Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Lima tahun kemudian.
Tidak terasa kini kehidupan mereka di pulau Sumatera sampai tahun ke lima, semenjak kejadian itu, keluarga Seno sudah tidak lagi menampakkan wajahnya.
Meskipun begitu sebagai anak Seno merasakan rindu yang sangat mendera menyeruak di dalam hatinya, apalagi keadaan dia sekarang sering sakit-sakitan membuat dirinya takut.
Pria tangguh ini sudah mencoba menutupi sakitnya ini dari sang istri bahkan diam-diam dia sering melakukan pengobatan di sebuah klinik tanpa sepengetahuan istrinya.
Ah, entahlah apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga kecilnya nanti jikalau sampai dirinya tidak sanggup menghadapi penyakit yang menggerogoti tubuhnya ini.
"Ya Allah sakit sekali," rintih pria tampan itu.
Sejenak buah hati yang selalu dia dambakan menghampiri dirinya, ya dia adalah Chantika bayi mungil yang dulu setiap malam selalu dia timang-timang sekarang sudah besar bahkan Chantika lebih over terhadap Seno ketimbang Shafina.
Mungkin karena ayah adalah cinta pertama anak perempuannya maka dari itu perhatian dan juga cemburu semua tercurahkan oleh gadis kecilnya yang setiap hari semakin cantik itu.
"Papa ada apa?" tanya Chantika, ketika tahu Papanya memegangi perutnya.
"Ah Sayang Papa tidak apa-apa," elak Seno, yang terpaksa membohongi putri kecilnya itu.
"Papa, aku tidak mau loh kalau sampai Papa Sakit, nanti tidak ada yang menemani Chantika bermain," ungkap putri kecilnya itu.
"Sayang Papa pasti akan selalu menemani kamu Nak," ucap Seno.
Tidak tahu kenapa rasanya begitu sakit melihat sendiri jikalau lidah ini berkilah sungguh hal yang begitu sulit untuk berterus terang dengan kondisi yang sebenarnya.
Dia langsung menghembuskan nafasnya melihat dalam wajah kecil yang selalu memberi warna di dalam kehidupannya sehari-hari itu.
Shafina dan Chantika adalah dua wanita yang harus dia jaga, tapi apalah daya jika keadaannya sekarang berbeda bahkan dia tidak tahu harus sampai kapan bertahan menghadapi penyakit yang terus-menerus menggerogoti tubuhnya.
Di tengah-tengah lamunannya itu, tiba-tiba Shafina mulai menghampiri Seno, wanita muda ini sekarang sudah mulai banyak perubahan, lihatlah gadis yang dulunya lugu sekarang sudah pandai bersolek untuk menyenangkan hati suaminya.
"Mas, aku cari-cari ternyata ada di sini," gumam Shafina.
"Iya Sayang, kan kita habis ngobrol sama Mbak Chantika," terang Seno.
"Ngobrol apa? Kok gak ajak-ajak," sahut Shafina.
"Mama, Papa kayaknya sakit, nanti siang ajak periksa ke dokter," celetuk Chantika.
"Enggak Sayang, ini hanya sakit perut biasa," sahut Seno, mencoba untuk menutupi.
"Mas dari dulu kamu ini bilangnya sakit perut biasa tapi kok gak sembuh-sembuh, ayolah kita cek ke dokter," desak Shafina.
"Nggak Sayang, nanti minum obat pasti sudah sembuh," ucap Seno.
Shafina tidak bisa lagi melanjutkan perkataannya, karena memang dari dulu suaminya itu tidak pernah mau di ajak berobat ke rumah sakit, dengan alasan sakitnya ringan.
Terkadang meraka sampai berantem gara-gara masalah ini, hanya saja sekarang ini Shafina mulai bisa mengendalikan emosi dirinya memang selalu banyak mengalah dengan sifat Seno yang sedikit keras, dari pada masalah semakin runyam wanita ini memilih untuk diam.
"Mas, ayo sarapan, sebentar lagi aku akan mengantar Chantika ke sekolah," ajak istrinya itu.
Sarapan pun di mulai mereka bertiga duduk di lantai yang beralaskan tikar, seperti biasa Seno selalu memakan masakan istrinya dengan begitu nikmat, kalau sudah seperti ini terkadang pria ini merasa iba karena selalu memarahi istrinya ketika Shafina mulai menekan dan bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Tapi apalah daya Seno menutupi semua ini, karena tidak mau istri dan anaknya tahu kalau dirinya sedang tidak sehat seperti manusia pada umumnya.
'Sayang masakanmu begitu lezat, ini yang membuatku tidak bisa melupakanmu, maafkan aku yang sampai sekarang masih belum bisa menjadi yang terbaik untuk dirimu,' batin Seno berkata.
Sarapan pun sudah selesai, Shafina mulai mengantar anaknya ke sekolah TK, tapi langkahnya itu terhenti tiba-tiba saja Seno ingin mengantarkan mereka berdua ke sekolah mumpung hari ini dia libur bekerja.
"Sayang aku saja yang antar kalian," cegah Seno, ketika istrinya ingin mengeluarkan motor matic-nya.
"Tumben Mas?" tanya Shafina heran.
"Iya Sayang, mumpung libur. Oh ya nanti setelah sampai sekolah anaknya di tinggal dulu ya, aku pingin jalan-jalan berdua seperti dulu," ucapnya dengan nada malu-malu.
"Cie ... Cie ... Mas Seno seperti anak muda saja," ungkap Shafina.
"Memang kita masih muda lihat saja wajah kita bukannya masih seperti anak SMA," goda Seno.
"Ha ha anak SMA dari Hongkong," celetuk Shafina.
Mereka bertiga pun sekarang sudah menaiki motor matic-nya, terlihat wajah bahagia yang dirasakan oleh keluarga ini, meskipun hidup mereka jauh dari kata mewah, tapi bisa di pastikan kalau Seno mampu membuat anak dan istrinya bahagia.
Hanya saja kadang cekcok rumah tangga itu ada, dan lihatlah senyum mengembang dari sudut bibir Chantika, anak itu tertawa lepas di atas motor yang di kendarai oleh Papanya.
"Hore, besok-besok Papa, sering-seringlah ngantar kita berdua," pinta Chantika.
"Tika, kamu tidak boleh seperti itu, Papa kan harus bekerja untuk kita juga," sahut Shafina.
"Ih Mama, Tika kan senang kalau Papa yang antar setiap harinya," gerutu anak tersebut.
"Maaf ya Sayang, kalau setiap hari Papa tidak bisa karena harus berangkat pagi," ucap Seno halus.
"Iya sudah kalau begitu," sahut anak itu dengan raut wajah cemberut.
Sesampainya di sekolah Shafina langsung berpamitan dengan anaknya itu, beruntung Chantika tidak lama ngambeknya sehingga gadis kecilnya itu mau di tinggal sebentar orang tuanya.
"Sayang sampai sini dulu ya, nanti Mama nyusul," ucap Shafina.
"Baik Ma, jangan lupa nanti belikan marshmallow kesukaan ku," pinta Chantika.
"Iya Sayang, itu pasti sekarang Mama berangkat dulu ya, sudah di tungguin Papa," pamit Shafina.
Sekarang Shafina sudah kembali, dirinya langsung menghampiri suaminya dan langsung naik diatas motor yang hendak di kendarai suaminya itu.
"Sayang kita mau kemana dulu?" tanya Seno.
"Jalan-jalan ke arah pasar saja Mas, soalnya anak kita, minta marshmellow," terang Shafina.
"Oh ya sudah kalau begitu kita jalannya ke arah pasar ya," ucap Seno.
Motor pun langsung melaju dengan kecepatan sedang, sengaja Seno melaju dengan kecepatan sedang di karenakan dia ingin menghabiskan waktu luangnya berdua dengan istri tercintanya.
Di saat seperti ini hati Seno merasa nyaman dan damai jika bersama dengan wanita pilihannya ini, meskipun selalu ada halangan baik itu dari segi ekonomi ataupun perselisihan kecil, tapi mereka berdua selalu bisa menghadapinya hingga hubungan pernikahannya langgeng sampai saat ini.
"Sayang, aku minta maaf ya jika selama ini masih belum bisa melawan egoku," ucap pria tampan itu.
"Aku juga minta maaf Mas, karena selalu mendesak mu, kadang aku juga bertingkah seperti anak kecil yang selalu ingin di mengerti terus," sahut Shafina.
"Gak apa-apa aku suka, bagiku kamu masih gadis lugu yang pertama kali aku lihat dulu tetap jadilah seperti itu, karena hal seperti itu yang membuat hatiku bergetar," terang Seno.
"Ah dasar gombal," ucap Shafina sambil mencubit kecil perut suaminya itu.
"Auu sakit Sayang," pekik Seno.
*****
Di tempat lain, saat ini Sabrina tengah menatap langit di pagi hari yang begitu cerah ini, tapi tidak dengan hatinya. Saat ini wanita paruh baya itu masih menyimpan rasa sakit terhadap Sang anak yang menurutnya begitu tega terhadap dirinya.
Sebagai anak satu-satunya seharusnya Seno yang menempati kerajaan bisnis keluarganya, tapi apa anaknya lebih memilih hidup dengan wanita sederhana yang sangat tidak dia sukai.
"Seno, bagaimana perasaanmu sekarang, apa kamu baik-baik saja, meskipun tanpa kehadiran Mama? Oh jelas kamu sekarang sedang berbahagia hidup dengan wanita jalang itu, asal kamu tahu mendapatkan mu adalah perjuangan panjang dalam hidupku," ungkap Sabrina.
"Tapi setelah dewasa kamu tega menyakiti hati Mama, hanya demi wanita sialan itu, ingat Seno Mama dan Papamu ini masih memiliki segalanya, kalau suatu saat terjadi apa-apa dalam hidupmu Mama lepas tangan, hatiku sudah tidak lagi menganggap keberadaan mu bagiku kamu sudah mati," Gumam Sabrina sambil memandang hamparan langit biru.
*****
Hati Sabrina masih di selimuti kebencian, berbanding balik dengan Shafina dan Seno, yang merasa bahagia meski dalam kesederhanaan, saat ini Seno sudah sampai di toko swalayan, dirinya mulai mengajak istrinya berbelanja tentu saja Shafina begitu senang kalau di ajak belanja seperti ini.
Di tengah-tengah istrinya sedang berbelanja, tiba-tiba saja rasa di perutnya itu menyerang, Seno berusaha untuk menahannya hingga dirinya berpamitan ke kamar mandi karena sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya.
"Sayang, aku ke kamar mandi dulu ya," pamit Seno.
"Iya Mas," sahut Shafina.
Sesampainya di toilet umum Seno langsung menekan-nekan perutnya dan sambil berteriak karena sejatinya rasa sakit yang dia derita sungguh sangat luar biasa.
"Ya Allah sakit .... Sungguh ini rasanya begitu sakit," rintih Seno.
Sangking sakitnya pria itu sampai terduduk lemas di dalam kamar mandi.
🌹Bersambung 🌹
Catatan penulis.
Kakak-kakak tolong kasih ulasan dan bintang ya terima kasih 🙏🙏🙏❤️❤️❤️
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤