Nandini, adalah wanita kampung yang di nikahi oleh pria tampan dan kaya. Orang-orang mengira jika Nandini bak Cinderella di dunia nyata, yang mana gadis miskin yang di persunting oleh Pangeran..
Namun, semua orang tidak tau bahwa Nandini tersiksa di rumah megah bak istana itu... ia tak ayal layaknya pembantu yang berstatuskan istri dari seorang pengusaha di salah satu kota ternama.
Pernikahan tahun kelima, membuat Nandini lelah dan memberontak. Dimana sang suami membawa wanita baru kedalam rumah, yang mana membuat Nandini memiliki pikiran licik untuk membalaskan dendam atas pengabdian yang mereka sia-siakan.
Apa yang akan Andini lakukan?
Sedangkan di sisi lain, Pangeran yang asli tengah menunggu kehadiran dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 : Kelakuan si Jiny.
Adam masuk kedalam mobil setelah ia pamit untuk pulang karna sudah mengantarkan Nandini dan keluarganya dengan selamat.
''Kak, dia itu calon suamimu ya? Kok kamu nggak kapok sih, Udah cerai sekali kok mau nikah lagi.'' Bisik Jiny ketika mereka sampai di depan kos-kosan Nandini.
Nandini menoleh pada Jiny saat mobil Adam sudah berlalu dari hadapan mereka.
Ketika Nandini akan menjawab, sang ibu sudah lebih dulu berbicara.
''Hus, kalau ngomong dipikir dulu toh Jini ... tapi emang bener ya, Nak. Kalau dia itu calon suamimu?'' sang Ibu pura-pura tidak tau apa apa.
Nandini terkekeh.
''Bukan atuh bu ... mana mau orang seganteng pak Adam suka sama aku. Dia itu orang baik yang mau nolongin Dini waktu Nandini di usir sama mas Seno.''
''Ha ha ha ... pokonya panjang ceritanya, Bu.''
''Yaallah ya robiiii ... kalau nggak ada Pak Adam itu loh, gimana nasib mu nduuuu... Ibu berhutang budi sekali sama Pak Adam itu.''
Nandini tersenyum dan menggandeng lengan sang Ibu, sambil berjalan kedalam. ''Sudah, nggak usah di pikirin Bu. Oh iyaaa, besok Dini sudah mulai kerja di perusahaan Pak Adam. Do'ain semuanya lancar ya, Bu.''
''Asalamualaikum ...'' Ucap Nandini ketika membuka pintu kamar kost nya.
''Jadi beneran kamu nda mau pulang kampung, Ndu?'' sang Ibu mencoba untuk membujuk anaknya.
''Bu, kita bertiga akan tinggal disini. Ibu mau 'kan tinggal disini sama Dini?''
Sang Ibu diam, dan melihat sekeliling kamar.
''Disini sempit Ndu, nggak cukup bertiga. Lagian kalau kami di sini gimana kebun dan rumah Ibu ... 'kan di sana nggak ada yang ngerawat Nduk. Lagian Jiny juga masih sekolah, sayang kalau pindah.''
''Ibu ...'' Nandini memegang tangan sang Ibu, sementara Jiny pergi ke luar untuk berkeliling kos-kosan.
''Ibu percaya Nandini 'kan? nggak usah khawatir bagaimana besok kita tinggal ... karna aku sudah menyiapkan semuanya dengan baik, ibu nggak usah khawatir ... lebih baik perkebunan dan rumah itu Ibu jual saja, nanti kita beli rumah disini ...
Nandini pingin kita semua kumpul di sini, aku nggak mau tinggal di kampung dan jadi bahan omongan, ibu tau sendiri 'kan kalau kampung kita itu banyak tukang gosip.''
Ibu Nina diam sejenak lalu tersenyum. ''Ibu ikut bagaimana baiknya saja, Ndu.''
Sedangkan Jiny yang sedang berkeliling, merasa senang ... akhirnya ia bisa ke kota walau butuh perjuangan sampai bisa kesini.
Bagaimana tidak. Ia dan sang bude hanya bermodalkan alamat yang pernah di berikan oleh sang Kakak, itu pun sudah agak pudar hingga tidak terlalu jelas alamatnya. Sang bude khawatir dengan anaknya yang sudah terlampau menderita selama pernikahannya.
Apalagi ketika nomer sang Kakak tidak bisa di hubungi, sang bude tidak bisa tidur apa lagi makan. Ia hanya mau menjemput putri satu-satunya yang ia sayangi.
Selama lima tahun kakaknya menikah, dia hanya mengunjungi kampung halamannya cuma sekali, itu pun karna pakde meninggal. Awalnya ia tidak tau kenapa sang kakak bisa begitu tega mengabaikan kedua Orangtuanya, namun setelah kejadian tadi ia alami, kini ia sangat mengerti penderitaan sang kakak.
Sang Kakak tidak bahagia dalam pernikahannya, yang ia sangka jika sang Kakak di perlakukan bak putri karna bisa di nikahi oleh pria tampan dari kota yang kaya raya.
''Ahhrggg bie, sudah hiksss ...''
Jiny tersadar dari lamunannya ketika ia mendengar sesuatu.
''Eh, apa itu.''
Jiny melangkah dengan pelan untuk memastikan ada suara di ujung sana. Ia menajamkan pendengarannya.
''Hiks ... arghh.''
''Ih ... ngeri syekali, ini 'kan masih sore, kok ada yang nangis yaa. Apa jangan-jangan ada hantu.''
Jiny yang polos terus berjalan sambil mengendap dan melihat kanan kiri, suara itu semakin dekat semakin membuat bulu kuduknya merinding disco. Ia ingin lari, tapi rasa penasarannya lebih mendominasi.
Di tempelkan telinganya ke depan pintu yang ia kira suaranya dari dalam.
Deg. Deg. Deg.
Jantung Jiny semakin kencang, dimana tangisan dan suara itu begitu ambigu di telinganya, membuat ia semakin penasaran dan mengambil kursi yang tidak jauh untuk mengintip ke calah atas jendela yang terbuka.
Kedua mata Jiny melotot tidak percaya dengan apa yang ia lihat, hingga ia refleks berteriak.
''Ahhhkkk ... ada tempe makan tempeeee!''
GEDEBUK!
Jiny terjatuh. ''Aduh ... pan tatkuuuu.''
''Siapa itu!'' Bentaknya dari dalam, membuat mereka berhenti dari aktifitas mereka.
''Aduh gawat! Kaburrrr ...''
Jiny lari kocar kacir dan masuk kedalam kamar sang Kakak dengan nafas memburu, membuat Nandini dan sang Ibu mengerutkan keningnya dengan heran.
''Kamu kenapa?'' Tanya Nandini.
''Ih, Kak ... mataku sudah nggak perawan lagi, huaaaaaa...''
•••
...LIKE.KOMEN.VOTE...
💯💯💯💯💯❤❤❤❤❤❤Adammmmmm💕💕💕