Dinikahi Miliader

"Ikut aku kekamar!"

Alex menarik tangan vella agar langkah mereka sejajar, begitu sampai dikamar pintu langsung di kunci Alex.

"Mas, kenapa kamu marah-marah. seharusnya kamu senang aku dan kekasihmu bisa akur, bahkan dia juga meminta bantuan ku agar hubungan kalian semakin membaik lagi kedepannya."

"Jangan bahas perempuan itu lagi, kamu tidak mengenal siapa Natali yang sesungguhnya, dia sangat berbahaya." ucap Alex maju.

"Lalu kenapa kamu marah padaku, salahkan saja Natali yang sudah menemui ku duluan."

"Kenapa kamu ingin bercerai?"

"Tidak, Aku tidak serius. mana mungkin aku ingin bercerai dari pria tampan dan kaya seperti mu, tuan. dimana diluaran sana banyak wanita yang berlomba untuk mendapatkan cinta mu, sedangkan aku adalah perempuan paling beruntung yang kamu nikahi, mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini." Vella berusaha meyakinkan Alex, agar tidak mendapatkan hukuman lebih gila lagi.

Seringai kemenangan terukir di bibir Alex, setelah mendengar kata-kata manis dari bibit Ravela. dia semakin bersemangat untuk memulai percintaan panas malam ini, termasuk keinginan untuk membuat Ravela untuk hamil secepatnya, paling tidak dia bisa membuat opa lebih bahagia lagi dihari tua nya dengan kehadiran seorang cucu buyut, yang mengalir darah daging Alex sendiri.

Seperti biasanya, selesai sarapan Vella mengantar Alex sampai teras utama. namun sebelum suaminya masuk kedalam mobil Vella bersuara dengan hati-hati.

"Suamiku, nanti siang Elisa mengajak ku jalan-jalan, aku suntuk setiap hari terkurung di rumah. apa kamu mengizinkan nya?" tanya vella hati-hati takut Alex masih marah.

"Boleh, tapi ingat ketentuan nya. dan jangan buat aku marah lagi."

"Ya, aku berjanji."

Vella tersenyum senang, setelah mobil Alex meninggalkan gerbang utama, Vella langsung menghubungi Elisa. mereka akan berjalan-jalan sepuas-puasnya seperti saat-saat remaja yang indah dulu.

Dengan diantar oleh seorang sopir pribadi dan asisten Rani, Vella duduk dengan nyaman sambil memikirkan sikap Alex yang terkadang begitu manis namun sangat sulit untuk ditebak. mobil berhenti disebuah kafe tempat Vella dan Elisa janjian untuk ketemu.

"Vella!"

"Elisa!"

Dua sahabat ini saling berpelukan melepas kerinduan, sudah hampir sebulan lebih mereka tidak bertemu lagi di karenakan Elisa sudah bekerja diluar kota. sehingga dia hanya bisa sesekali mengunjungi dan bertemu Vella.

"Vella, kamu terlihat semakin cantik dan terawat. ternyata suamimu memperlakukan mu dengan sangat baik, aku ikut senang melihat perubahanmu yang sekarang." puji Elisa.

"Tapi, sikap suamiku masih sulit untuk ditebak, Elisa."

"Kamu sabar saja dulu, aku yakin cepat atau lambat kalian berdua akan saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, ingat! suami istri itu harus saling melengkapi." tutur Elisa sok bijak.

"Oya mumpung kita sudah di dalam kafe, kamu mau pesan minuman dan makanan apa?"

"Terserah, kan selera kita selalu sama soal makanan dan minuman ha...ha..."

Obrolan Vella dan Elisa terus berlanjut, disela-sela menyeruput minuman segar. menikmati suasana alam yang indah disekeliling kafe, Vella dan Elisa juga mengabadikan momen tersebut seraya berfoto Selfi.

"Meskipun kafe ini terletak dipinggiran kota, namun selalu ramai pengunjung."

"Mungkin karena pemandangan alam, serta pohon-pohon ini juga membuat pengunjung merasa nyaman. termasuk air mancur yang sangat jernih, sehingga memanjakan mata pengunjung nya."

Mereka menikmati makanan dan minuman yang enak, tidak lupa Vella mengajak sopir dan asistennya Rani, meskipun dengan meja yang berbeda. demi kenyamanan dan bisa leluasa ngobrol-ngobrol dengan Elisa.

"Bagaimana jika kita sekarang ke mall, yang ada dipusat kota." tawar Elisa.

"Boleh juga."

Kali ini, Elysa maju untuk membayar makanan mereka, dia merasa sungkan karena Vella seringkali mentraktir nya.

"Elisa, biar aku saja."

"Tidak Vella, anggap saja ini traktiran pertama dari gaji pertama ku bekerja." bujuk Elisa.

"Oke, kalau kamu memaksa. terimakasih ya."

Mobil melaju menuju sebuah pusat perbelanjaan mewah, dua sahabat ini berjalan saling bergandengan tangan. sedangkan asisten dan sopir lebih memilih untuk mengawasi Vella dari kejauhan.

"Elisa, kita masuk ke toko pakaian dalam dulu yuk." ajak Vella.

"Kenapa?"

"Buah dada dan pantat ku seperti semakin berisi, sehingga tidak muat lagi." ucap Vella dengan wajah memerah.

"Apa semua ini gara-gara kebuasan suamimu?"

"Ya, dia selalu memainkan tiap malam."

"Wah pasti enak dong, aku jadi pengen cepet-cepet kawin juga." ucap Elisa tanpa sadar.