naresh membenci nara, begitu pun sebaliknya. tapi apa jadinya jika keduanya menikah karena tak sengaja kepergok tidur bersama?
pernikahan kilat itu membuat naresh marah besar karena satu bulan lagi dia akan menikahi kekasihnya.
dengan keadaan pernikahan yang buruk, bagaimana nara menjalani pernikahan nya apalagi dengan naresh yang malah bertunangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tikus gentong maut
Setelah puas kejar kejaran dan berakhir dengan kaos nara yang robek ulah nara. Kini keduanya duduk diam tenang dan nara makan malam dengan Mcd yang naresh tadi beli.
“Gara gara lo baju gue sobek. Ganas juga lo ternyata” gumam naresh mengobati lengan nya yang tergores kuku nara.
“Apa?!” pekik nara garang.
Naresh mendongak sebentar lalu kembali mengobati tangan nya dengan salep. “Tangan gue sampe merah gara gara lo” ujar naresh.
Dengan raut wajah yang menyebalkan nara menggigit ayam, matanya menatap pada tangan naresh yang memang benar merah.
“Masa cuma gitu aja lo sampe sakit. Cowok bukan lo?” cibir nara julid. Baiklah si julid nara sudah kembali.
“Sakit anjing! Lo gak lihat ampe berdarah gini” naresh meringis. Mengangkat tangannya agar tak mengenai baju bagian tangan. Dia menempelkan hansaplast di luka itu.
Nara menatap pria itu yang memang tampak kesakitan bergantian dengan luka bekasnya. Itu semua juga naresh yang mengajaknya ribut, coba aja yadi cowok itu berhenti dia tak akan sampai merobek kaosnya. Bahkan tangan pria itu sampai tergores kuku cantik nya.
“sakit banget ya?” nara agak meluluh.
Naresh meliriknya tajam. “menurut lo?” tanya nya sinis.
Nara tersenyum tanpa dosa dan meringis dalam hati. “Maaf maaf. Nanti gue ganti deh, berapa harga hansaplast?”
“Ck, gak perlu” kata naresh menolak. “Duit lo gak bisa beli kelecetan tangan gue” lanjut naresh.
Nara mendengus. Menghabiskan suapan terakhir dan memasukkan nya ke bekas makannya ke dalam bak cuci piring.
“Cuci sendiri” peringat naresh sebelum melengos.
Nara memenyengkan bibirnya, lalu kembali ke bak mandi. Baiklah, kali ini dia sebagai anak dan istri yang baik akan mencuci piring bekasnya makan.
Tak lama tentu nya karena hanya satu yang nara cuci. Setelah selesai nara masuk ke dalam kamarnya dan sontak menjerit melihat tikus dengan ukuran jumbo di lantai samping ranjang.
“Aaaaaaaaaa! Tikusssss!”
“Bundaaaaaaa Aaaa!”
Nara semakin berteriak saat tikus itu semakin mendekat padanya. Dia berlari kencang dan naik ke atas sofa. Berdiri dengan takut sambil memegangi bantal.
Naresh yang merasa terganggu oleh teriakan tak beradab nara pun keluar. “ngapain sih lo teriak teriak? Berisik” gerutu naresh menggosok kupingnya yang berdengung.
“Aaa naresh tolongin gue pliss! Itu ada tikus gede banget segede gentong. Geli, tolong di buangin” pinta nara dengan tubuhnya yang merinding. Membayangkan tikus itu merayap pada kaki lalu naik pada tubuhnya, hih! Nara sangat membenci itu.
Naresh menaikkan sebelah alisnya dan keningnya mengerut. Tikus apa yang segede gentong? Apakah nara berhalusinasi?
“Tikus apaan segede gentong? Lo gak usah teriak teriak. Mana ada tikus segede gitu” ucap naresh.
Menggelengkan kepalanya nara cepat cepat menjawab. “Gue enggak bohong sumpah! Di kamar gue ada tikus. Cepetan lo liat sendiri!”
Naresh mengerdikan bahu nya lalu masuk ke kamar nara. Saat di buka dan mendapati tikus itu, naresh malah menyeringai.
Pria itu masuk dan menutup pintu nya agar nara tak melihat. Dia mengambil boneka tikus yang tak sengaja dia bawa milik adiknya, paul.
“Sama boneka aja takut” gumam nya mengejek.
Naresh memiliki ide cemerlang, pria itu akan menjahili nara sebagai ajang balas dendam karena telah merobek kaosnya.
Naresh keluar dari kamar dengan sebelah tangan yang dia sembunyikan memegang tikus itu. Lalu mendekati nara di ujung sofa yang menatapnya dengan takut takut.
“Ada kan? Gue gak bohong. Iiih geli!” pekik nara.
“mana ada tikus. Gue cek tadi gak ada apa apa” naresh menyembunyikan mainan tikus itu dengan bersandar di dinding kamar.
Nara mengerutkan dahinya bingung. “Yang bener lo? Tadi ada kok. Serius” ucapnya dengan bersungguh sungguh. Dia mengangkat dua jarinya membentuk huruf v.
“tapi gue gak lihat nara. Jangan bilang lo cuma modus biar gue tolongin?” goda naresh.
Nara merinding mendengarnya, dia melemparkan bantal sofa yang di pegang nya ke muka pria itu. “Najis! Kalau ngayal jangan ketinggian” umpatnya.
“Ngayal?” naresh terkekeh. “Lo lihat kesini? Ada gak tuh tikus nya?”
Nara merasa tak yakin, feeling dia tak enak pada cowok itu. Tetapi nara juga penasaran, kalau memang ada tikus pasti naresh juga akan geli lihatnya. Tapi pria itu santai saja, dan membuatnya penasaran.
Nara turun dari sofa dengan kaki menyentak. Dia berjalan menuju kamarnya dengan mengendap endap, lalu membuka pintu itu dengan perlahan.
Saat matanya berkeliling mencari tikus gentong, memang sudah tidak ada. Nara menghela nafas lega dan mengusap dadanya.
Begitu dia menoleh pada naresh, sontak dia berteriak kencang dan melompat ke atas sofa. Matanya memelotot geli bercampur merinding melihat tikus itu naresh pegang.
“Aaaaa! Naresh anjing! Sialan! Goblok! Cepetan buaaaaaang!”
Nara semakin menjerit tak karuan saat naresh mendekat dan menyodorkan tikus gentong itu. Wanita itu berlari cepat saat naresh terus saja mengejarnya, secepat kilat nara masuk ke kamar dan langsung mengunci pintu itu.
“Huh! Selamat!” gumam nya di belakang pintu.
Dia mengelus dadanya saat nafasnya begitu ngos ngosan sampai dia tersedak sedak. Nara tak berniat membuka kan pintu, dia masuk ke dalam ranjang dan menutupi tubuh nya dengan selimut. Berlindung dari tikus gentong maut.
Di luar naresh tertawa melihat nara yang mengunci pintu. Pria itu membalikan tikus dan mematikan mesinnya.
“Gitu doang takut. Payah lo!” ejek naresh. Dia tertawa sangat puas, puas dengan reaksi yang nara berikan.
“Satu sama”
naresh ketemu nara yh sdg jalan sm adam..posisi jadinya seri ya naresh
lanjut thor