NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:20.3k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Cinta yang seharusnya menguatkan, justru menjadi luka yang menganga. Eva, perempuan dengan hati selembut embun, dikhianati oleh pria yang dulu ia sebut rumah.

"Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa." gumam Eva Alexia


Bagaimana takdir cinta Eva Alexia selanjutnya? Apakah dia akan tetap mempertahankan pernikahan nya atau mengakhiri semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Perempuan Mandul

Eva masuk ke rumah besar bergaya kolonial itu dengan langkah pelan dan perasaan berdebar-debar. Udara di dalam rumah terasa berbeda—seolah dipenuhi aura tegang yang tak kasat mata. Padahal ini bukan pertama kalinya dia berkunjung, namun tetap saja, hatinya tidak tenang. Bukan karena takut, tidak. Eva bukan tipe wanita penakut.

Tapi kali ini, seperti juga yang sebelumnya, dia merasa tidak nyaman jika harus kembali berhadapan dan berselisih pendapat dengan mama mertuanya. Harapannya sederhana—semoga saja kali ini semuanya bisa berjalan damai. Tidak ada sindiran, tidak ada pertikaian kecil yang melebar, hanya obrolan biasa di meja makan.

Langkahnya membawanya ke ruang makan yang luas, dihiasi lampu gantung kristal yang menggantung megah di langit-langit. Di sana, sudah duduk kedua mertuanya dan adik iparnya, Renno. Ia mengenal Renno sejak dulu—teman semasa sekolah yang kebetulan seumuran dengannya. Dulu mereka cukup dekat, tapi sejak Eva menikah dengan kakaknya, hubungan mereka menjadi agak canggung. Tidak dingin, tapi juga tak sehangat dulu.

“Eva, akhirnya kamu datang juga, nak,” sapa Abian Wicaksana, papa mertuanya, dengan suara ramah dan senyum hangat yang jarang terlihat sejak kejadian beberapa bulan lalu.

Eva mengangguk kecil dan mendekat untuk menyalami tangan pria paruh baya itu. “Papa apa kabar?” tanyanya pelan.

“Papa baik-baik saja. Ayo duduk, nak.” Abian dengan lembut menepuk kursi di sisi kirinya, memberi isyarat agar Eva duduk di sana. Dia memang sengaja memintanya duduk sebelum Eva bergerak lebih jauh. Abian tahu betul kebiasaan Eva yang selalu berusaha bersikap sopan dengan menyalami mama mertuanya terlebih dahulu. Tapi, entah kenapa, Rista—istrinya—selalu bersikap dingin, bahkan kadang terang-terangan mengabaikannya. Daripada suasana jadi canggung sejak awal, Abian memilih untuk memotong kebiasaan itu sejak dini.

"Iya, Pa,” sahut Eva singkat. Ia duduk perlahan, mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Tanpa sengaja, matanya bertemu dengan tatapan tajam mama mertuanya, Rista. Tatapan itu dingin, tak menyembunyikan ketidaksukaan yang sejak awal pernikahan memang tak pernah berhasil disembunyikan wanita itu.

Belum sempat Eva mengalihkan pandangan, suara ceria langsung menggema dari seberang meja.

“Aiden... cucu kesayangan Oma, akhirnya kamu datang juga!” seru Rista dengan suara yang tiba-tiba berubah lembut dan penuh semangat. Raut wajahnya yang sebelumnya tegang kini bersinar ceria, dan tanpa ragu ia segera menghampiri Aiden, lalu mencium pipi gempalnya dengan antusias.

Aiden tertawa kecil, senang menerima perhatian itu. Bocah kecil berusia satu tahun itu memang manis dan mudah disukai siapa saja. Tapi bagi Eva, momen itu menjadi pemandangan yang sulit diabaikan. Dada Eva berdenyut perih. Ada rasa iri yang menghunjam, walau ia berusaha untuk menahannya. Ia tersenyum tipis, mencoba terlihat biasa saja, meski hatinya mulai terasa berat.

Selama ini, seorang cucu sangat diharapkan dalam keluarga Wicaksana. Eva tahu itu. Tekanan tak langsung, komentar-komentar halus dari kerabat, hingga sorot mata Rista yang penuh tuntutan—semua itu Eva simpan dalam diam. Namun, dia belum bisa memberikan keturunan. Sudah bertahun-tahun mencoba, namun belum juga berhasil. Ironisnya, justru perempuan lain yang kini membawa seorang anak ke dalam keluarga ini—anak dari suaminya sendiri.

Eva mengalihkan pandangan ke arah lain, mencoba menahan gelombang emosi yang perlahan menggenang di matanya. Dia meneguk ludah, lalu menarik napas dalam-dalam. Hari ini, ia hanya ingin melewati waktu makan siang dengan tenang. Tanpa drama. Tanpa luka baru.

Tapi rumah ini, dan segala kenangan serta tuntutan di dalamnya, selalu punya cara untuk mengusik hatinya.

"Ayo kita makan malam bersama." ajak Abian, "Papa sudah lapar." ucapnya lagi. Semua orang pun mulai menikmati makanan tersebut.

Renno yang sedari tadi duduk diam di seberang meja hanya melirik sekilas ke arah Eva, lalu kembali menunduk, pura-pura sibuk dengan sendok dan garpunya. Dia bisa merasakan ketegangan yang perlahan mengendap di ruangan itu. Sebagai orang luar yang cukup mengenal masing-masing karakter di meja makan ini, ia tahu, dalam situasi begini, salah bicara sedikit saja bisa jadi pemicu pertengkaran.

“Makannya ditambah, Aiden. Oma masakin sop kesukaan kamu, tahu?” kata Rista dengan nada manja, lalu menyendokkan makanan ke piring cucunya. Ia bahkan tidak melirik ke arah Eva sedikit pun.

Eva menatap sendok di tangannya. Ujungnya bergeser pelan di atas piring kosong. Dia tak tahu harus berbuat apa.

“Eva, kamu nggak ambil makanan?” tanya Abian, berusaha mencairkan suasana yang semakin terasa berat.

“Oh, iya, Pa.” Eva tersentak kecil dan buru-buru mengambil sendok sayur. Ia menyendokkan nasi dan sedikit sup ke piringnya, tapi selera makannya sudah lama menguap sejak tatapan Rista pertama kali mendarat di wajahnya.

Renno akhirnya angkat bicara, meski suaranya pelan. “Eva, kamu masih kerja di kantor lama?”

Pertanyaan itu seperti secercah cahaya di tengah langit kelabu. Eva mengangguk sambil tersenyum kecil. “Masih, Ren. Tapi sekarang aku lebih banyak pegang proyek di luar kota.”

“Wah, hebat. Dengar-dengar kamu dapat penghargaan dari klien luar negeri ya?”

Eva terkejut. “Kok kamu tahu?”

Renno tertawa kecil. “Ya tahu lah. Kamu pikir aku nggak pernah buka LinkedIn? Enggak kayak suami kamu itu, pasti dia gak tau kan? Kalau kamu dapat penghargaan itu." perkataan Renno di akhir kalimat terdengar seperti menyindir Ardian.

Ardian tersinggung dengan perkataan adiknya, tapi itu semua benar. Dia tidak tahu jika istrinya baru saja mendapatkan penghargaan. Ke mana saja dia selama ini, sampai yang di lakukan istrinya saja dia tidak tahu.

"Kamu kok enggak bilang sih, Va? Kalau kamu dapat penghargaan?" tanya Ardian, nada pertanyaannya sedikit menyudutkan Eva, dia tidak mau disalahkan karena tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh istrinya.

Belum sempat Eva menjawab, Renno terlebih dahulu berkata, "Wah, seorang suami tidak tahu apa yang dilakukan istrinya. Ohh iya lupa, kan punya dua istri Tentu saja salah satu istrinya akan diabaikan. Ckkk... kalau aku jadi Eva, aku bakal menggugat cerai." ejek Renno dengan kekehan kecil

"Diam kamu, Renno!" bentak Ardian, "Jangan ikut campur urusanku."

Suasana telah panas, kini semakin memanas dengan Rista yang menyahut tanpa menatap siapa pun secara khusus. “Penghargaan setinggi langit pun, kalau perempuan tidak bisa memberikan keturunan, tetap saja dianggap belum berhasil menjalankan kodratnya.”

Seketika hening. Bahkan sendok yang barusan hendak diangkat oleh Abian pun berhenti di udara.

Dada Eva terasa seperti ditinju dari dalam. Matanya memanas, tapi dia paksa dirinya tetap duduk tegak. Tidak boleh menunjukkan kelemahan. Tidak di depan Rista.

“Ma...” suara Abian terdengar pelan namun tegas.

Namun Rista mengangkat tangannya, seolah menolak diinterupsi. “Mama hanya bicara apa adanya. Semua orang di keluarga ini tahu, kalau aku tidak pernah menyukai kemunafikan.”

Eva menggenggam erat sendoknya. Tidak, dia tidak akan membalas.

"Perempuan mandul tetap saja tidak berguna!" ucap Rista lagi

"Mama...!" seru Abian, Ardian dan Renno secara bersamaan, ketiga pria itu menatap Rista dengan mata melotot tidak terima.

"Tuh kan, bahkan kalian bertiga berani membentak Mama. Hanya karena mama mengatakan fakta sebenarnya perempuan itu. Mama benar-benar tidak habis pikir, apa sih yang kalian lihat dari perempuan itu?" ucap Rista dengan nada kesal

"Nama nya Eva Alexia, Ma." ucap Renno mengingatkan sang Mama tentang nama Eva.

"Tidak pantas mama mengatakan hal itu. Jangan rusak suasana makan malam ini, Ma." ucap Abian dengan nada tegas

Ardian diam saja, dia menatap Eva yang diam saja. Sementara itu, Lisna menyuapi anaknya dengan menyeringai tipis. Dia sangat suka melihat Eva di pojokkan oleh mama mertuanya.

***

1
Mundri Astuti
bongkar sekalian Adrian....biar tau kebenarannya...
tapi kamu juga salah si Adrian ...
Mardathun Lie: otw bongkar semuanya
total 1 replies
Nur Nuy
lanjut lah ungkapin semuanya eneg sama jalang sama adenya Adrian ga ada yg bener
Mardathun Lie: oke siap
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
lagiii donk...penisirin ini
Mardathun Lie: tungguin yaa hehe
total 1 replies
Nur Nuy
so sweet persahabatan ini
Mardathun Lie: kita juga bisa jadi sahabat KK 😁😂
total 1 replies
Nur Nuy
hahahaha mampus jalang, mampus mantan mertua eva tau kenyataan mantu jalang lu ga bener wkwkwkkw
Mardathun Lie: enaknya di apain yaa tuh mantu 😅🤣/Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
enak kan Adrian diselingkuhi ....pro...prok...
itu yg dirasakan Eva saat ia tau kamu selingkuh
Mardathun Lie: tersiksa lahir batin yaa /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: wokeeee
total 1 replies
Nur Nuy
kasih tau tuh jalang bayar pembunuh bayaran, biar mertua nya kaget wkwkkwwk
Mardathun Lie: ide yg bagus 🤣
total 1 replies
Nur Nuy
lah ngapa jadi perkosa bukannya siksa kurung, tololl anak itu juga bukan anaklu biarin aja sih dia dipenjara
Mardathun Lie: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: okeeee
total 1 replies
Mundri Astuti
nah harus sebanding ntu balesannya, dah nyelakain Eva, mestinya penjara
Mardathun Lie: di siksa Ardian dulu yaa, baru di penjara 😁😂
total 1 replies
Nur Nuy
haha kebusukannya jalang dikasi tau Adrian mampus lu jalang, udah bukan anak Adrian itu jangan jangan sama adenya Adrian dia punya anak wkwkwkwk tunggu jeruji besi nunggu lu pelakor
Mardathun Lie: lu semangat banget kalau pelakor kena siksa yaa kak 🤣🤣🤣🤣/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
jangan baik banget eva jadi orang, cukup lu sampein depan keluarga Adrian kalau pelakor yang sengaja celakain lu, dan tara anaknya lisna bukan anak Adrian mampuskan
Mardathun Lie: yaudah deh, gpp. lanjutkan 🤣🤣🤣 senggol bacok yaa
Nur Nuy: hahahaha gue jahat lo sama pelakor thor
total 3 replies
Mundri Astuti
perlu dipertimbangkan tuh va idenya Julia, hayyoo arsenn sok lahhh..gas keun...
Mardathun Lie: wih 😁😁/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
kapan terbongkarnya yak
Mardathun Lie: sabar yaa 🤩
total 1 replies
Mundri Astuti
adriann kamu tanyeee.../Frown/
Mardathun Lie: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
yg nyelakain Eva ngga dilanjutkan ke jalur hukum
Mardathun Lie: Belum, satu persatu yaa konfliknya /Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
semoga arsen jodoh eva☺☺☺kalian terlalu manis, ih kapan pelakor ketahuan ini up dikit banget y
Mardathun Lie: Itu banyak lho, 1410 kata sangat sedikit yaa /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/🤣🤣🤣
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
dalam penulisan kata katanya bagus
saya suka
Mardathun Lie: Makasih 🤩🤩🤩
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
aku suka penulisan nya 👍
Mardathun Lie: Makasih ❤️🤩🤩🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!