Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah
Leo begitu penasaran karena di dalam kamar Itu ada botol, yang membuat Leo lebih penasaran lagi tercium bau amis dari sana. Botol itu memang berwarna putih, tetapi ada sisa-sisa warna merah di sana.
Leo tentunya menjadi curiga dengan botol itu, dia melangkahkan kakinya untuk mengambil botol tersebut. Namun, dengan cepat Nirmala mengambil botol itu dan melemparkannya keluar jendela.
"Loh, Yang. Kenapa dilempar? Memangnya botol apa itu?"
"Ehm! Emmmm---"
Nirmala kebingungan harus menjawab apa, dia sedikit panik. Wajahnya kentara menampilkan kegugupan, bahkan keringat mulai membanjiri dahinya.
"Yang, tolong katakan. Sebenarnya ada apa?"
Nirmala tentunya kembali memutarkan otaknya, dia tak boleh salah dalam berucap. Wanita itu mencoba untuk tersenyum, lalu dia menggenggam kedua tangan suaminya.
"Tadi aku nyiram tanaman, terus nemu botol. Kotor itu, tadinya mau aku buang. Tapi pas keluar rumah ada banyak orang, ada polisi juga. Jadi lupa aku bawa ke dalam kamar," ujar Nirmala.
"Benarkah?"
"Ya," jawab Nirmala.
Sesungguhnya Leo sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh istrinya tersebut, karena wanita itu berkata dengan kegugupan yang luar biasa di wajahnya.
Leo merasa kalau dirinya sedang mendengarkan kebohongan, tetapi jika dia ingin berdebat dengan istrinya, dia takut kalau kandungan istrinya akan kenapa-kenapa.
"Ya udah gak apa-apa, tapi lain kali jangan dilemparkan keluar jendela seperti itu. Kamu tahu di luar lagi banyak orang, takutnya nanti kelempar kena kepala orang. Oke?"
"Iya, Mas," jawab Nirmala.
Nirmala mengusap dada, karena Leo tak lagi memperdebatkan hal itu. Keduanya nampak akur seperti biasanya, hingga malam harinya Leo mengutarakan keinginannya kepada sang ayah.
Juragan Bagus tentunya mengizinkan Leo untuk mengurus usaha milik pria itu di kota, juragan Bagus bahkan langsung meminta orang kepercayaannya untuk membeli rumah yang tak jauh dari toko perhiasan.
Toko perhiasan milik juragan Bagus ada di tempat yang strategis, dia berharap jika Leo dan juga Nirmala akan hidup tenang di sana. Tak ada gangguan setan seperti yang terjadi di kampung halaman mereka.
"Hati-hati di jalan ya, Nak. Kalau sudah sampai jangan lupa kabari ibu," ujar Bi Ratmi.
Wanita paruh baya itu terlihat begitu bersedih saat melihat putrinya akan pergi ke kota, dari bayi dia selalu menjaga anaknya itu, dia merasa tidak rela hatinya jika harus berjauhan dengan putrinya tersebut.
"Iya, Bu. Pasti, Nirmala akan selalu memberikan kabar kepada ibu."
"Jaga diri dan jaga calon buah hati kamu baik-baik ya, Nak. Bapak pasti akan kangen banget sama kamu," ujar Pak Heri.
Pria itu sampai menangis sambil memeluk putrinya, sedih sekali rasanya akan berjauhan dengan putrinya tersebut. Karena jarak dari kampung halaman mereka menuju kota lumayan jauh.
"Iya, Pak. Bapak sama Ibu di rumah hati-hati, Bapak nggak boleh sakitin ibu. Nirmala sayang sama kalian," ujar Nirmala.
Nirmala juga berpamitan kepada juragan Bagus, pria itu seakan enggan melepas kepergian menantu perempuannya itu. Terlebih lagi menantu perempuannya itu sedang hamil anak kembar, tetapi dia juga merasa kalau berada di kampung halamannya tidaklah aman.
"Tunggu sebentar," ujar Bi Ratmi ketika Nirmala sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kemudi.
"Apa, Bu?"
"Ini jimat keberuntungan, jangan lupa dibawa ke manapun kalau kamu sudah tiba di kota."
Bi Ratmi menyerahkan kantong kecil kepada Nirmala, Nirmala sampai menggelengkan kepalanya karena ibunya itu masih percaya dengan yang namanya jimat keberuntungan.
"Emang hari gini masih ampuh ya, Bu?"
"Ampuh, Nak. Itu kalau kamu pakai pasti setan bakalan menghindar, jangan lupa pakai."
"Iya," jawab Nirmala yang langsung menyimpan jimat keberuntungan dari ibunya itu di dalam tasnya.
Nirmala akhirnya pergi ke kota bersama dengan Leo, Leo mengendarai mobilnya sendiri karena nantinya mobil itu akan dia pakai untuk transportasi di kota.
Tiba di kota ternyata rumah yang dibelikan oleh juragan Bagus lumayan besar, ada tiga kamar di sana. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan juga dapur. Untuk kamar mandi sudah ada di setiap kamarnya.
"Rumahnya gede juga loh, Yang. Apa perlu kita mempekerjakan pembantu?"
"Nggak usah, nyuci bisa pakainya mesin cuci. Nyapu bisa pakai mesin juga, nanti kalau kewalahan aku tinggal panggil petugas kebersihan aja."
"Ya udah oke, kalau kamu lelah juga nggak usah masak. Nanti beli saja," ujar Leo.
"Ya," jawab Nirmala.
Kedunya lalu merapikan barang-barang yang mereka bawa, setelah selesai Leo mengajak istrinya untuk duduk di ruang keluarga.
"Laper, Yang. Aku nyari makan dulu, sekalian beli bahan makanan buat stok. Kamu mau ikut gak?"
"Nggak ah, aku cape. Mau boboan aja," jawab Nirmala.
"Oke, aku akan cari makan."
Nirmala nampak masuk ke dalam kamar untuk merebahkan tubuhnya, sedangkan Leo pergi menuju swalayan. Karena tujuan utamanya adalah membeli bahan-bahan makanan terlebih dahulu, membeli camilan dan barang-barang yang diperlukan.
Setelah itu, baru dia akan pergi membeli makanan siap saji. Agar istrinya itu tidak perlu memasak, karena Nirmala pasti kecapean setelah hampir setengah harian di jalanan.
"Semua perlengkapan rumah sudah dibeli, bahan makanan juga sudah ada."
Leo memasukkan semua bahan yang sudah dia beli ke dalam bagasi mobil, kemudian dia melajukan mobilnya menuju tempat di mana banyak pedagang yang menjajakan makanan.
Dia pergi ke alun-alun kota, karena di sana biasanya suka banyak makanan. Saat dia turun dari mobil, dia melihat seorang wanita cantik yang sedang mengajar anak-anak jalanan membaca dan juga menulis di taman.
Wanita itu memakai gamis yang membuat tubuhnya tertutup dengan rapat, bahkan wanita itu memakai kerudung. Cantik sekali, Leo tersenyum karena masih ada wanita cantik yang peduli mau mengajari anak jalanan menulis dan membaca.
Namun, tak lama kemudian Leo menyadari kalau dia merasa begitu kenal dengan wanita itu. Leo bahkan tanpa sadar langsung melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah wanita itu.
"Erika? Kamu Erika?"
Wanita berhijab yang sedang mengajar anak-anak itu menolehkan wajahnya ke arah Leo, wanita itu awalnya begitu kaget saat berhadapan dengan Leo. Namun, tak lama kemudian dia tersenyum.
"Ya, aku, Erika."
"Kamu apa kabar?" tanya Leo sambil mengulurkan tangannya.
Erika tak membalas uluran tangan dari Leo, tetapi wanita itu malah mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Alhamdulillah baik, bagaimana dengan kamu dan juga Nirmala?"
Melihat tingkah dari Erika, Leo menjadi malu sendiri dibuatnya. Dia tersenyum canggung, lalu menganggukan kepalanya.
"Kami baik, Nirmala juga sedang hamil. Oiya, sejak kapan kamu berhijab? Sejak kapan kamu mengajar anak jalanan?"
mungkin diruqyah iku si nirmala biar sembuh....
seandainya pun Nirmala tobat, tapi dia kan udah membunuh banyak nyawa. trus jiwanya udah digadaikan sama sayton. emang bisa ya lepas gitu aja,
justru anak kandungmu itu ditimbulkan sama Nirmala Loh... kok kamu biasa aja Leo... nggak marah...
padahal bagus banget. bikin geregetan.