Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 15
Satu tahun berlalu sejak kepergian Amora, namun bayangannya masih menghantui kehidupan Arhan. Hari-harinya kini semakin dingin, penuh kemarahan yang tak terarah, dan jauh dari kebahagiaan.
Kinanti datang membawa secangkir kopi ke ruang kerja suaminya. “Mas, ini aku buatkan kopi.”
Arhan menatap dingin. “Siapa yang menyuruhmu?”
Kinanti tersenyum kecil, mencoba menghilangkan jarak di antara mereka. “Tidak ada, Mas. Bukankah ini tugas seorang istri melayani suaminya?”
Arhan mendengus. “Terserah kau saja.”
Kinanti duduk di hadapannya, mendorong cangkir kopi ke arahnya. “Kenapa tidak diminum, Mas?”
“Aku tidak ingin.”
“Mas...” Kinanti menarik napas dalam-dalam. “Mau sampai kapan kamu seperti ini? Sudah lebih dari setahun pernikahan kita, tapi sedikit pun kamu tidak mau menganggap ku.”
Arhan memandangnya dengan sorot tajam. “Karena aku tidak mencintaimu. Kau tahu itu.”
Air mata Kinanti mulai mengalir, tapi ia tetap berusaha tegar. “Karena hatimu masih untuk wanita itu, kan? Makanya kau sulit mencintaiku.”
“JANGAN PERNAH MENYEBUT AMORA SEPERTI ITU!” teriak Arhan sambil mencengkeram lengan Kinanti dengan keras.
“Mas, lepas! Sakit!” Kinanti terbatuk, mencoba melepaskan diri.
Rara yang mendengar keributan langsung masuk ke dalam ruangan. “Arhan, apa yang kamu lakukan? Lepaskan dia! Apa kamu mau membunuh istrimu?”
“Lebih baik begitu!”
“Arhan! Jaga mulutmu!”
Dengan teriakan frustrasi, Arhan melempar barang di mejanya lalu keluar dengan langkah berat, meninggalkan ponselnya di meja.
Rara segera mendekati Kinanti. “Kinan, sayang, kamu gak apa-apa?”
Kinanti menangis terisak. “Ma... Sampai kapan Kinan harus bertahan seperti ini? Apa pun yang Kinan lakukan, Mas Arhan tetap tidak pernah berubah. Semua cara sudah kita coba...”
Rara menepuk punggung Kinanti pelan. “Tenang, Kinan. Selama Mama masih pura-pura sakit, Arhan tidak akan berani meninggalkan pernikahan kalian.”
Kinanti menatap ibunya dengan ragu. “Apa Mama yakin terus berbohong soal penyakit Mama?”
“Ini satu-satunya cara agar pernikahan kalian bertahan.”
Namun tiba-tiba suara berat Arhan memecah percakapan mereka. “Jadi selama ini Mama menipu Arhan?”
Rara membelalak kaget. “Arhan, bukan begitu maksud Mama...”
Arhan menggeleng kecewa. “CUKUP, MA! Arhan sudah cukup ditipu. Karena Mama, aku kehilangan segalanya. Karena Mama, aku kehilangan orang yang paling aku cintai!”
“Dia tidak pantas untukmu, Arhan! Hanya Kinanti yang pantas berada di sisimu!”
“Mama jahat... Karena Mama, Amora pergi. Karena Mama, calon anakku meninggal!”
Rara terpana. “Anak? Apa maksudmu? Kamu bahkan tidak pernah menyentuh istrimu!”
“Itu karena aku tidak pernah menganggapnya sebagai istriku!” Arhan menatap Kinanti dengan dingin. “Aku menikah denganmu karena terpaksa. Sekarang aku tidak peduli lagi. Aku talak kamu, Kinan. Besok aku urus surat perceraian kita.”
“Mas, jangan! Aku mohon jangan ceraikan aku!” Kinanti meraih tangannya sambil menangis.
Namun Arhan menarik tangannya kasar. “Aku sudah muak melihat kalian berdua. Jangan pernah temui aku lagi!”
Rara berteriak memanggilnya, namun Arhan sudah pergi meninggalkan rumah dengan penuh amarah.
°°Di Jepang°°
Amora kini menjalani kehidupan sederhana, bekerja di sebuah toko kecil di negeri sakura. Namun takdir membawanya bertemu dengan Vio, sepupu Arhan, yang kebetulan menjadi salah satu pengunjung toko.
“Amora? Kamu Amora, kan?” panggil Vio dengan kaget.
Amora terdiam, bingung dengan wanita yang tampak mengenalinya. “Maaf, kita pernah bertemu?”
“Aku Vio, sepupu Arhan dan dokter keluarga Saskara.”
Jantung Amora berdetak kencang. Ia mencoba menghindar. “Maaf, saya harus kembali bekerja.”
Namun Vio menarik lengannya lembut. “Tunggu. Kita perlu bicara.”
Amora menunduk, mencoba mengendalikan emosinya. “Untuk apa, Vio? Arhan sudah punya istri. Aku tidak mau terlibat lagi.”
“Tapi Arhan masih mencintai kamu, Amora.”
Amora tersenyum pahit. “Cinta? Aku tidak percaya lagi dengan cinta.”
“Kamu satu-satunya wanita yang dia cintai, Ra. Kamu tahu bagaimana hidupnya setelah kamu pergi? Dia hancur. Dia kehilangan segalanya. Setiap malam dia mabuk, dan hanya namamu yang dia sebut.”
Mendengar itu, Amora tak mampu menahan tangisnya. “Hiks... Hiks... Vio...”
Vio memeluknya erat. “Menangislah, Ra. Semua ini terlalu berat untuk kamu pendam sendiri.”
Amora menangis sesenggukan di pelukan Vio. “Aku mencintainya, Vi. Tapi aku tidak boleh egois. Dia sudah punya istri, dan aku tidak ingin menjadi perusak.”
Vio mengusap punggung Amora pelan. “Aku mengerti, tapi izinkan aku untuk tahu di mana kamu tinggal. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”
Amora mengangguk dengan berat hati. “Baiklah, Vio. Tapi aku mohon, jangan beri tahu Arhan soal keberadaan ku.”
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁