Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Alana tengah duduk sambil memperhatikan ponselnya. Lalu datanglah Arthur yang masih mengenakan handuk dari kamar mandi. Alana awalnya tidak perduli, namun saat dia melihat Arthur, dia terkejut dengan tato besar di punggung pria tersebut. Ingin bertanya, namun dia takut untuk memulai pertanyaan.
" Ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Arthur yang seolah tahu jika Alana ingin ternyata padanya.
" Kamu pakai pakaian dulu deh." ujar Alana.
" Kalau mau nanya, ya nanya saja."
" Em.. Tatomu itu.. Apa kamu memang membuat tato seperti itu agar terlihat seperti mafia?" tanya Alana.
Arthur tersenyum, lalu berjalan mendekati Alana. Dirinya masih mengenakan handuk dari pinggang sampai lutut kakinya.
" Kenapa tadi enggak ikutan mandi bareng?" bukannya menjawab, justru Arthur malah balik bertanya.
" Jawab pertanyaan ku dulu. Kenapa suka mengahlikan topik sih!" celetuk Alana yang mulai kesal, padahal dirinya penasaran dengan tato bergambar harimau dipunggung Arthur.
" Aku membuat tato sejak aku masih berusia 19 tahun. Bukan apa-apa. Tapi memang aku suka. Kebetulan aku juga memelihara harimau." ujar Arthur lalu duduk disamping Alana.
Alan terkejut, mendengar Arthur memelihara seekor harimau, " Aapa! Serius kamu memelihara seekor harimau? Emangnya untuk apa?" tanya Alana.
Arthur beranjak, dia tidak menjawab pertanyaan tersebut.
" Ish, jawab dong! Kenapa kamu memelihara seekor harimau?" tanya Alana lagi.
" kamu ingin aku menjawabnya sekarang. Aku mau mengganti pakaian, kamu lihat juga." ucap Arthur sebelah mulai menyentuh ujung handuk.
" Eumm.. Enggak jadi." Alana yang malu langsung mengahlikan pandangan.
" Turunlah kebawah. Aku akan kenalan kamu kepada mereka." ucap Arthur.
Bukannya turun ke lantai bawah. Alana malah justru menunggu di luar kamar. Alana masih canggung dan belum terbiasa dengan suasana rumah Arthur. Bagi Alana rasanya begitu mencekam, apalagi Alana masih membayangkan tato serta hewan peliharaannya Arthur.
" Kenapa masih belum juga turun?" tanya Arthur ketika membuka pintu kamar, melihat Alana masih berdiri diluar.
" Aku turun barengan sama kamu saja." ucap Alana.
Mereka berdua menuruni tangga. Alana nampak tercengang melihat semua pelayan serta pengawal sudah berdiri rapi ketika mereka turun. Seolah para pekerja itu menyambut kehadiran bisa mereka. Alana mengikuti Arthur berdiri di hadapan pada pelayan serta pengawal. Mereka semua menunduk ketika Arthur sudah ada dihadapan mereka.
Alana begitu malu serta canggung melihat kondisi yang terjadi. Dalam hidupnya di tidak pernah di hormati semacam ini.
" Nama saya Sinta. Saya pengurus rumah disini. Dan ini keponakan saya, intan." ucap Bi Sinta, selaku pengurus rumah.
" Nama ku, intan. Salam kenal." sapa intan sambil tersenyum lalu kemudian menunduk.
" Aku Kevin, aku asisten tuan Arthur."
" Aku Bagas,"
" namaku Bara."
" Nama ku, Edgar."
" Mereka bertiga juga asisten Arthur." ucap Kevin.
" Salam kenal semuanya.. Nama ku, Alana Ketlovly. Kalian bisa memanggil ku Alana." ucap Alana sambil canggung dan juga malu-malu. Sebab suasana terlihat cukup serius menurut Alana.
" Apa kamu sudah nyaman sekarang?" tanya Arthur.
" Bisa nggak kamu enggak usah sinis begitu! Aku udah bersikap ramah loh." bisik Alana yang kesal melihat Arthur yang tampan serius dengan raut wajah tajam seolah membuat suasana menjadi canggung.
" Semuanya.. Kalian perlu tahu, Alana ini adalah kekasihku."
Mendengar Arthur memperkenalkan dirinya sebagai kekasih. Alana merasa malu, lalu dia mencubit lengan Arthur.
Arthur tidak perduli, dia tetap berkata, " Kalian harus menjaga seperti serta melayaninya seperti kalian melayani aku., ah, jangan.. Kalian harus melayani lebih dari kalian melayani aku."
" Baik, tuan." Jawab para pelayan serempak.
" Bibi Sinta, tolong jaga dia. Alana mungkin sedikit keras kepala." ucap Arthur kepada Sinta, yang sudah dianggapnya sebagai pelayan pribadinya.
Sinta terkekeh, lalu ia menjawab, " Tentu, tuan Arthur."
Alana mendengar itu merasa kesal kepada Arthur. " Siapa yang keras kepala! Kamu ini bicara suka omong kosong!"
" bibi Sinta. Aku orangnya baik kok. jangan percaya apa yang dikatakannya. Lagi pula, apa yang ia katakan sebagai kekasih itu enggak benar kok. dia memang suka berkhayal." Ujar Alana melirik Arthur dengan tatapan sinis.
" Baik, nona Alana." ucap bibi Sinta lalu terkekeh pelan.
" Calon kekasih atau kekasih. itu sama saja. Kamu masih saja keras kepala."
" Aku enggak mau bicara dengan mu!" tukas Alana dengan kesal.
" eum.. Bibi Sinta... Intan, kan? Bisa temani aku keliling rumah ini." ucap Alana dengan ramah kepada intan.
" Boleh saja, nona. Tapi aku dan bibi Sinta masih belum menyediakan sarapan untuk nona Alana dan tuan Arthur. Jadi.."
" Enggak apa-apa. Kebetulan aku masih ingin keliling rumah kok." ucap Alana memotong perkataan intan.
" Baiklah nona Alana. Mari lewat duluan."
" Eum.. Intan.. Tolong jangan panggil aku nona. panggil saja Alana." ucap Alana tidak nyaman dengan sapaan nona.
Alana menatap sinis Arthur kemudian dia berjalan duluan melewati pada asisten Arthur. Akan tetapi, dalam lubuk hati akan masih merasa canggung serta takut melihat wajah ke empat para asisten Arthur tersebut.
Arthur berjalan mendekati Edgar, dia meminta Edgar untuk mengawasi Alana. lalu dia meminta Bagas untuk memberikan informasi yang sudah diperintahkan.
" Bos, aku hanya mendapatkan informasi mengenai investor dari Korea. Daniel berusaha melakukan tawar menawar dengan para investor Korea yang berpihak pada kita. Namun untuk hasil masih belum jelas." ujar Bagas.
" Bos. Apa sebaiknya kita menghubungi investor kita yang ada di Singapura. Dengar dari informasi Daniel hanya fokus dengan para investor dari Korea saja. Kita bisa meminta investor dari Singapura untuk membantu kita. Akan aku beritahu profil investor dari Singapura." ujar Kevin.
" Baiklah. Nanti setelah aku selesai meeting. Jika ada informasi mengenai Daniel, segera sampaikan." perintah Arthur.
" Baik, bos."