Pukulan keras yang mendarat dikepala Melin, hingga membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun sayangnya disaat Dia sadar, sakit usus buntu yang dideritanya beberapa Minggu terakhir membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Johan pria yang baru mengenal Melin karena insiden pemukulan akhirnya menolong Melin dengan membayar seluruh biaya operasi, namun dengan sebuah syarat. Melin akhirnya menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Johan untuk menikah menggantikan posisi Bella yang lebih memilih mantan pacarnya
Keesokan paginya setelah pesta pernikahan selesai, Johan segera pergi bekerja di luar pulau dan meninggalkan Melin tanpa sebuah alasan.
Tiga tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu kembali disebuah pekerjaan yang sama.
Yuk, ikutin keseruan cerita selanjutnya. terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririen curiens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dugaan Pak Johan
POV Johan
Sepulang dari rumah keponakannya Pak Johan segera menemui Ibunya. Dia bahkan tidak menemukan file ataupun foto mantan istrinya. Keponakannya menghapus semua file waktu itu.
"Ma. Aku belum berhasil menemukan mantan istriku. Ternyata yang ditemui Pak Lana itu orang lain. Sepertinya dia teman baiknya." ucap Pak Johan.
"Jika kamu berhasil menemuinya apa kamu mau menikah secara resmi dengan dia?. Lalu hubungan kamu dengan Ema itu bagaimana. Mama juga merasa kamu dekat dengan Melin sekertaris kamu itu. Sebenarnya siapa yang kamu suka." tanya Mama Johan.
"Aku dan Ema hanya berteman Ma. waktu itu kita juga sudah sepakat menolak perjodohan"
"Lalu kenapa Mamanya Ema kemaren mengajak kita untuk berbesanan lagi."
"Ah Mama, malah bikin aku pusing. Aku pulang dulu Ma."
"Hei Nak, dengarkan Mama dulu. Mama belum selesai bicara."
"Aku pulang Ma." Pak Johan berteriak sambil melajukan mobilnya.
Kenapa aku mencari mantan istri pura-puraku. Apa karena namanya sama dengan Melin sekertarisku. Apa mungkin dia orang yang sama. Okay Mel..... jika aku tidak menemukan foto kamu, Pasti ada nama kamu di kwitansi rumah sakit dulu. Aku harus menemukannya, gumam Pak Johan.
Sesampainya Johan segera menuju ke kamarnya dan mencari data kwitansi pembayaran dilaci-laci kamarnya, namun dia tidak menemukan apapun disana.
Semalaman Pak Johan memikirkan nama panjang wanita yang dinikahinya tiga tahun lalu, namun Dia tidak mengingatnya sedikitpun. Hanya nama Melin yang diingatnya.
...****************...
Keesokan paginya Pak Johan datang ke kantor dengan mata yang masih mengantuk. Dia berjalan melewati ruangan Melin.
"Pagi Pak," ucap Pak Mel.
"Pagi Mel. Tolong buatkan kopi."
"Baik Pak."
Melin segera membuatkan kopi untuk Bosnya itu. Pagi ini Melin terlihat begitu bersemangat karena dia mendapatkan hadiah dari Pak Johan, meskipun sebenarnya itu untuk istrinya.
Melin berjalan menuju keruangan Pak Johan. Terdengar samar-samar orang berbincang namun Melin tetap mengetuk pintu ruangan Bosnya.
"Pak, ini kopinya," ucap Melin.
Seketika Pak Johan dan Pak Lana menatap Melin dengan tajam. Melin merasa sedikit aneh dengan kelakuan kedua pria yang belum menikah itu.
Melin tersenyum dan berbalik hendak meninggalkan ruangan Bosnya namun tiba-tiba Pak Johan mengatakan sesuatu yang membuat langkah Melin tiba-tiba berhenti.
"Apa mungkin Melin mantan istriku itu adalah Melin sekertarisku ini. Bagaimana menurut Pak Lana," ucap pak Johan.
"Mirip sih, Sepertinya memang orang yang sama Pak." jawab Pak Lana.
"Ada apa ya Pak?" sahut Melin.
"Tidak apa-apa Mel."
"Kamu hanya mirip dengan mantan istri saya. coba kamu lihat foto ini."
Melin kembali menghampiri Pak Johan dan melihat foto yang ditunjukkan Pak Johan kepadanya.
Astaga, kenapa Pak Johan bisa mendapatkan foto pernikahanku dulu, gumam Melin.
"Ah bisa saja kalian, istri pak Johan lebih cantik daripada saya. Mana mungkin juga Pak Johan yang sudah sukses menikah dengan saya. Saya permisi dulu Pak," ucap Melin dan segera menghindari pertanyaan dari kedua pria itu.
Melin kembali duduk diruangannya. Dia terus berpikir agar Pak Johan tidak mengetahui jika dia itu istri yang ditinggalkannya tiga tahun lalu.
Sementara itu Pak Lana yang masih berada diruangan Pak Johan masih terus berunding memikirkan cara agar bisa menemukan mantan istrinya.
"Bos, kenapa saya yakin jika Melin sekertaris itu adalah mantan Istri Bos." ucap Pak Lana.
"Saya juga sempat berpikir seperti itu. Pak, kamu selidiki kedua nama Melin itu," jawab Pak Johan.
Pak Lana akhirnya keluar dan melewati ruangan Melin. Dia menatap Melin tersenyum mencurigakan.
Tak lama Pak Johan datang dan menghampiri Melin. Dia mentap Melin tanpa berkata satu katapun. Melin merasa sedikit takut dengan tingkah Pak Johan.
"Ada apa Pak, kenapa menatapku seperti itu," ucap Melin.
"Tidak apa-apa, nanti siang apa ada meeting." tanya Pak Johan.
"Tidak Pak, tapi hari Sabtu ada meeting untuk klien Pak Johan dijogja. Pembangunan hotel."
"Oh Iyah, itu proyek pemberian Pak Alex. Tapi mereka masih belum sepakat. Kita harus memenangkan tender itu. Jika begitu kamu ikut saya ke Jogja, siapkan semua proposal dan coba kamu buat rancangan desain."
"Tapi Pak, ini kurang tiga hari. Bagaimana mungkin membuat desain hotel secepat itu. Bukankah dari kantor Pak Alex juga sudah memberikan desainnya."
"Buat beberapa alternatif pilihan saja Mel, syukur jika desain kamu yang diterima. Kamu pasti bisa."
Ahhh...... menyebalkan sekali. Sebenarnya Aku ini sekertaris, arsitek apa asisten, gumam Melin.
Beberapa saat Pak Johan menatap Melin.
Jika Melin punya tanda lahir dilehernya, berarti Dia istriku yang dulu, tapi bagaimana cara melihatnya jika Melin memakai hijab, gumam Pak Johan.
"Pak..... Pak.... kenapa melamun. Apa ada yang bisa saya bantu lagi."
Pak Johan hanya tersenyum dan akhirnya berjalan pergi keluar kantor, namun sesekali dia menoleh kebelakang menatap Melin.
Dasar orang aneh, semoga saja Dia benar-benar tidak tahu siapa Aku, gumam Melin.