ucap Jhon yang segera menjaga jarak duduknya dengan Jessica. Wajar saja jika keduanya terbawa suasana, pertama mereka hanya berduaan di rumah tersebut dan yang kedua cuaca nya juga mendukung untuk bermesraan.

"Eh, kita kan tadi mau makan membuat Mie ramen, kau tunggu disini ya aku akan buatkan makanan nya".

Jhon hanya bisa mengangguk sambil tersenyum, kali ini ia memilih untuk diam sampai makanan tersebut jadi.

Jessica menatap wajah nya di cermin dekat toilet, ia membasuh mulutnya yang kering karena permainan bibir tadi. "Kenapa aku diam saja saat dia melakukan itu sih? Ah! Bagaimana kalau dia menganggap aku murahan".

Jessica malah mendadak overthinking, apalagi ia yang pandai membalas setiap belitan lidah dari Jhon. Karena dirinya yang sudah berpengalaman karena pernah memiliki kekasih sebelumnya. Berbeda dengan Jeniffer yang baru pertama kali melakukan nya dengan Glenn.

Tak terasa hari semakin gelap dan hujan pun telah reda, Jeniffer juga telah sampai dirumahnya tak lama setelah Jhon pulang.

"Jessica" seru Jeniffer dari ruang tamu.

"Iya kak". Jessica baru saja keluar dari toilet segera menemui kakak nya.

"Aku mau minta tolong padamu, boleh?"

"Apa itu?"

"Tolong pijiti aku".

"Hah? pijit? Aku tidak bisa kak"

Jeniffer menghela napas kasar, badan nya terasa sangat remuk hari ini. Jen kira pasien tidak akan bertambah setelah sebelumnya tidak berhenti keluar masuk. Nyata nya malah bertambah banyak.

Mungkin karena cuaca yang tidak menentu, hingga membuat kesehatan mereka terganggu. Namun sebagai seorang petugas medis, mereka telah di sumpah untuk tetap melayani nya dengan sepenuh hati.

"Jessica"

"Iya Ayah"

"Ini seperti nya jam tangan pemuda tadi, Ayah menemukan nya di dapur".

"Pemuda? Pemuda siapa ?" timpal Jeniffer yang langsung menegakkan kepala nya dan menoleh ke arah Jessica.

"Jhon". jawab Jessica singkat.

"Jhon, anak buah Glenn maksud mu?"

Jessica mengangguk dengan cepat, "Ada keperluan apa dia kemari?"

Jessica pun menjelaskan kedatangan pria itu ke rumahnya, juga menceritakan mengenai Glenn yang menanyakan dirinya. Jeniffer pun juga tak lupa menceritakan Glenn yang mengirim truk makanan kepada nya.

"Sebaiknya kau tidak usah cerita, jika tidak ingat padaku untuk menyisakan setidaknya sepotong pizza". Jessica melipat kedua tangannya di atas perut.

Jeniffer mencubit pipi adiknya pelan "Kau ini, aku belum selesai bicara sudah merajuk. Tentu saja aku tidak lupa padamu. Sekarang kau pergi ke dapur, aku menaruhnya di microwave". Wajah cemberut Jessica berubah menjadi senyuman yang manis.

"Pergi! Aku sudah tidak membutuhkan mu lagi" Suara Glenn menggelegar di kediaman nya, saat Clea tiba-tiba datang dan masuk ke kamar Glenn.

"Kenapa kau bersikap seperti padaku Tuan? Apakah sudah ada pengganti ku?" kata Clea sambil terisak dan memohon sambil bertekuk lutut di hadapan Glenn.

"Bukan urusanmu, lebih baik kau pergi sebelum nyawa mu melayang". Glenn berkata demikian sambil mengacungkan pistol nya.

"Baiklah, aku akan pergi. Terimakasih" Clea pamit undur diri, ia juga mengembalikan kartu belanja, yang sempat Glenn berikan padanya.

Glenn memasukkan kembali pistolnya ke laci nakas dekat tempat tidur. Ia akan mengubah kebiasaan nya mulai saat ini yang suka bermain wanita, dan fokus pada satu tujuan. Ia suka teringat akan ucapan Sonia jika mereka para kaum hawa, tidak mentolerir pengkhianatan.

Glenn meraih ponsel nya di atas nakas, ia mencari kontak Jeniffer untuk dihubungi. Namun lagi-lagi tidak ada jawaban. "Selalu saja dia seperti ini" gerutu Glenn. Ia kembali menghubungi nya dan yang kali ini panggilan nya di angkat.

"Astaga! Kau ini kemana saja sih, lama sekali mengangkat telepon nya".

"Kau ini tidak ada kerjaan lain selain menelepon ku ya? Aku baru saja selesai mandi".

"Aku tidak percaya".

Jen segera menekan gambar video, untuk mengganti panggilan tersebut.

Glenn meneguk ludah nya saat melihat Jeniffer, yang hanya memakai handuk dan memperlihatkan bagian belahan dada nya yang mulus.

"Kau masih tidak percaya?" Tanya Jen dengan wajah nya yang ketus.

"Ya, aku percaya sekarang. Tapi sekarang kau malah membuat ku tergoda Sayang".

Jeniffer sadar jika ia hanya menggunakan handuk, ia pun segera mematikan panggilan video tersebut. Glenn tidak marah malah senyam senyum dibuatnya.

Tak lama Glenn pun mengirim pesan agar Jen bersiap karena sebentar lagi ia akan menjemput. Membaca pesan tersebut, Jen panik ia segera mengeringkan rambutnya. Kemudian memilih pakaian yang cocok untuk dipakai.

Jen berkacak pinggang saat tidak menemukan baju yang cocok menurut nya untuk dipakai. "Ck, aku harus pakai baju yang mana kalau begini".

Tak lama suara mobil terdengar mendarat di halaman rumah nya. Glenn datang dalam keadaan Jen yang belum bersiap. Demian yang sedang menonton TV segera bangun dan mempersilahkan Glenn untuk masuk.

"Silahkan masuk Nak, Jeniffer masih berada di kamar nya, ia tengah bersiap" ucap Demian.

"Iya" kata Glenn singkat dengan memberikan senyuman termanis .Ada rasa malu dan gugup saat ia bertatapan langsung dengan Demian. Karena ini adalah pengalaman pertama nya ia apel ke rumah seorang gadis dan langsung bertemu dengan orang tua nya.

Jangankan datang ke rumah dan bertemu orang tua nya, untuk menjemputnya saja Glenn enggan. Namun ia benar-benar melakukan nya kali ini hanya untuk Jen. Gadis yang berhasil merebut hatinya. Yang membuatnya uring-uringan jika Jen belum membalas pesan nya.

Setelah menunggu selama 15 menit, Jeniffer keluar dari kamar nya. Ia sudah diberitahu oleh Demian jika Glenn tengah menunggu nya di ruang tamu. Maka dari itu Jen pun mempercepat merias wajah nya.

Malam ini ia tampil cantik dan anggun dengan memakai dress bodycon tanpa lengan berwarna kuning. Dan dibalut dengan blazer berwarna putih susu. Tak lupa dengan riasan tipis untuk membuat penampilan nya lebih memukau.

"Kau cantik sekali malam ini Sayang" kalimat pertama yang di ucapkan Glenn saat melihat Jen.

"Terimakasih, ayo kita berangkat"

"Aku harus pamitan pada Ayah mu kan?"

Jessica yang mendengar hal itu segera memanggil sang Ayah, yang berada di kamar.

"Tuan, aku izin mengajak Jen untuk pergi makan malam".

"Baiklah, hati-hati di jalan ya nak". Glenn dan Jeniffer pun undur diri

Kedua nya kini tengah berada di perjalanan, sengaja Glenn tidak membawa anak buahnya, karena tidak ingin kencan mereka terganggu dan mengundang perhatian dari banyak orang. Sebab Jen pernah mengatakan jika dirinya merasa tidak nyaman, saat di ikuti oleh para pengawal dari belakang.

Sesekali Glenn menggenggam tangan Jen lalu mengecup nya. Jen yang tidak ingin Glenn hanya berusaha sendiri pun membalas nya, ia kecup balik punggung tangan Glenn. Ia juga sesekali menyandarkan kepala nya di bahu Glenn yang tengah menyetir. Begitu romantis bukan?

Sesampai nya di sebuah restoran Glenn turun lebih dulu dan mempercepat langkah nya, untuk membukakan pintu untuk Jen.

"Terimakasih, padahal aku bisa melakukannya sendiri".

"Aku akan membuat mu bahagia malam ini". Glenn mengulurkan tangan nya dan Jen pun membalas nya. Keduanya masuk ke dalam restoran tersebut, sambil bergandengan tangan.

Seorang pelayan membukakan pintu saat melihat sepasang kekasih itu, akan masuk ke dalam. Glenn juga sudah memesan tempat tersebut sejak tadi siang.

Glenn menarik kursi untuk Jeniffer dan mempersilahkan Jen duduk. Kemudian ia duduk bersebrangan langsung dengan kursi Jen.

Tak lama setelah keduanya duduk, seorang pramusaji datang dan memastikan kembali pesanan yang telah dipesan oleh Glenn bersamaan saat reservasi tempat.

"Kau suka dengan tempat nya Sayang?" tanya Glenn sambil kembali mengecup punggung tangan Jen.

"Suka sekali, hening dengan lampu yang temaram"

"Apa kau suka kesunyian?"

"Ya, karena dalam kesunyian tersebut kita bisa mendapatkan ketenangan, membuat fikiran yang sempat berantakan menjadi normal". terang Jen.

"Kau benar sayang, aku pun sependapat dengan mu".

Obrolan mereka harus terhenti saat beberapa orang pramusaji datang membawa pesanan mereka, yaitu steak dan kobe wagyu dan  Italian white alba truffle.

dua menu makanan mahal yang bukan ada di satu negara tapi juga dunia.

"Bagimana daging nya, kau suka?" tanya Glenn.

"Tentu saja, daging nya sangat lembut".

Glenn tersenyum puas, hatinya merasa bahagia saat melihat wajah Jen yang berseri-seri. namanya juga akan merasa senang, jika diberi makanan enak.

Selesai makan malam, pramusaji tadi kembali dengan membawa sampanye dan gelas berkaki tinggi. Satu botol Wine seharga satu buah mobil yang dipesan Glenn.

"Cheers" keduanya bersulang lalu meneguk minuman beralkohol berwarna merah pekat itu.

Glenn merapatkan duduknya dengan Jen, lalu ia keluarkan sebuah kotak dari dalam saku jas nya. Mengeluarkan sebuah benda yang berkilau dan menyematkannya di jari manis Jeniffer.

Glenn berhasil membuat Jeniffer haru hingga menitihkan wanita itu menitihkan air mata, perlakuan manis yang membuat hati siapa saja luluh.

"Cincin yang cantik, untuk wanita yang istimewa"

Jen tidak dapat berkata-kata, ia langsung memeluk Glenn. "Terimakasih Glenn". Dengan suara lirih dan air mata yang meleleh.

Glenn melepas pelukan itu dan mendorong perlahan tubuh Jen. Ia meraih dagu lancip itu dan langsung mengecup nya dengan lembut. Glenn tak menyangka jika Jen membalas kecupan itu, ia kira Jen akan marah karena melakukan nya di tempat terbuka.

"Mau dansa?"

"Aku tidak bisa".

"Kau kan pernah melakukan sebelumnya".

Jen tersipu malu ia kembali di ingatkan saat Baron mengajak nya berdansa.

Glenn mengulurkan tangan nya dan membawa Jen ke tengah untuk berdansa. Alunan musik yang terdengar begitu syahdu mengiringi gerakan mereka.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memotret keduanya, dari kejauhan. Lalu berlalu setelah mendapatkan gambar tersebut.

"Aku menyukai mu Jen" bisik Glenn sambil menggoyangkan tubuhnya dengan tangan menempel pada pinggang ramping Jen.

"Hanya itu?"

"Maksud mu?" Glenn mengerutkan dahi.

"Kau menyukai ku karena apa?"

"Kau tahu? Saat pertama kali aku melihat mu, aku langsung menyukai mu. Dan aku sudah mengklaim jika dirimu adalah milikku".

"Alasan nya?"

"Karena kau cantik dan membuat ku terpesona"

"Selain itu?"

"Kau juga bisa membuat ku uring-uringan jika kau tidak memberi ku kabar".

"Berarti bukan karena kau mencintai ku?"

Glenn terdiam atas pertanyaan Jen yang seperti peluru panas menembus jantung nya.

Cinta? Kenapa wanita selalu ingin mendengar laki-laki menyebut satu kata itu ? Bukankah dengan perlakuan Glenn sudah membuktikan jika, ia memang benar-benar mencintai Jen? Apakah cinta itu perlu juga di ungkapkan melalui kata-kata? Glenn juga tidak tahu apakah perasaan yang tengah ia rasakan itu bisa disebut cinta, atau obsesi.

1
Author Amatir
good story
im_soHaPpy
Gaya bahasa penulisnya enak banget, bisa ngebuat baper atau ketawa-ketawa.
Vianny: Thank you 🥰
total 1 replies
Tsukasa湯崎
Saya sangat menikmati ceritamu, jangan berhenti menulis ya author!
Yoh Asakura
📖Saya telah membaca banyak cerita sepanjang hidupku, dan ini salah satu yang paling berkesan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!